Peringatan Hari Kebersihan Menstruasi Sedunia 2022 Ajak Semua Pihak Untuk Peduli Isu MKM

Kemiskinan Menstruasi atau yang dikenal dengan istilah Period Poverty adalah kondisi dimana perempuan tidak bisa mengakses pengetahuan dan informasi yang benar, material kebersihan menstruasi seperti pembalut, dan juga sarana sanitasi dan hygiene yang tidak ramah perempuan.
 
Hasil riset formatif Unicef, 2015, menunjukkan bahwa masih kurangnya akses ke bahan pembalut menstruasi yang terjangkau dan berkelanjutan, dimana 1 dari 10 perempuan di perdesaan masih menggunakan bahan pembalut yang dapat digunakan kembali yang sebagian besarnya terbuat dari bahan yang tidak higienis seperti kain bekas, handuk bekas,  atau bahkan celana dalam double yang pengelolaannya tidak bersih.
 
Kondisi semacam ini tentunya tidak bisa dibiarkan. Pasalnya, bukan hanya berpotensi menggangu fungsi reproduksi, hal itu juga menjadi pemicu  perempuan dan anak perempuan terhambat dalam mencapai potensi dirinya terutama dalam hal pendidikan, ekonomi dan partisipasi sosial.
 
Berangkat dari kondisi tersebut, dan sebagai bentuk aksi nyata untuk mencegah makin meluasnya Kemiskinan Menstruasi, serta bagian dari rangkaian perayaan Hari Menstruasi Sedunia tahun 2022, maka Jejaring AMPL yang didukung oleh GIZ Fit For School mengadakan acara Instragram Live (IG Live) dengan tema "Period Poverty-More Than Hygiene" pada 3 Juni 2022 dengan narasumber dari influencer yaitu Dhea Seto, Pelaku Seni dan dr. Dyana selaku Co-Founder AKAR Indonesia.
 
Memulai acara, host IG Live, Angelina Yusridar, yang merupakan perwakilan Jejaring AMPL dari SIMAVI menanyakan kepada dua narasumber tentang bagaimana kondisi kemiskinan menstruasi dari sisi kesehatan dan adakah pengalaman kesulitan mendapatkan akses dan informasi terkait menstruasi.
 
Menjawab pertanyaan tersebut, dr. Dyana mengakui memang hingga saat ini masih banyak sekali stigma dan mitos menstruasi yang masih beredar di Indonesia. "Bahkan di beberapa belahan dunia menstruasi juga masih menjadi hal tabu untuk dibicarakan. salah satu stigma yang masih ada adalah masih banyak yang beranggapan bahwa darah menstruasi adalah darah kotor. Padahal darah yang keluar dari tubuh semua sama yaitu darah bersih" jelasnya.
 
Berkaitan dengan hal tersebut, dr. Dyana menyampaikan bahwa aksi-aksi nyata sebagai upaya mengarustutamakan isu Manajemen Kesehatan dan Kebersihan Menstruasi (MKM) sangat perlu untuk dilakukan, sehingga makin banyak informasi dan edukasi yang benar dan akurat yang bisa di akses dan tersebar luas di  masyarakat. Kegiatan IG live ini pun bisa menjadi upaya konkrit untuk menghilangkan tabu menstruasi.
 
Sementara itu, Influencer Pelaku Seni, Dhea Seto mengaku pernah memiliki pengalaman sulitnya mendapatkan akses informasi terkait isu MKM ini. "Saya mengetahui informasi awal ini yang sejak dilibatkan Jejaring AMPL dalam publikasi isu MKM," terang Dhea,
 
Menurut Dhea, masih banyaknya stigma ini bukan hanya menjadi penyebab masih terjadinya "Kemiskinan Menstruasi" namun juga sebagai alasan masih banyak perundungan terhadap perempuan yang mengalami menstruasi. "Bahkan, di sekolah-sekolah, masih banyak siswi yang mengganti pembalut dengan sembunyi agar tidak ketauan lawan jenis, membuat seolah haid menjadi hal yang memalukan," ceritanya.
 
"Banyaknya kesalahan informasi terkait menstruasi inilah yang kadang membuat para perempuan malas mencari informasi tentang menstruasi. Belum lagi jika menstruasi yang dialami terasa nyeri dan membuat tidak nyaman," ucapnya.
 
Kendati begitu Dhea dalam IG Live ini mengimbau kepada seluruh perempuan untuk lebih rajin mengakses informasi yang akurat melalui saluran-saluran yang benar dan terpercaya, salah satunya bisa melalui akun instagram @mkm.indonesia. "Sebaiknya para perempuan bisa lebih rajin mengakses informasi untuk mendapat jawaban dan fakta, diba ndingkan harus percaya dengan stigma dan mitos yang banyak beredar," tegas Dhea.
 
Di sesi selanjutnya, Angie selaku host kembali menayakan kepada kedua narasumber tentang pernahkah keduanya mengalami keterbatasan akses air dan sanitasi saat menstruasi, dan menurut keduanya apa dampak dari minimnya akses tersebut.
 
