Air Bersih Untuk Sembalun

Sembalun merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Lombok Timur yang dikenal sebagai daerah sulit air. Sembalun terdiri dari 4 desa dengan penduduk sebanyak 960 Kepala Keluarga (KK).  Sudah 10 tahun terakhir ini masyarakat Sembalun harus bersusah payah mendapatkan air bersih. Kondisi itu pun diperparah dengan adanya Gempa Lombok yang terjadi dalam waktu dekat ini.

 

Untuk memenuhi kebutuhan air bersih, setiap KK di Sembalun setidaknya harus mengeluarkan uang sekitar Rp. 150 ribu per minggu untuk membeli satu tangki air dengan kapasitas 5000 liter. Bila dihitung dalam satu bulan, mereka akan mengeluarkan uang hingga Rp. 600 ribu, dimana nilai itu setara dengan 60% pendapatan warga yang sebagian besar hanya berprofesi sebagai petani.

 

Bukan hanya memengaruhi keuangan warga saja, ketiadaan air bersih juga berdampak pada buruknya kondisi sanitasi yang berujung pada menurunnya kesehatan masyarakat, seperti adanya kejadian diare dan penyakit berbasis air lainnya. Bahkan, berdasarkan data puskesmas, Sembalun memilik 20 anak stunting.

 

Harapannya kondisi ini akan segera berubah, pasalnya saat ini warga Sembalun bersama Yayasan Masyarakat Peduli (YMP) yang didukung oleh UNICEF tengah membangun sistem penyediaan air bersih di 4 desa.

 

“Rencananya hari ini kita sudah bisa melihat aliran air bersih dari mata air Urat Manunggas itu mengalir di desa Bilok Petung ini, tapi sayangnya tuhan berkendak lain, karena semalam terjadi huan deras dan banyak pohon tumbang, sehingga beberapa pipa lepas dan terseret,” ujar Elena, Ketua YMP pada acara kunjungan lapangan TIM JPM-UNICEF dan Kementerian ke desa Bilok Petung, Kecamatan Sembalun, Provinsi Lombok Timur dalam rangka Monev Program di Provinsi NTB (5/12/2019)

 

Dalam paparannya, Elena menjelaskan, pembangunan sistem penyediaan air bersih untuk wilayah Sembalun memang membutuhkan upaya lebih, karena medan yang dihadapi cukup ekstrim

 

Dalam video pembangunan yang diputarkan, terlihat bahwa lokasi mata air terdapat di tebing tinggi yang terjal dan curam, sehingga membuat penyambung antar pipa menjadi lebih sulit.

 

Kendati air bersih belum bisa dirasakan, namun Elena bersama pemerintah desa dan juga masyarakat Sembalun akan terus optimis melakukan upaya yag terbaik, agar kendala yang terjadi bisa segera diselesaikan. “Kami optimis selambatnya pada Februari 2020 mendatang semua warga Sembalun sudah dapat merasakan air bersih,” ungkapnya.

 

Menjadi satu rangkaian dengan penyediaan air bersih, YMP bersama UNICEF juga mengedukasi masyarakat Sembalun untuk menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat, termasuk tidak lagi melakukan praktik Buang Air Besar Sembarangan (BABS).

 

Sebagai bagian dari upaya, saat ini pemerintah desa, melalui dana desa membantu membangun sarana sanitasi, seperti jamban lengkap dengan tangki septik dan tempat penampungan air bersih untuk sejumlah kepala keluarga, dimana pembiayaannya dilakukan secara gotong royong.

 

Inda, salah seorang kepala keluarga di Desa Bilok Petung mengungkapkan, bahwa untuk membangun jamban lengkap dengan tangki septik dan tempat penampungan air dibutuhkan dana sekitar Rp. 7 Juta. Dari semua total itu, Inda sendiri hanya mengeluarkan biaya Rp. 3 juta yang digunakan untuk membayar ongkos tukang dan membangun dinding kamar mandi. “Untuk penyediaan kloset dan tangki septik dibantu oleh UNICEF, sedangan atap dan semen disediakan oleh Pemerintah Desa,” paparnya.

 

Pemerintah desa Bilok Petung sendiri sangat optimis bahwa ketika air sudah ada, maka masalah sanitasi di daerahnya pun bisa terselesaikan dengan baik, sehingga kondisi lingkungan dan kesehatan masyarakat bisa membaik.