Kementerian Kesehatan Luncurkan Modul Intervensi Perubahan Perilaku untuk Penguatan Cuci Tangan Pakai Sabun
Penulis
Pokja PPAS Nasional
Pokja PPAS Nasional
Tanggal Terbit
19 September 2021
19 September 2021
Organisasi & Jabatan
Pokja PPAS Nasional
Pokja PPAS Nasional
Dilihat
757
757
Kementerian Kesehatan, melalui Direktorat Kesehatan Lingkungan Ditjen Kesehatan Masyarakat, bersama dengan UNICEF dan SPEAK Indonesia, telah mengadakan kegiatan Launching Modul Intervensi Perubahan Perilaku untuk penguatan Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) di Indonesia.
Dalam pemaparan laporannya, Direktur Kesehatan Lingkungan, Kementerian Kesehatan, R. Vensya Sitohang, menyampaikan bahwa penyusunan modul CTPS ini dilakukan dengan melibatkan banyak pihak.
“Penyusunan modul ini dilakukan secara bersama-sama oleh tim kementerian kesehatan, khususnya Kesehatan Lingkungan dan juga para mitra pembangunan, dalam hal ini UNICEF, yang telah mendapat banyak masukan, baik itu dari lintas program dan sektor, juga dari pemerintah provinsi, kabupaten dan kota,” jelas Vensya.
Dengan telah diluncurkanya modul intervensi perubahan perilaku untuk penguatan CTPS ini, menurut Vensya, diharapkan dapat menjadi panduan bagi semua pihak, mulai dari provinsi, kabupaten, kota, hingga mitra terkait yang tergabung dalam upaya pembangunan air minum dan sanitasi.
Hal senada juga disampaikan oleh Plt Dirjen Kesehatan Masyarakat, Kementerian Kesehatan, Kartini Rustandi saat didaulat untuk membuka kegiatan peluncuran dan orientasi modul CTPS tersebut. Ia berharap bahwa modul ini dapat menjadi panduan bagi semua pihak ketika memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang pentingnya CTPS.
“Sudah dibuktikan juga secara ilmiah, bahwa cuci tangan pakai sabun dengan air bersih yang mengalir merupakan upaya yang dapat mencegah penularan penyakit menular seperti diare, infeksi saluran pernafasan, flu burung dan lain sebagainya, termasuk saat ini pandemik covid 19,” jelasnya.
Kartini juga mengingatkan pentingnya dilakukan pengawalan berupa monitoring dan evaluasi semenjak dokumen ini diluncurkan.
“Saya berharap seluruh upaya yang sudah dilakukan dapat dikawal dengan baik, dari pusat hingga ke akar rumput, melalui mekanisme monitoring dan evaluasi secara berkala. Sehingga kita dapat mengetahui seberapa besar dampak serta sudah sejauh apa pelaksanaan kampanye ini dilakukan,” tutur Kartini.
Sementara itu, Direktur Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat, Kementerian Kesehatan, Imran Nur Ali menyampaikan pentingnya CTPS sebagai perilaku sederhana yang dapat mengurangi risiko tertularnya berbagai penyakit.
“Terkait dengan CTPS, kita sudah menyampaikan bahwa CTPS itu penting baik sebelum ataupun sesudah Covid. Perilaku CTPS merupakan suatu kebutuhan bagi kita, karena banyaknya aktivitas yang dilakukan dengan tangan sehingga dapat menjadi pintu masuk dari berbagai macam bakteri penyebab penyakit,” ujar Imran.
Oleh karena itu, perlu kemudian dilakukan upaya bersama, kolaborasi dengan berbagai pihak untuk dapat mengkampanyekan penting CTPS ini kepada masyarakat.
“Ada kolaborasi antara unsur pemerintah dari lintas sektor serta melibatkan sektor swasta, akademisi, masyarakat sendiri dan media sebagai wadah melakukan advokasi terhadap pentingnya perilaku CTPS. Kolaborasi antar sektor ini perlu ditingkatkan seoptimal mungkin sebagai upaya untuk melakukan perubahan prilaku terkait CTPS,” jelas Imran.
Kegiatan peluncuran modul CTPS ini juga dilengkapi dengan sharing pengalaman dari dua pemerintah daerah, yaitu Kota Banda Aceh dan Kabupaten Tangerang, selaku daerah yang menjadi lokus ujicoba Modul CTPS.
Kepala Bidang Perencanaan Sosial dan Budaya Kabupaten Tangerang, Sri Indriastuti Widyaningsih menyampaikan hasil uji coba modul dengan mengatakan bahwa ada orientasi yang diikuti oleh sejumlah petugas promosi kesehatan dan juga sanitarian.
“Kami tidak hanya belajar memahami bagaimana cara menggunakan modul, namun kami juga mengupas dan mengulas isi dari modul tersebut untuk memastikan apakah modul tersebut mudah untuk dipahami. Dalam orientasi tersebut, kami juga diingatkan kembali tentang pentingnya CTPS, terutama di masa pandemik saat ini,” jelas Sri.
Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Kota Banda Aceh, Lukman, saat memaparkan pengalaman Kota Banda Aceh dalam melaksanakan CTPS, menggarisbawahi terkait dukungan lintas sektor yang baik dilakukan untuk mendukung pelaksanaan program ini.
“Mulai dari Bapak Walikota melalui pemberian anggaran, beliau bangga dan memberikan dukungan penuh terhadap kegiatan kami ini. Hal ini mempermudah upaya kami untuk mensosialisasikan serta mengajak masyarakat untuk bisa melakukan CTPS. Dan ini bisa kami lakukan, jauh sebelum kami mendapatkan modul CTPS,” jelas Lukman.
Setelah sesi berbagi pengalaman, acara kemudian dilanjutkan dengan pelaksanaan orientasi modul yang dipandu oleh sejumlah fasilitator dan dilakukan secara daring. Dalam sesi ini peserta orientasi berdiskusi secara partisipatif dalam diskusi pleno untuk membahas modul CTPS tersebut.