Arisan Jamban Picu Warga Lengkiti Semangat untuk Punya Sarana Sanitasi


Antusias warga Lengkiti, Ogan Komering Ulu, Sumatera Selatan untuk memiliki jamban kini sudah tidak perlu diragukan lagi. Pasalnya, semenjak ada arisan jamban, setiap warga sekarang semakin giat untuk punya sarana sanitasi layak di rumah mereka masing-masing.

 

Sulistiyowati (45), Kepala Desa Tualang, Kecamatan Lengkiti, Ogan Komering Ulu, Sumatera Selatan, ternyata adalah sosok dibalik perubahan perilaku warga di daerah tersebut. Awal cerita dimulai sepulangnya Ia dari pelatihan wirausahan sanitasi (wusan) di Kota Palembang yang kemudian mendorong wanita yang akrab disapa Sulis ini secara terbuka mengajak seluruh warga untuk mengikuti program kesehatan yang baru diperolehnya.  “Ternyata, membuat jamban tak sesulit yang saya bayangkan selama ini”. katanya.

 

Mengingat keterbatasan dana, maka Sulis pun berinsiatif  menjalankan kegiatan arisan jamban bagi warga desa yang belum punya jamban. Melalui acara pengajian majelis taklim untuk para Ibu, Sulis menarik arisan jamban sebesar  Rp20 ribu per keluarga di setiap minggunya.

 

Uniknya, bagi masyarakat yang belum punya uang, bisa juga menyetor arisan dengan hasil kebun, sayuran, buah-buahan atau ternak. “Karena tak semua warga mempunyai dana berupa uang, maka saya membantu iuran arisan warga dengan mengganti setoran arisan dengan apa yang mereka punya. Ada yang setor sayur-sayuran, buah, dan hewan ternak piaraan, seperti ayam, entok atau bebek. Pokoknya setiap warga harus punya jamban”, jelas Sulis.

 

Sulis memaparkan setiap pekan ia mendatangi setiap warga yang belum selesai memenuhi kewajibannya membayar iuran arisan. Sulis keliling dari rumah ke rumah, silaturahmi sambil menanyakan kabar berita warga sekaligus memberikan pengertian tentang pentingnya jamban keluarga, tujuannya agar warga paham dengan seksama.

 

Solusi Ala Bu Kades

 

Untuk menyiasati warga yang tak menyetor uang arisan karena ketiadaan uang, Sulis pun tak tinggal diam. Bu Kades ini punya solusi dengan cara memberikan pinjaman, tanpa membebani warga karena mereka diperbolehkan untuk membayar pinjaman tersebut sesuai kemampuan mereka.

 

Sulis mengatakan meski arisan ini telah berjalan sejak 2014, hingga kini masih ada beberapa warga yang belum bisa mengembalikan dana pinjaman mereka kepada Sulis. Kendati begitu, Sulis mengaku hanya bisa menunggu, hingga warga bisa mengembalikan dana tersebut.

 

“Memang sampai saat ini masih ada warga yang waktu  arisan jamban saya pinjami, tapi sampai saat ini juga belum mengembalikan. Tetap saya hanya menunggu, kapan mereka mampu membayarnya. Kalau memang tidak mampu, mau diapakan?, kata Sulis sambil tertawa.

 

Dijelaskan oleh Sulis bahwa setiap minggunya dana arisan yang terkumpul ialah sebesar Rp400 ribu yang digunakan untuk membeli jamban, besi, dan semen. Sedangkan untuk membeli pasir dan koral, warga bergotong royong mengambil secara mandiri di sungai.

 

Biasanya warga, laki-laki atau perempuan membawa tempat berisi koral dan pasir setelah mandi di kali. Dengan cara ini, semua warga akhirnya punya jamban. Hasilnya, kini semua warga Desa Tualang yang terdiri dari 318 Kepala Keluarga (KK) semua sudah memiliki jamban.

 

Ketika ditanya setelah jamban selesai, program apalagi yang akan dikerjakan ? Sulis menjawab akan mengembangkan pengelolaan sampah keluarga.“setelah jamban selesai, saya akan mengembangkan pengelolaan sampah masyarakat dengan melibatkan semua warga. Dari warga untuk warga, semoga berhasil, mohon doanya”. kata Sulis menutup obrolan dengan mediakom.

 

Penulis : Prawito

Editor : Prima Restri dan Cheerli