Membangun Kemitraan CSR Untuk Peningkatan Akses Air Minum dan Sanitasi


25 Mei
- Jejaring Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (AMPL) bekerjasama dengan Kementerian PPN/BAPPENAS serta USAID IUWASH PLUS menyelenggarakan kegiatan diskusi bertajuk “Membangun Kemitraan CSR untuk Peningkatan Akses Air Minum, Sanitasi dan perilaku Higiene.

Kegiatan yang dilaksanakan pada Selasa, 25 Mei 2021, bertempat di The Akmani Hotel tersebut menghadirkan sejumlah narasumber seperti Direktur Perkotaan, Perumahan dan Permukiman (Perkotkim) BAPPENAS, USAID IUWASH PLUS serta sejumlah perusahaan seperti Adaro, Nestle dan Sinar Mas.

Dalam sambutan pembukaannya, Ketua Jejaring AMPL, Bapak Laisa Wahanudin menyampaikan pentingnya untuk bisa membangun kemitraan CSR sebanyak mungkin. Hal ini merupakan cara untuk bisa meminimalisir gap pembiayaan yang terjadi pada sektor air minum dan sanitasi.

“Kita tahu bahwa ada gap yang cukup signifikan ketika kita bicara tentang pembiayaan air minum dan sanitasi,” Ujar Wahanudin. “Oleh karena itu, perlu kita untuk segera memikirkan bagaimana untuk bisa meminimalkan gap tersebut. Salah satunya adalah dengan membangun kemitraan CSR.”

Wahanudin juga menambahkan bahwa sejauh ini penggunaan CSR selalu lebih banyak digunakan untuk event-event yang sifatnya ceremonial. “Padahal jika diterapkan untuk sektor air minum dan sanitasi, hasilnya bisa lebih greng,” Jelasnya.

Sementara itu, Direktur Perumahan dan Permukiman BAPPENAS, Tri Dewi Virgiyanti, dalam paparannya menyampaikan bahwa posisi untuk akses air minum dan sanitasi hingga tahun 2020, sebesar 90,21 % RT memiliki akses air minum layak, 20,69 % RT memiliki akses air minum perpipaan, 11,9 % RT memiliki akses air minum aman.

 “Sementara untuk air limbah domestik, sebesar 79,53 % memiliki akses sanitasi layak, termasuk 7,64 % akses aman serta praktik BABS di tempat terbuka masih di kisaran 6,19 % RT,” Tambah Tri Dewi Virgiyanti.

Melihat kondisi tersebut, Tri Dewi Virgiyanti mengingatkan bahwa masih banyak yang perlu dilakukan untuk bisa mengejar target SDG 2030 seperti 100 % air minum aman, 100 % akses sanitasi layak dan pengurangan setengah porsi air limbah tidak terolah.

Peran serta dari berbagai pihak, termasuk perusahaan-perusahaan melalui program CSR, menurutnya dapat menjadi aset yang baik untuk bisa secara siginifikan mendorong capaian tersebut.

Perwakilan IUWASH PLUS, Lina Dawayanti, dalam kesempatannya juga berbagi pengalaman terkait bagaimana membangun kemitraan CSR ini. Ia menyebutkan ada sejumlah faktor yang dapat mendorong terbangunnya kemitraan yang baik. Seperti peran fasilitator, kemitraan yang diajukan memang merupakan kebutuhan nyata di masyarakat, keterlibatan multi pihak, komunikasi intensif serta kegiatan monev.

Turut membagikan pengalamannya, sejumlah perusahaan seperti PT. Adaro, PT Nestle Indonesia dan PT Sinarmas. Selain itu, pihak peserta juga diajak untuk menuangkan usulan serta pendapatnya di sesi diskusi. Beberapa poin-poin penting juga dihasilkan dalam diskusi tersebut, seperti perlunya adanya kesamaan tujuan, perlunya advokasi di kalangan pemerintah daerah mengenai potensi CSR untuk pengembangan akses air minum dan sanitasi .