Tinja dan Corona

Tinja dan Corona

Seiring makin merebaknya penyebaran virus corona di dunia, termasuk di Indonesia, tidak heran bila hampir semua pemberitaan di berbagai media tengah fokus membahas isu tersebut. Dari beragam topik yang diulas, salah satu yang ramai saat ini ialah adanya dugaan potensi penyebaran virus melalui tinja.

 

Lalu bagaimana sebenarnya yang terjadi?

Berita mengenai potensi penyebaran Covid-19 melalui tinja ini merebak setelah ada beberapa hasil penelitian, salah satunya dari RS Shenzhen Third People, China yang menemukan jejak genetik virus corona pada tinja pasien yang terinfeksi.

 

Hal ini kemudian mengindikasikan bahwa virus corona mungkin hidup di feses, sehingga ada kemungkinan bisa ditularkan melalui kotoran manusia. “Kehadiran RNA (ribonukleat) dalam virus corona, yakni molekul yang membawa kode genetik pada beberapa virus, mengindikasikan virus itu mungkin hidup di feses," kata Komisi Kesehatan Shenzhen dalam sebuah pernyataan, seperti dilansir South China Morning Post, Minggu (2/2/2020).

Dilansir dari nature.com dalam salah satu jurnalnya berjudul “Covid-19: faecal-oral transmission?”dituliskan bahwa dengan adanya temuan tersebut dan adanya hasil pengetasan yang tidak akurat pada beberapa pasien, akhirnya dilakukan penelitian untuk memastikan apakah pelepasan virus dari sistem pencernaan bisa lebih tahan lama dibandingkan dengan saluran pernapasan. Ini mengacu karena hasil tes usap tinja beberapa pasien terinfeksi Covid-19 mengandung materi genetik virus tersebut.

 

Penelitian itu dilakukan karena beberapa kasus Covid-19, terutama pada orang dewasa terdapat gejala sakit pencernaan. Dari 1.099 pasien Covid-19 di 552 rumah sakit di Cina, dicatat bahwa 5,0% mengalami mual atau muntah dan 3,8% mengalami diare.

 

Meski demikian, untuk memastikan apakah betul penyebaran virus corona bisa  melalui tinja jurnal tersebut menuliskan bahwa diperlukan penelitian lebih lanjut. Hal ini sejalan dengan yang disampaikan seorang peneliti dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit, China, Feng Luzhao dalam konferensi pers yang diadakan oleh Komisi Kesehatan Nasional China.

 

Menurut Feng, diperlukan penelitian lebih lanjut untuk membuktikan virus corona dapat ditularkan melalui tinja. Pasalnya, beberapa temuan yang ada baru-baru hanya mengindikasi virus dapat bereplikasi dan ada di saluran pencernaan. Namun, setidaknya, temuan ini mengigatkan kita pentingnya cuci tangan pakai sabun.

 

Dengan adanya temuan ini pun Universitas China menyarankan untuk menggunakan feses sebagai alat skrining alternatif untuk memastikan seseorang terinfeksi atau tidak, karena dari hasil penelitian yang mereka lakukan di Hong Kong menunjukkan bahwa virus corona terdeteksi dalam sampel feses dari 14 pasien yang diuji.

Ternyata Ada Juga di Air Limbah

 Dilansir dari rivm.nl dituliskan bahwa Belanda telah mendeteksi jejak virus corona pada beberapa Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL). Jejak tersbut merupakan materi genetik dari virus corona yang ditemukan pada tinja dalam bentuk air limbah. Setidaknya terdapat tiga IPAL yang terdapat jejak materi genetik corona yaitu IPAL di Bandara Schipol, IPAL Tilburg, dan IPAL Kaatsheuvel.

 

Penemuan jejak virus corona di IPAL dan di tinja ini setidaknya menyadarkan kita akan   pentingnya praktik sanitasi dan kebersihan dalam mencegah penyebaran penyakit COVID-19. 

 

Dalam petunjuk sementara yang dikeluarkan  WHO dan UNICEF  judul ‘Water, Sanitation, Hygiene, and Waste Management for the COVID-19 Virus’ disebutkan bahwa tinja pasien Covid-19 harus diberlakukan sebagai limbah B3, sehingga pihak yang menangani tinja pasien ini harus berhati-hati dan diwajibkan juga untuk mengenakan Alat Pelindung Diri (APD) ketika menangani tinja pasien yang sudah terinfeksi ataupun yang masih dalam pengawasan. Tidak lupa pula dianjurkan untuk cuci tangan dengan sabun dengan teknik dan waktu yang tepat yaitu sekitar 40-60 detik.

 

Bagi pasien positif yang melakukan perawatan di rumah, langkah-langkah tepat juga harus tetap dilaksanakan, sehingga bisa melindungi pasien dan anggota keluarga lainnya. Caranya dengan rutin membersihkan permukaan benda yang sering disentuh oleh pasien yang ada dikamarnya seperti meja, kursi, atau tempat tidur. Kamar mandi juga harus selalu dibersihkan dengan desinfektan dan jangan lupa gunakan APD saat melakukan semua kegiatan itu, serta lakukan cuci tangan pakai sabun dan air mengalir setelah melepas APD.

 

Selain itu, dalam petunjuk WHO dan Unicef juga dituliskan, meski belum ada bukti penyebaran virus corona melalui tinja dan air limbah. Namun,  praktik pengelolaan air minum, sanitasi. dan kebersihan yang baik perlu ditingkatkan agar tercegah dari infeksi virus corona.

 

 Penulis: Cheerli dan Gigih Lubis
 Editor: Aldy Mardikanto