‘Aditama & Adisembada’, Adaptasi Adipura untuk Monev Tingkat Lokal

INDRAMAYU — Rabu, 8 November 2017

Meski sudah sembilan kali berturut-turut menerima penghargaan Adipura kategori kota kecil, Kabupaten Indramayu tidak lantas berpuas diri. Tahun ini, Kabupaten Indramayu menggelar ajang apresiasi Aditama dan Adisembada untuk menilai kebersihan & keindahan lingkungan di tingkat desa dan kecamatan.

"Yang dinilai Adipura kan kota kecil. Ibu Bupati (Anna Sophanah--red) berkehendak program yang berkaitan dengan kebersihan dan keindahan tadi bisa diimplementasikan sampai tingkat desa," ujar Kepala Bappeda Indramayu Maman Kostaman, S.H., menjelaskan latar belakang diadakannya ajang penghargaan Aditama dan Adisembada.

Penilaian Aditama & Adisembada akan melihat bagaimana inisiatif merawat lingkungan dimulai muncul di tingkat desa, sekaligus mencatat berbagai model terapan di masing-masing desa.

Proses penilaian sudah berlangsung sejak 18 September 2017 lalu, dan akan berlanjut hingga akhir tahun nanti. Terdapat 20 desa & 1 kecamatan yang akan mendapat penghargaan ini. Nantinya, masing-masing desa pemenang Piala Adisembada & kecamatan pemenang Piala Adisembada akan mendapatkan bantuan program sebesar 100 juta per desa.

Kepala Bappeda Indramayu Maman Kostaman menggarisbawahi pentingnya peran inisiatif masyarakat pada skala desa dalam mengelola kebersihan dan persampahan. Terlebih, pada skala desa.

"Beda, kalau di kota mungkin sifatnya sudah banyak dilayani oleh pemerintah," ujar Kepala Bappeda Indramayu Maman Kostaman. "Kalau desa, yang banyak adalah peran serta masyarakat."

Konsep ‘membangun kemandirian desa’, terutama dalam hal pengelolaan persampahan, menjadi ujung tombak keberhasilan Kabupaten Indramayu dalam mengelola persampahan di sumbernya. Inisiatif dan peran masyarakat dalam memberikan bentuk pengolahan sampah yang relevan dengan lingkungannya terlihat jelas dalam kunjungan tim Bappeda, Dinas LH, & USDP ke 6 desa selama 3 hari selama Rabu (25/10) sampai Jumat (27/10) beberapa waktu lalu.







Di Desa Kedokan Gabus, misalnya, sampah plastik diolah secara manual dengan alat-alat dapur sederhana hingga menjadi paving block. Sementara itu di Desa Eretan, yang merupakan kampung nelayan, kolaborasi kegiatan bank sampah yang bersinergi dengan pengolahan makanan laut menjadi ‘oleh-oleh Indramayu’ juga turut mendorong keberlanjutan program dari sisi ekonomi.

Ajang Aditama & Adisembada akan menjadi wadah bagi inisiatif-inisiatif semacam ini untuk mengembangkan inovasi. Tak sekadar memberikan apresiasi untuk desa dan kecamatan, proses penilaian Aditama & Adisembada ini sendiri akan menjadi catatan pembelajaran bagi pemerintah lokal.

"Indikator Aditama & Adisembada akan jadi bahan Perbup (Peraturan Bupati) soal insentif," jelas Kepala Dinas Lingkungan Hidup Ir. Aep Surahman, saat ditemui tim USDP di kantornya, Jumat (27/10).

Beberapa sektor yang jadi objek penilaian Aditama & Adisembada antara lain 1) pemukiman, 2) jalan lingkungan, 3) Sekolahan, dan 4) Perkantoran. Dalam sektor-sektor ini, elemen persampahan menjadi salah satu indikator penilaian. Selama ini, peraturan daerah yang memayungi kegiatan pengelolaan sampah di Indramayu adalah PERDA no. 12/2016 tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga. Proses & hasil penilaian lomba ini pun mendukung komitmen Kab. Indramayu dalam memberikan layanan pengelolaan sampah secara penuh dan menyeluruh kepada masyarakat.

Bagi sesama masyarakat mulai dari tingkat desa sampai kecamatan, lomba Aditama & Adisembada pun menjadi ajang pembelajaran horizontal.Ada kalanya, untuk berinovasi dan belajar lebih lagi, kita hanya perlu melirik tetangga sendiri.

Sumber: Vivi Asmara
Tulisan: Klara Virencia


***