ProSDA: Fasilitator Pionir di Balik Model Pendampingan Implementasi SSK
Klara Virencia
31 Juli 2019
Jurnalis
https://www.facebook.com/Portal-Sanitasi-445585615630317/
www.usdp.or.id
1968
Hasil dari fasilitasi para ProSDA di 9 provinsi tersebut menjadi acuan dalam perumusan Panduan Implementasi SSK, serta model pendampingan implementasi SSK yang kini pelaksanaannya akan diemban oleh Fasilitator Provinsi (PFI).
Direktur Perkotaan, Perumahan, dan Permukiman (Perkotrumkim) Bappenas, Tri Dewi Virgiyanti, mengakui bahwa pendampingan dari para ProSDA ini sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan sanitasi nasional.
"Padahal dulu sanitasi 'anak tiri', gitu ya. Jadi kebalik nih sekarang. Perkembangannya sanitasi sebenarnya lebih tinggi sekarang daripada air minum," ujar Tri Dewi Virgiyanti. "Mungkin karena—salah satunya—sanitasi punya ProSDA."
Virgi lalu memaparkan, saat ini bahwa tingkat kenaikan tingkat akses sanitasi yang berada di kisaran 2% per tahun. Sementara itu, tingkat akses air minum sendiri hanya 1% per tahun. Untuk ke depannya, Virgi pun berharap agar program air minum dan sanitasi dapat berjalan secara lebih terintegrasi. Tidak menutup kemungkinan, fasilitator akan memainkan peran penting dalam integrasi ini.
Awal mula lahirnya ProSDA, menurut Team Manager USDP Mees van Krimpen, berangkat dari kesadaran bahwa pendampingan secara 'berjarak' dari pusat tidaklah untuk mengubah kondisi sanitasi. Dari sinilah muncul usulan untuk pendampingan yang lebih intensif di tingkat provinsi. Bertanggung jawab atas perbaikan kondisi sanitasi di sebuah provinsi, ProSDA turut bekerja erat dengan Pokja di tingkat kabupaten/kota dalam memetakan permasalahan dan mempercepat implementasi SSK. Di samping bekerja dengan Pokja, ProSDA juga bergerak meyakinkan Kepala Daerah akan pentingnya sanitasi.
Dengan tujuan akhir sanitasi yang berkelanjutan, manuver ini dilakukan secara intensif oleh 1 ProSDA kepada 2 hingga 3 kabupaten/kota. Tentunya, dengan jarak tempuh antar kabupaten/kota dan kebutuhan masing-masing daerah yang berbeda, hal ini bukan pekerjaan mudah.
"Pertama kali saya sebagai ProSDA itu sebenarnya sesuatu yang menurut saya enggak masuk akal, gitu. Bekerja seorang diri satu provinsi, dengan banyak kegiatan," ungkap ProSDA Sulawesi Selatan, Yudi Wijanarko, saat membagikan pengalamannya sebagai ProSDA. " Karena sebelumnya kan saya [kerja] dari proyek yang punya tim besar di provinsi. Ketika saya mengeluhkan ini di teman-teman JBC (konsultan—red), saya malah dimarahin. Artinya, 'Jangan manja! Kamu kalau mau jadi ProSDA ya kerjakan, satu orang saja.'."
Dalam mengemban misi ini, ProSDA didukung oleh konsultan multiaspek (teknis, kelembagaan, pendanaan, advokasi) dari tim USDP Jakarta. Alhasil, 9 cerita sukses yang dipresentasikan oleh para ProSDA pun merupakan hasil kerja tim USDP. Kesembilan cerita sukses tersebut, beserta daerah asalnya, antara lain:
- ACEH: Gerakan 'Sabang Bersih' Memicu Komitmen Multipihak dalam Pengelolaan Sampah Berkelanjutan (Kota Sabang)
- JABAR: Peralihan Pengelolaan Air Limbah Domestik dari PDAM ke UPT Air Limbah (Kota Cirebon)
- JATENG: Gerakan Menuju Akses Sanitasi Menyeluruh – Air Limbah Domestik (Kab. Karanganyar)
- SUMSEL: Konsolidasi Bauran Pendanaan untuk Pembangunan Sanitasi (Kab. Muara Enim)
- KALSEL: HSU Barasih — Kolaborasi Multi-stakeholder dalam Pengelolaan Persampahan Menyeluruh dan Berkelanjutan (Kab. Hulu Sungai Utara)
- NTB: Advokasi Berjenjang dalam Pembentukan UPTD TPA Sampah Regional NTB
- SULTRA: Skema Kredit Memudahkan Pembayaran & Meningkatkan Pelanggan LLTT (Kota Kendari)
- SULUT: Sensanitasional Award — Advokasi & Monev Tingkat Provinsi Yang Mendorong Percepatan Pembangunan Sanitasi Kab/Kot
- SULSEL: Kiat Bupati Kaswadi Merawat Gerakan Sobat (Kab. Soppeng)
Banner cerita-cerita sukses ini dapat diunduh di sini.
Untuk meraih terobosan dan menjamin capaian keberlanjutan, ada tiga hal penting yang dipelajari ProSDA Sulawesi Utara Marina Bustami selama masa pendampingannya. Pertama, fasilitator harus bisa menyampaikan atau mengadvokasi orang yang tepat di awal. Yang kedua, fasiltator harus bisa mendapatkan komitmen kepala daerah. Yang ketiga, fasilitator harus bisa mempertahankan progress yang berjalan dengan melakukan monitoring dan evaluasi.
Atas capaian-capaian ini, perwakilan Sekretaris Program Perairan dari Kedutaan Belanda Carel de Groot mengaku kagum dengan kemampuan ProSDA mendorong isu sanitasi menjadi prioritas di berbagai daerah.
"Sanitasi bukanlah program yang menarik bagi politisi" Carel de Groot. "Dan saya rasa itulah yang jadi poin kekuatan program ini, bahwa kalian (ProSDA—red) telah melewati berbagai hambatan berulang kali dan berhasil sampai di sini."
Rupanya, banyaknya hambatan ini justru menjadi kunci di balik sukses para ProSDA. Mendengar pesan ini langsung dari Team Manager USDP sendiri, Marina Bustami pun membagikan kiatnya dalam menghadapi hambatan dalam pendampingan.
"Ketika menemukan hambatan, kita lakukan manuver-manuver. Kita lakukan lompatan-lompatan. Dan ketika kita melakukan itu, sesungguhnya kita sedang berinovasi.