Hadapi Tantangan Urbanisasi, Indonesia Pererat Kolaborasi

Kian hari arus urbanisasi diperkirakan semakin tinggi. Direktur Perkotaan, Perumahan dan Permukiman, Bappenas, Tri Dewi Virgyanti mengatakan, diperkirakan kedepannya sekitar 70-80% penduduk Indonesia akan beralih tinggal ke wilayah perkotaan.

"Pada 2045 saat 100 tahun Indonesia sudah merdeka nanti diprediksi masyarakat akan lebih memilih tinggal di perkotaan," ujarnya dalam pembukaan acara Workshop Pendekatan Pengelolaan Air Perkotaan Terpadu (Intergrated Urban Water Management/IUWM).

Tingginya arus urbanisasi ini merupakan salah satu tantangan besar bagi sektor perumahan dan kawasan permukiman, termasuk untuk sektor air minum dan sanitasi. Apalagi, proses perubahan iklim yang kini terjadi meningkatkan persaingan untuk sumber daya air, dimana air semakin menipis dan ruang perkotaaan semakin terbatas. Hal inilah yang memicu terjadi berbagai bencana seperti banjir, kekeringan, penerunan kualitas air baku, hingga memengaruhi kondisi kesehatan.

Berangkat dari semua tantangan yang ada, Bappenas bersama dengan Kementerian PUPR, Apeksi dan juga World Bank mengadakan Workshop IUWM yang dilaksanakan pada 28 Januari-1 Februari 2019 di dua kota yaitu Jakarta dan Bogor.

Melalui pendekatan IUWM akan diperlihatkan tantangan-tantangan secara menyeluruh dalam pengelolaan air di wilayah perkotaan, termasuk analisis ekonomi dan keuangan terhadap alternatif infrastruktur dan layanan terkait air.

Melalui Workhsop ini pula diharapkan pemerintah Indonesia, baik pusat maupun daerah dapat lebih memahami pentingnya pengelolaan air di kawasan perkotaan.

Acara ini juga memfasilitasi keterlibatan para pemangku kepentingan. Tujuan lainnya ialah untuk membantu pemerintah daerah dalam menyusun rencana terukur dalam mengelola air di kawasan perkotaan yang nantinya akan bermanfaat bagi masyarakat. "Penyelenggaraan acara ini juga dalam rangka penyusunan rencana teknokratis sektor perumahan dan permukiman. Dengan memahami pengelolaan air minum dan sanitasi, harapannya dapat meningkat Indonesia dari low middle income country menjadi middle income yang tinggi," terang Virgy.

Sementara, IUWM Expert, World Bank, Carlos Tucci menerangkan pengelolaan air dan sanitasi memang harus menjadi perhatian khusus, apalagi populasi dunia telah semakin berkembang pesat, saat ini populasinya sudah mencapai 2 miliar. "Perencanaan yang baik di sektor perumahan, air minum dan sanitasi diyakini dapat mencegah berbagai tantangan tingginya arus urbanisasi kedepan,"  ujarnya.

Disisi lain, Walikota Semarang, Hendrar Prihadi mengatakan bahwa pihaknya kini tengah mengembangkan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) pada beberapa titik, yaitu di Semarang Barat, SPAM Pundak Payung di Banyumanuik dan SPAM Jatisari di Mijen. Pada pengembangannya Pemkot Semarang menjalin kerjasama dengan perusahaan dan mitra lainnya.

Sebagai kota dengan jumlah penduduk yang tak kalah besar, Jakarta dan Tangerang yang juga menjadi pembicara dalam sesi panel IUWM menyatakan bahwa mereka juga tengah mengembangkan berbagai upaya perbaikan di sektor air minum dan sanitasi. "Meski masih banyak tantangan yang harus dihadapi, tapi kami akan terus berusaha untuk mengatasinya," kata Kepala Bappenas DKI Jakarta, Mahendra pada sesi Tantangan Pengelolaan Air Kawasan Perkotaan".

Selanjutnya, pada sesi panel kedua, Tri Dewi Virgyanti menegaskan, meski membutuhkan biaya yang tidak sedikit, namun peningkatan kondisi air minum dan sanitasi tetap harus dilakukan karena keuntungannya sangat sebanding. "Bahkan, untuk investasi air minum benefitnya dapat diperoleh dua kali lipat" pungkasnya.

Bukan hanya diisi dengan sesi panel saja, kegiatan pelatihan IUWM juga dilengkapi dengan kegiatan kunjungan lapangan ke beberapa lokasi di Kota Jakarta dan Bogor. Tujuannya untuk memberikan pemahaman utuh dan pengalaman kepada seluruh peserta.