Menyikapi pertanyaan ini dr. Dyana menjelaskan bahwa di sejumlah daerah minimnya akses air bersih dan sanitasi memang masih menjadi tantangan. Terkait hal ini dr. Dyana menyarankan bagi para perempuan yang ada di daerah sulit air dan akses sanitasi yang baik , maka bisa menggunakan tisu saja. "Dalam membersihkan daerah kewanitaan/vagina utamanya adalah kering, jadi jika kondisi air dan toiletnya tidak mendukung bisa menggunakan tisu saja," jelasnya.
 
Sementara itu, Dhea mengaku sangat beruntung bahwa dirinya tinggal di kawasan perkotaan, sehingga tidak merasakan kesulitan air dan sanitasi. "Untuk pengelolaan menstruasi yang baik, saya menggunakan aplikasi MKM yaitu OKY. Bukan hanya untuk mengetahui siklus menstruasi, aplikasi ini juga berguna sebagai pusat informasi akurat dan terpercaya untuk isu MKM, salah satunya ada fitur edukasi untuk mengetahui mitos dan fakta menstruasi," terangnya.
 
"Selain itu, disini aku juga ingin mengajak kepada teman-teman perempuan untuk tidak perlu khawatir jika ingin melakukan konsultasi seputar isu MKM kepada dokter atau tenaga kesehatan, terutama bagi teman-teman yang mengalami keluhan saat menstruasi," tambah Dhea.
 
Imbauan untuk tidak ragu melakukan konsultasi ke dokter atau tenaga kesehatan seputar isu MKM juga dipertegas oleh dr. Dyana, bahkan co-founder AKAR ini mengatakan bahwa menstruasi itu hal normal yang berdampingan dengan perempuan, jadi tidak perlu ragu atau takut jika ingin melakukan pengecekkan. "Bahkan seharusnya jangan tunggu sampai ada masalah baru bertanya. Jika memang malu datang ke Obgyn opsi lainnya teman-teman bisa berkonsultasi dengan dokter umum," paparnya.
 
Selanjutnya pada sesi yang terakhir Angie, dr. Dyana dan Dhea membahas terkait pilihan produk menstruasi yang ada di pasaran. Menurut dr. Dyana, perempuan tidak perlu ragu untuk memilih dan menggunakan produk menstruasi yang nyaman bagi diri mereka masing-masing. Hal ini mengacu bahwa setiap orang akan memiliki perbedaan kecocokan produk, ada yang cocok menggunakan mentsrual pad atau jenis lainnya.
 
Menurut dr. Dyana pembalut kain tetap bisa menjadi opsi yang baik, karena selain ramah lingkungan, pembalut kain juga ramah dompet karena dapat digunakan dalam jangka waktu yang lama dengan perawatan yang tepat. "Kendati demikian, kembali ulasan di awal yaitu jika memang tersedia air, reusable pad tentunya menjadi pilihan yang tepat, namun jika tidak ada akses air, bisa menyesuaikan dengan kondisi, pembalut sekali pakai yang tidak perlu dicuci bisa menjadi pilihan," jelasnya.
 
Kemudian, dr. Dyana menyarankan, agar menstruasi lebih nyaman, para remaja perempuan dan perempuan dewasa juga bisa menyiapkan menstrual pack di dalam tasnya yang berisi produk mentruasi, tissue, dan pakaian dalam ganti, sehingga bila menstruasi tiba semua sudah siap dalam kantong tersebut. Selain itu, bila mengalami nyeri menstruasi maka diperbolehkan juga untuk mengkonsumsi obat-obatan.
 
"Meski mengalami nyeri saat menstruasi adalah hal yang wajar untuk dialami setiap perempuan, namun tetap perempuan tidak boleh merasa menderita karena nyerinya. Adapun jenis obat yang boleh dikonsumsi adalah Ibuprofen atau paracetamol," terangnya.
 
Sementara itu, Dhea mengaku jika dirinya lebih sering meminum ramuan herbal, seperti air rebusan daun sirih ketika sedang mengalami nyeri menstruasi. Lebih lanjut, Dhea juga menyatakan jika dirinya setuju dengan apa yang disampaikan dr. Dyana yaitu meski telah mulai luasanya akses informasi terkait isu MKM, namun masih ada tantangan dalam isu ini yang menjadi PR bersama. Bukan sekadar melakukan edukasi kepada teman-teman perempuan, sosialiasasi isu ini juga perlu disampaikan kepada laki-laki dan keluarga.
 
"Menstruasi adalah hal yang normal bagi perempuan. Kita tidak perlu ragu untuk menyuarakan usul, dan saran terkait yang menjadi hak kita. Contohnya,  untuk dapat mendapatkan akses toilet yang layak bisa disuarakan. Tidak perlu merasa malu untuk sama-sama mengedukasi dan menginformasikanya kepada masyarakat luas," pungkas Dhea di akhir diskusi Instagram Live.