Serba Serbi Pengelolaan Persampahan di Bali
Pokja PPAS Nasional
05 Juli 2021
Pokja PPAS Nasional
1494
Pandemi nyatanya tidak menghalangi proses pertukaran pembelajaran di sektor persampahan. Berangkat dari itu, pada pertengahan Juni 2021 kemarin, tim ISWM Bappenas melalukan kunjungan lapangan ke Provinsi Bali untuk melihat kondisi pengelolaan sampah di Kabupaten Klungkung dan Kota Denpasar, sekaligus untuk belajar dari beragam upaya yang telah dilakukan provinsi tersebut.
Adapun lokasi kunjungan lapangan yang dipimpin langsung oleh Direktur Perumahan dan Permukiman, Tri Dewi Vigyanti berjumlah 4 lokasi yaitu Tempat Olah Sampah Sementara (TOSS) Kabupaten Klungkung, TPA Suwung Kota Denpasar, TPST Kesiman Kertalangu, dan Tempat Olah Sampah Sementara (TPSS) dari PT. Indonesia Power Unit Pembangkit Bali.
Pada kunjungan pertama ke TOSS Kabupaten Klungkung ditemukan fakta bahwa, meski masih dilakukan untuk skala kecil, TOSS bisa menjadi salah satu alternatif efektif dalam pengelolaan persampahan. Di kabupaten Klungkung sendiri sejak beroperasi pada tahun 2019, TOSS telah mampu menghasilkan pupuk/kompos sebanyak 214,3 ton dan pellet/briket sebanyak 27,96 yang dibuat dari 33,6 ton sampah perhari yang diolah di tempat tersebut.
Diketahui bahwa, bukan hanya melibatkan para pihak terkait seperti menjalin kerjasama dengan pemerintah pusat, swasta, dan juga melibatkan masyarakat saja, tetapi untuk mewujudkan pengelolaan persampahan yang baik dan berkelanjutan pemda Klungkung juga mengeluarkan peraturan pendukung. Melalui Surat Edaran No. 660.2/913/DLH diwajibkan bagi seluruh pihak mulai dari pengelola akomodasi pariwisata, rumah tangga, sekolah, kantor, pusat perbelanjaan, dan tempat makan, untuk mengelola sampahnya secara mandiri dengan metode yang ramah lingkungan.
Kemudian pada kunjungan kedua ke TPA Suwung diketahui bahwa dengan kondisi TPA yang sudah masuk kategori darurat karena sudah oveload terdapat beberapa alternatif solusi yang dapat dilakukan diantaranya yaitu (1) pemanfaatan “palung” antar bukit sebagai opsi sangat sementara untuk penampungan sampah, (2) pengolahan sampah dengan landfill mining atau penambangan sampah untuk mengurangi sampah yang sudah tertimbun. (3) revitalisasi dan optimalisasi TPS3R, (4) melaksanakan pengumpulan sampah terpilah dan terjadwal, (5) mencari lahan di kabupaten tetangga, (6) mendorong alternatif TOSS dan Refuse Devired Fuel (RDF), serta (7) membangun RDF dengan kapasitas 400 ton di lahan 5 Ha sebagai pengganti Pengolah Sampah Energi Listrik.
Bukan hanya perlu menentukan solusi yang tepat namun pemerintah Kota Denpasar juga diimbau untuk melakukan kajian ulang terhadap sejumlah solusi yang diberikan guna mengetahui tingkat efektifitas dari masing-masing upaya tersebut. Selain itu, hal penting lain yang harus dilakukan ialah memberikan edukasi kepad masyarakat tentang pengelolaan sampah yang baik mulai dari hulu sampai hilir, sehingga jumlah sampah yang dibuang ke TPA dapat berkurang.
Pada lokasi ketiga di TPST Kesiman Kertalangu, diketahui bahwa upaya pengelolaan persampahan di wilayah tersebut bisa dikatakan telah berjalan dengan baik, meski masih terdapat sejumlah tantangan. Pada kunjungan lapangan, salah satu permasalahan yang diangkat ialah adanya hambatan pengembangan karena adanya keterlibatan pihak ketiga dalam pengolahan sampah. Padahal dari sisi lahan sudah menjadi miliki pemprov.
Diketahui bahwa, meski hanya memiliki kapasitas produksi 2 ton, namun TPST yang telah didirikan pada Tahun 2013 ini telah melayani lebih dari 18.000 KK yang ada di 11 banjar, dengan iuran sebesar Rp 30 ribu/KK/bulan. Saat ini produk olahan sampah yang dihasilkan masih berupa pupuk kompos yang setiap bulannya akan disetorkan ke sekolah dan dinas yang ada di Kota Denpasar. Untuk mengoptimalkan upaya pengelolaan sampah di wilah tersebut, pemkot juga telah mengarahlan warga untuk melakukan pemilahan sampah di sumber.
Di lokasi terakhir yaitu TOSS PT. Indonesia Power diketahui bahwa, alternatif briketisisasi/pelletisasi dan gasifikasi bisa menjadi salah satu upaya dalam pengelolan sampah. Dalam sehari, setidaknya 40-50 kg sampah yang berasal ari rumah para pegawai PT Indonesia Power Unit Pembangkit Bali.
Dari 500 kgi pellet/briket adalah sebesar 40 kW yang digunakan untuk keperluan internal PLTD Gasifier Pesanggaran. Selain menjadi pellet/briket sampah di TOSS ini juga dimanfaatkan menjadi kompos. Terkait pemasaran produk, sampai saat ini baru menyasar Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) seperti pabrik genteng, pabrik tahu, dan pengolahan ikan.
Sebagai upaya CSR, PT. Indonesia Power juga memberikan pelatihan pengolahan sampah menjadi produk daur ulang kepada masyarakat umum dan penyandang disabilitas yang dilakukan dengan melibatkan Komunitas Jalak Bali dan Ganesha Care.
Dari semua hasil yang didapat dalam kunjungan lapangan ini tentunya bukan hanya dapat menambah informasi dan edukasi saja, namun bisa dijadikan pembelajar untuk pengelolaan persampahan yang lebih baik ke depannya. Terlebih saat ini pemerintah pusat juga tengah mengembangkan platform persampahan nasional untuk pengelolaan sampah yang lebih baik di Indonesia.