Perkuat Komitmen SDGs, Pemerintah dan Mitra Pembangunan Susun Strategi Jitu

Dalam waktu dekat Pemerintah Indonesia, Sanitation Water For All (SWA), dan juga para mitra pembangunan yang tergabung dalam Jejaring AMPLmengadakan kegiatan Kick Off Meeting Mutual Accountability Mechanism (MAM) yang bertujuan sebagai salah satu strategi dalam memperkuat komitmen seluruh stakeholder guna mendukung pencapaian target SDGs 2030 untuk menyediakan akses air minum dan sanitasi layak bagi seluruh masyarakat.
 
Dalam sambutannya, Direktur Perumahan dan Permukiman, Kementerian PPN/Bappenas, Tri Dewi Virgiyanti, menjelaskan bahwa sebagai bagian dari kemitraan global SWA, Indonesia memang memiliki komitmen untuk bisa menyusun dan membentuk MAM yang dirancang untuk memperkuat partisipasi dan akuntabilitas para pemangku kepentingan dalam rangka memastikan pencapaian target SDGs Tujuan 6 (air minum dan sanitasi).
 
Menurut Virgi, dalam penyusunan MAM ini seluruh pemangku kepentingan, termasuk pemerintah dan para mitra pembagunan harus terlibat, saling bekerjasama, dan bertanggung jawab atas komitmen nasional tersebut.
 
Virgi menambahkan, dalam penyusunannya, pihak SWA juga akan berkolaborasi untuk memperkuat proses, memastikan kapasitas penyediaan, keberlanjutan layanan, hingga akutanbilitas seluruh pemangku kepentingan yang terlibat dalam penyusunan MAM itu.
 
“Melalui penyusunan komitmen MAM di tingkat nasional, diharapkan semua stakeholder dapat saling memantau, membantu, dan mengevaluasi kondisi sektor WASH di Indonesia. Selain itu, MAM juga bertujuan untuk memastikan kolaborasi, serta pembagian tugas dan tanggung jawab antara para pihak  menjadi tepat dan jelas. Dalam penerapannya, MAM juga harus menggunakan metode yang sesuai dengan kondisi negara masing-masing,”ujar Virgi.
 
Sementara itu, Head of Country Engagement, SWA, Muyatwa Sitali mengucapkan terima kasihnya kepada pemerintah Indonesia yang telah bersedia menjadi tuan rumah dari pelaksanaan Sector Ministers Meeting (SMM) tahun 2022 ini.
 
Selain menjadi bagian dari penyelenggaran SMM, Sitali menjelaskan bahwa penyusunan MAM ini juga bertujuan untuk membangun komitmen multipihak baik itu pemerintah, organisasi masyarakat sipil, sektor swasta, lembaga pendidikan, hingga organisasi keagamaan untuk meningkatkan pembangunan di sektor air minum dan sanitasi.
 
Mutual Accountability Mechanism dibentuk karena kemajuan dalam sektor air minum, sanitasi dan higiene tidak dapat dicapai oleh satu aktor tunggal saja. Diperlukan kolaborasi antar pihak. Tiga pilar utama dalam pendekatan MAM ialah membangun kemauan politik untuk mengeliminasi kesenjangan akses, melakukan pendekatan antar pihak untuk mencapai akses universal, serta memperkuat sistem yang ada untuk menarik investasi pada sektor ini," ucap Sitali.
 
Coordinator of Mutual Accountability Mechanism, SWA, Mariana Dias menyatakan ada banyak keuntungan yang bisa didapat dengan menyusun MAM ini. Salah satunya, adalah bisa menjadi strategi advokasi efektif untuk meningkatkan dukungan para pemegang kebijakan. "MAM dapat menjadi alat advokasi untuk menggerakan berbagai pemangku kepentingan lainnya untuk mengambil aksi secara konkret dalam meningkatkan akses di sektor air minum, sanitasi, dan higienitas”, kata Mariana.
 
Mariana menambahkan bahwa Mutual Accountability Mechanism yang disusun nantinya dapat disinkronisasi dengan mekanisme akuntabilitas yang sudah ada saat ini di Indonesia, sehingga memberikan nilai tambah bagi apa yang sudah dilakukan oleh pemerintah.
 
Menanggapi pernyataan Mariana, Koordinator Bidang Air Minum dan Sanitasi, Direktorat Perumahan dan Permukiman, Kementerian PPN/Bappenas, Nur Aisyah Nasution menjelaskan bahwa sebenarnya Indonesia telah memiliki mekanisme koordinasi antar pihak. Diketahui bahwa telah ada beberapa Kelompok Kerja (Pokja) dan juga Jejaring AMPL yang terlibat dalam penyususunan MAM ini.
 
"Dengan adanya sejumlah Pokja dan juga jejaring sebenarnya komunikasi antara pemerintah dan non pemerintah sudah cair. Tetapi, harapannya melalui penerapan MAM ini, diharapkan kita dapat lebih menyelaraskan upaya bersama untuk saling mendukung, memantau, dan mengevaluasi kinerja yang telah dilakukan, sehingga target akses universal dalam SDGs dapat tercapai," tutur Aisyah.
 
Sementara itu, Research Director, Institute for Sustainable Futures, University of Technology, Sydney, Julliet Willets memberikan saran tentang pentingnya keterlibatan konsitituen lain, seperti dari bidang pendidikan dan riset dalam merumuskan kebijakan MAM yang tepat. "Hal ini karena pengambilan kebijakan berdasarkan bukti sangatlah penting, sehingga bisa memahami masalah yang dihadapi, memilih alat uji yang benar, serta menentukan agenda yang tepat," ungkapnya.
 
Di Indonesia sendiri Jejaring AMPL dan CRPG telah terpilih menjadi mitra SWA dalam menyusun MAM. Adapun salah satu tujuan dari keterlibatan Jejaring dan CRPG adalah mendukung dan mengembangkan MAM di Indonesia dengan mengusulkan metodologi untuk meninjau kemajuan pencapaian target dan tindakan korektif yang telah disepakati oleh pemerintah dan pemangku kepentingan lainnya.
 
Kegiatan yang dilakukan secara online pada 16 Februari 2022 lalu, setidaknya di hadiri oleh 85 peserta yang berasal dari berbagai kalangan. Mulai dari organisasi masyarakat sipil yang bekerja di sektor air minum dan sanitasi di tingkat nasional dan sub-nasional, sektor swasta, organisasi pembelajaran dan penelitian, lembaga donor, bilateral, dan PBB/UN, hingga organisasi berbasis agama.
 
Dalam penutupannya, Koordinator Bidang Sanitasi, Direktorat Perumahan dan Permukiman, Bappenas selaku Ketua Jejaring AMPL, Laisa Wahanudin menyatakan, dengan berbagai manfaat MAM yang telah dipaparkan, maka diyakini bahwa MAM merupakan salah satu cara jitu untuk memastikan pencapaian target air minum dan sanitasi, baik yang telah ditetapkan oleh pemerintah maupun yang merupakan target global seperti SDGs.
 
"Penerapan Mutual Accountability Mechanism, dimana negara dan konstituen SWA didorong untuk menyusun komitmen dan membangun mekanisme bersama antar para pemangku kepentingan, tentunya akan sangat memudahkan para pihak dalam mendukung pembangunan di sektor air minum dan sanitasi, termasuk bagi Indonesia. Pasalnya mekanisme MAM ini akan membuat satu sama lain untuk  saling bertanggung jawab dan bekerja sama,” pungkas Wahanudin.