Menggali Potensi Pendanaan Air Minum dan Sanitasi


Target SDGs untuk akses air minum dan Sanitasi aman yang harus dicapai oleh Indonesia di tahun 2030 tentu membutuhkan banyak sekali dukungan serta kolaborasi dari berbagai pihak dalam banyak hal, termasuk dalam hal pendanaan.

Atas dasar itulah, Water.org kemudian mengadakan kegiatan webinar dengan tema “Potensi Pendanaan Air Minum dan Sanitasi dari WaterEquity" yang mengulas tentang potensi pembiayaan air minum dan sanitasi.

Sekedar informasi, WaterEquity merupakan lembaga pendanaan yang dimulai pada 2014 dengan fokus mendukung pembiayaan di sektor air minum dan sanitasi untuk lembaga keuangan mikro, koperasi, bank, non-bank, ataupun lembaga penyedia layanan air minum dan sanitasi di sejumlah negara berkembang.

Dalam pertemuan yang berlangsung selama 2 jam tersebut, turut hadir Regional Director South East Asia, Water.org, Gay Santos, Direktur Perumahan dan Permukiman, Kementerian PPN/Bappenas, Tri Dewi Virgiyanti, perwakilan WaterEquity, Anu Valli, dan juga Trigeany Linggoatmodjo perwakilan  USAID IUWASH PLUS.

Selain itu, turut hadir juga sejumlah lembaga keuangan di Indonesia, termasuk salah satu diantaranya adalah Komida, koperasi yang pernah bekerjasama dengan WaterEquity. Dalam kegiatan ini, Komida hadir untuk berbagi pengalaman seputar mengelola pembiayaan di bidang air minum dan sanitasi.

Dalam sambutannya, Regional Director South East Asia, Water.org, Gay Santos mengatakan bahwa, kolaborasi antara berbagai pihak penting dilakukan di masa saat ini, agar keterbatasan sumber daya bisa dapat di atasi.

"Untuk mengatasi tantangan keterbatasan pembiayaan, kami bersama Bappenas dan juga USAID IUWASH PLUS sudah melakukan advokasi kepada kementerian keuangan. Tujuannya agar anggaran dan pembiayaan air minum dan sanitasi dapat dimasukkan dalam kebijakan mikro kredit Pemerintah,” Jelas Gay Santos.

Kondisi saat ini, diakui oleh Gay Santos, cukup berat, namun dengan dukungan semua pihak, water.org tetap optimis tantangan tersebut dapat teratasi. "Tantangan ini sebenarnya akan membuat kita semua berpikir ‘out of the box’ baik dalam pengembangan kemitraan atau pun pembentukan kemitraan baru dalam hal pembangunan air minum dan sanitasi. Kami juga sangat senang sekali dapat menjadi bagian dari upaya membangun kemitraan bersama pada untuk aspek pendanaan,” tambah Gay Santos.

Sementara itu, dalam sambutan, Direktur Perumahan dan Permukiman, Tri Dewi Virgiyanti mengatakan bahwa, jika dibandingkan dengan negara lain di Asia Tenggara, kondisi air minum dan sanitasi di Indonesia masih agak tertinggal. Terkait hal itu, kolaborasi menjadi hal penting yang harus dilakukan. Kondisi sektor yang masih tertinggal inilah yang menjadi alasan kuat perlunya berkolaborasi dengan semua pihak, untuk memastikan bahwa target SDGs di sektor air minum dan sanitasi aman dan berkelanjutan dapat tersedia bagi semua masyarakat pada tahun 2030 mendatang.

“Kami perlu bermitra dengan semua pihak, membantu mengidentifikasi segmentasi masyarakat yang masih belum memiliki akses air minum dan sanitasi aman, serta memastikan agar hal itu tersedia untuk masyarakat dalam tingkatan manapun,” ungkap Virgi.

Disisi lain, perwakilan WaterEquity, Anu Valli menyampaikan bahwa, sejak tahun 2019, WaterEquity sudah menggelontorkan kurang lebih 183 juta dollar AS kepada lembaga-lembaga keuangan di beberapa negara, termasuk Indonesia.

“Kami memang memfokuskan untuk memberi bantuan pinjaman kepada lembaga keuangan yang punya target untuk mencapai SDGs air minum dan sanitasi,” jelasnya.

Oleh karena itu, menurut Anu Valli, proses pendampingan sudah dilakukan dari mulai awal, ketika suatu lembaga keuangan tersebut mengajukan pinjaman. “Kami akan membantu pada setiap tahapan proses, mulai dari bersama-sama menyusun target yang akan dicapai, hingga membantu dalam membuat laporan atau proposal untuk dibawa kehadapan investor,” tambah Valli.

Terkait UMKM sendiri, Anu Valli menyebutkan bahwa, selama ini WaterEquity juga telah bekerjasama dengan lembaga keuangan yang memiliki akses kepada UMKM di sektor air minum dan sanitasi. Tujuannya agar upaya untuk mendukung pencapaian target SDGs di sektor air minum dan sanitasi dapat dicapai dengan baik.

Sementara itu, pada sesi berbagi pembelajaran perwakilan Komida, Sugeng, menyampaikan bahwa, sudah dari tahun 2014, pihaknya tertarik untuk ikut masuk dalam pembiayaan di bidang sanitasi, karena banyak anggota Komida yang belum memiliki fasilitas sanitasi layak. “Sudah dari tahun 2014 kami masuk ke dalam pembiayaan air minum dan sanitasi. Alasannya karena hasil survei internal kami menunjukkan bahwa, 62 ribuan anggota kami belum memiliki jamban yang layak dan sehat,” ungkap Sugeng. 

Di sisi lain, angka 62 ribu anggota tersebut, dinilai Sugeng sebagai suatu prospek yang bisa digarap. Terlebih, fakta menunjukkan pinjaman terkait perbaikan sarana sanitasi memiliki tingkat pengembalian yang lebih baik daripada pinjaman usaha.

“Jika pinjaman itu untuk perbaikan sarana sanitasi, yang kami temui adalah anggota atau keluarga peminjam termotivasi untuk lebih bertanggung jawab dalam pengembalian pinjaman. Itulah yang membuat kami akhirnya tertarik untuk terlibat menjadi salah satu mitra WaterEquity” tambah Sugeng mengakhiri ceritanya.