Bangun IPAL Komunal, Warga Cirengit Cegah Limbah Tinja Dibuang Sembarangan


Warga Kampung Cirengit RW 09, Desa Tanjungsari, Kecamatan Cangkuang, Kabupaten Bandung, bahu membahu berhasil membuat Instalasi Pengelolaan Limbah (IPAL) sanitasi komunal. Hal tersebut dilakukan atas permasalahan di wilayah tersebut yang masih membuang Air Limbah domestik (rumah tangga) secara sembarangan.

 

Di lokasi, terlihat terdapat 12 lubang yang berguna untuk menyaring limbah rumah tangga. Kemudian bangunan IPAL komunal tersebut dibentuk menjadi sebuah bale yang bisa digunakan warga untuk pertemuan-pertemuan.

 

Kemudian di IPAL komunal tersebut terdapat pipa induk yang menyambung ke setiap rumah warga dengan menggunakan pipa kecil. Kemudian limbah rumah tangga dari warga tersebut di salurkan ke bak penampungan dan langsung di saring sampai bersih. Setelah itu langsung di buang ke Anak Sungai Cisangkuy.

 

Petugas Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM), Endang Rojak (49) mengaku khawatir saat warga di wilayahnya selalu membuang limbah rumah tangga ke sawah. Bahkan, kata dia, bisa membuang hingga ke kebun warga.

 

"Kita prihatin lah, saat banyak pembuangan limbah rumah tangga bahkan tinja ke sawah, hingga ke kebun milik warga lainnya," ujar Endang, Rabu (10/8/2022).

 

Tak hanya itu, pihaknya mengungkapkan di wilayah tersebut sering mengalami bencana banjir. Sehingga pada banjir tersebut selalu disertai limbah rumah tangga.

 

"Apalagi kalau ini pas banjir datang, bisa sampai selutut. Kotoran limbah itu pasti meluap. Terus kan ini juga ada anak sungai Cisangkuy juga, makanya sering meluap," katanya.

 

Melihat masalah tersebut, Endang langsung melakukan musyawarah dengan warga lainnya. Hasilnya adalah sepakat untuk membuat IPAL secara mandiri di wilayah tersebut.

 

"Setelah berembuk, kami langsung memutuskan membuat IPAL ini. Kemudian kami mencoba mengajukan ke Disperkimtan (Dinas Perumahan Rakyat Kawasan Permukiman Dan Pertanahan) Kabupaten Bandung," ucapnya.

 

Endang menyebutkan dinas tersebut memberikan respon yang baik. Salah satunya adalah dengan memberikan bantuan keuangan untuk membangun IPAL mandiri tersebut.

 

"Alhamdulillah Disperkimtan memberikan dana sebesar Rp 474 juta. Kemudian dipilih lah lokasi ini. Yakni tanah carik desa," jelasnya.

 

Dia menuturkan pembangunan langsung dilakukan pada tahun 2021 silam. Pembangunan pun dilakukan oleh warga yang ada di sekitar.

 

"Pembangunan di mulai Bulan September dan Selesai Desember 2021, kita juga mempekerjakan warga, kita bayar warga yang kerja Rp 100 per orang," tuturnya.

 

Endang menyebutkan IPAL komunal tersebut bisa menampung limbah rumah tangga dari puluhan rumah atau kepala keluarga. Kemudian air yang mengalir ke anak sungai Cisangkuy bisa lebih bersih.

 

"Ini udah menampung sekitar 50 KK, tapi bisa lah maksimalnya sekitar 70 KK," kata Endang.

 

Sementara itu, Fungsional Perencana dari Direktorat Perumahan dan Kawasan Pemukiman Bappenas, Arma Fitriani, mengatakan adanya IPAL tersebut harus diapresiasi oleh semua pihak.

 

"Dari Bapennas itu sangat mengapresiasi sekali, karena ini kan dibangun dengan dana alokasi khusus. Kemudian ini juga membuktikan kalau masyarakat aktif terhadap sanitasi," ujar Arma.

 

Pihaknya menegaskan pengelolaan IPAL komunal tersebut yang dikelola secara mandiri. Menurutnya hal tersebut bisa menjadi kebaikan hingga jangka waktu yang panjang.

 

"Pembangunan IPAL sanitasi massal ini kan sifatnya swakelola, dari warga sendiri baik operasional dan maintenance, jadi terlihat masyarakatnya merasakan kebutuhan dan mereka bisa membangun dan mengelola IPAL sanitasi komunal ini secara mandiri," jelasnya.

 

"Kemudian saya lihat masyarakat sukses dan  berhasil menjalankan dana khusus ini, dan manfaatnya jangka panjang," tambahnya.

 

Dia menyebutkan adanya Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP) bisa memfasilitasi daerah untuk mengenali kebutuhannya. Salah satunya adalah permasalahan sanitasi.