Sanitasi Raih 'Panggung' di HUT Kota Cirebon Ke-649

CIREBON — Selasa, 12 September 2018

Melihat keseriusan suatu daerah dalam menggarap isu sanitasi ada banyak cara. Cara yang paling formal dan lazim adalah dengan menilik seberapa spesifik kebijakan daerah terkait sanitasi yang sudah diterbitkan. Namun, jika ada deklarasi terbuka yang dilakukan di hari ulang tahun kota, di tengah upacara pada alun-alun kota, tentu kita bicara soal level komitmen yang berbeda.

Akses sanitasi layak kota Cirebon saat ini sudah mencapai 83,87%. Angka ini tidak terlampau jauh dari target Universal Access 100-0-100 tahun 2019, di mana masing-masing daerah diharapkan mampu mencapai 100% akses sanitasi yang terdiri dari 85% akses layak dan 15% akses dasar.

Akan tetapi, Pokja Sanitasi Kota Cirebon tidak lantas berpuas diri. Sebagai bagian dari perayaan HUT Kota Cirebon Ke-649, yang jatuh pada 1 Muharram 1440 H di hari Selasa (12/9) kemarin, Kota Cirebon menyatakan komitmennya akan sanitasi.

"Di tahun 2020, Cirebon harus mencapai akses sanitasi layak lebih dari 95% dan seluruh kelurahan telah bebas dari BABS," tandas PJ Walikota Cirebon Dedi Taufikurohman.

Lebih lanjut, Dedi juga berpesan agar upaya pengelolaan sampah tidak lupa melibatkan partisipasi masyarakat.

"Konsep pengelolaan lingkungan pun harus dimulai dari pengurangan sampah di sumbernya," tandas Dedi. "Manfaatkan kolaborasi dan partisipasi warga masyarakat untuk menciptakan Bank Sampah di masyarakat dan pendidikan pengelolaan sampah terpilah di masyarakat."


Perhatian akan pelibatan masyarakat dalam mengelola sanitasi ini selaras dengan Gerakan Kolaborasi Penduduk Dalam Pengelolaan Lingkungan 'Kudu Eling'. Sesuai dengan Paket Kebijakan 'Kudu Eling' Kota Cirebon, dalam waktu dekat Pemerintah Kota Cirebon akan turun tangan mewujudkan pengadaan '1 RW, 1 Bank Sampah'.

Sepertinya Pemerintah Kota Cirebon tidak akan mengalami tantangan dalam menggerakkan kesadaran masyarakat. Pasalnya, selama ini, berbagai inisiatif terkait lingkungan sudah tumbuh di masyarakat.

Di kalangan pelajar dan anak-anak, misalnya, kesadaran untuk mengurangi sampah plastik dengan sendirinya menjadi bagian dari Deklarasi Anak Nasional. Deklarasi ini turut dibacakan di sidang paripurna yang juga digelar pada hari peringatan HUT Kota Cirebon, usai upacara di alun-alun.

Di antara 10 butir deklarasi, terdapat butir ke-5 yang berbunyi: "Forum Anak bersama pemerintah, berkomitmen untuk membatasi penggunaan plastik sekali pakai, dan mendayagunakan sampah plastik untuk didaur ulang di Indonesia."

"Sampah plastik ini kan bagian dari keseharian kita, jadi wadah makanan kita. Jajannya anak-anak," ujar Alya, anggota Forum Anak Kota Cirebon. "Kalau kena panas, enggak sehat buat tubuh manusia. Enggak sehat buat tubuh anak-anak, terutama yang udah rentan."

Sementara itu, kaum anak-anak turut jadi andalan komunitas SinauArt dalam menumbuhkan kesadaran akan lingkungan. Pada sidang paripurna, Selasa (11/9) kemarin, komunitas bidang lingkungan ini mendapat penghargaan sebagai 'Pegiat Seni dan Budaya' dari Pemerintah Kota Cirebon. Sebagai bagian dari program per dua mingguan, SinauArt menggagas KODOK BALI (Komunitas Dolanan Anak Bantaran Kali). Di KODOK BALI, SinauArt mengajarkan semangat daur ulang dan peduli lingkungan lewat kesenian dan dongeng.

"Anak-anak itu konsepnya bermain. Jadi enggak mungkin anak-anak masuk ke dunia kita, kita yang harus masuk ke dunia dia," ujar Nico, founder SinauArt. "Kita ajak main dulu untuk mencairkan suasana. mereka sudah merasa nyaman, baru nanti kita sisipi pesan-pesan yang akan kita sampaikan."

***