Stop Perilaku BABS, Inilah Cara yang Dilakukan Puskesmas Tanjung Lengkayap

Mengubah kebiasaan masyarakat Tanjung Lengkayap, Kecamatan Lengkiti, Kabupaten Ogan Komering Ulu untuk tidak melakukan praktek buang air besar sembarangan (BABS) di tempat terbuka tidaklah mudah. Pasalnya, sudah sangat lama mereka melakukan praktek BABS di sungai atau kebun.

 

Di Tanjung Lengkayap sendiri praktik buang air besar sembarangan dikenal dengan istilah “WC Terbang”, yakni warga akan buang air besar dalam plastik dan kemudian akan di lempar ke sungai atau kebun.

 

Kepala Puskesmas Tanjung Lengkayap, Imlan menjelaskan bahwa pihaknya merasa sangat sulit ketika melakukan pemicuan pertama kali kepada warga, hal itu karena warga disana sudah terbiasa untuk BABS di sungai atau kebun yang dianggap lebih praktis daripada harus buang air besar di kloset.

 

“Awalnya kami merasa sangat berat melakukan sosialisasi ini, karena banyak yang apatis, bahkan tidak merespon. Maklum lah mereka sudah bertahun-tahun terbiasa buang air besar di sungai,” jelas Imlan.

 

Dia menceritakan, tahap awal yang dilakukan untuk memulai sosialisasi adalah melakukan koordinasi dengan dinas kesehatan, kemudian diskusi dengan tokoh masyarakat dan juga warga setempat. Tujuannya agar semua pihak saling mendukung upaya yang dilakukan, sehingga Tanjung Lengkiti bisa lebih baik, lebih sehat, dan terbebas dari perilaku buang air besar sembarangan.

 

“Meski banyak tantangan dan kendala diawal, tapi dengan kegigihan semua petugas puskesmas dan juga dukungan dari banyak pihak, termasuk perangkat desa akhirnya pelan-pelan masyarakat mendengar dan mau berubah,” terang Imlan.

 

Menurut Imlan, selain merasa buang air besar di kloset itu tidak praktis, alasan lain yang diutarakan warga ialah mengenai biaya pembuatan toilet yang mahal. “Kendati demikian, kami bersama tim pendamping dari Dinas Kesehatan tetap terus-menerus melakukan pemicuan dengan menjelaskan tentang bahayanya perilaku BABS bagi lingkungan, termasuk membahayakan manusia,” ujarnya.

 

Untuk lebih meyakinkan warga, Imlan bersama tim juga melakukan simulasi dan visualisasi proses pencemaran yang bisa ditimbulkan oleh feses yang dibuang sembarangan. “Setelah semua proses itulah akhirnya warga mulai sedikit demi sedikit ada perubahan mindset dan akhirnya kini mereka sudah tidak lagi buang air besar sembarangan di tempat terbuka,” pungkas Imlan mengakhiri wawancara.


Penulis :
 Prawito

Editor : Prima Restri dan Cheerli