Terus Tingkatkan Kinerja, DIY Jadi Salah Satu Provinsi Capaian Air Minum dan Sanitasi Tertinggi

“Semenjak ada air bersih dari Pamsimas, kehidupan saya menjadi lebih terbantu. Sebelumnya saya harus mengambil air dengan cara menggendong drigen yang berat dan berjalan kaki sejauh ± 1 KM. Namun setelah ada Pamsimas, saya dapat memenuhi kebutuhan minum, masak, mandi dan cuci dengan sangat mudah,” begitulah tutur Sarmini (35), salah seorang warga Desa Natah, Kecamatan Nglipar, Kabupaten Gunung Kidul kepada tim pemantuan dan evaluasi yang dipimpin Direktorat Perkotaan, Perumahan dan Permukiman (Dit. Perkotrumkim), Bappenas.

Pada 17-18 Juli 2019 Dit. Perkotrumkim, Bappenas bersama dengan Direktorat Pengairan dan Irigasi Bappenas, Direktorat Keterpaduan Infrastruktur Permukiman Kementerian PUPR, Pusat Fasilitasi Infrastruktur Daerah (PFID) Kementerian PUPR, Badan Pengembangan Infrastruktur Wilayah (BPIW) Kementerian PUPR, Direktorat Kesehatan Lingkungan Kementerian Kesehatan, dan Asisten Deputi Bidang Infrastruktur Sumber Daya Air Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian telah melakukan pemantauan dan evaluasi terpadu sektor air minum dan sanitasi di Provinsi DIY.

Kegiatan ini diawali dengan audiensi dengan Pokja AMPL Provinsi DIY serta Pokja AMPL Kabupaten/Kota di Provinsi DIY. Setelah audiensi, dilakukan kunjungan lapangan dilakukan ke beberapa infrastruktur air minum dan sanitasi seperti SPAM Regional Kartamantul, PDAM off-taker di Kabupaten Sleman, Intake SPAM Kamijoro, Pamsimas di Kabupaten Gunungkidul, dan TPA Piyungan di Kabupaten Bantul.

Kasubdit Air Minum, Dit. Petrokumkim, Bappenas, Tirta Sutedjo, menjelaskan bahwa Provinsi DIY menjadi lokasi kunjungan lapangan karena telah menunjukkan kinerja yang baik dalam pembangunan sektor air minum dan sanitasi. Dimana, capaian kedua sektor tersebut cukup tinggi yaitu 71,65% untuk akses air minum dan 92,02% untuk sanitasi. Faktor-faktor pemicu keberhasilan Provinsi DIY diharapkan dapat menjadi lesson learned bagi daerah lain maupun bagi pengambil kebijakan di tingkat pusat.

Beberapa lesson learned dari keberhasilan Provinsi DIY dalam menyediakan akses air minum dan sanitasi adalah komitmen dan perhatian dari pemerintah daerah yang kuat, koordinasi lintas sektor yang efektif diantaranya dengan dibentuk sekretariat bersama lintas sektor dan kabupaten kota, penerapan teknologi seperti instalasi pengolahan air dengan bahan fiber yang lebih efisien dari aspek pembangunan instalasinya khususnya untuk kapasitas dan lahan yang tidak terlalu besar serta sumber daya manusia yang memiliki kapasitas yang cukup

Kendati begitu, pencapaian yang diraih DIY bukanlah berjalan mulus tanpa tantangan, melainkan banyak kendala yang harus dihadapi. Contohnya dari sisi teknis dan pendanaan. Beberapa infrastruktur yang dibangun telah melampaui kapasitas, salah satunya IPAL Sewon dan TPA Piyungan, sehingga limbah tidak terolah dengan optimal. Pada saat ini masih dilakukan analisa terhadap teknologi yang sesuai dengan kapasitas dan kondisi di TPA Piyungan. Direncanakan pembangunan TPA Piyungan akan dilakukan melalui Kerjamasa Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU). SPAM Regional Kartamantul pada saat ini belum dapat dioperasikan sesuai dengan kapasitas yang terbangun dikarenakan keterbatasan jumlah operator

Untuk itu, meskipun Provinsi DIY memiliki capaian akses yang baik, dukungan pendanaan tetap dibutuhkan untuk meningkatkan kapasitas dan kualitas layanan air minum dan sanitasi. Beberapa alternatif pendanaan yang dapat dioptimalkan adalah KPBU (diantaranya akan dilakukan pada TPA Piyungan dan SPAM Kamijoro), APBN, APBD, dana transfer ke daerah, dan creative financing lainnya.