Siap Laksanakan Kolaborasi Program USAID IUWASH Tangguh, Dua Kabupaten di Provinsi Nusa Tenggara Timur Laksanakan Penandatanganan Rencana Kerja Tahunan (RKT)
Penulis
POKJA PPAS
POKJA PPAS
Tanggal Terbit
08 Desember 2022
08 Desember 2022
Organisasi & Jabatan
KOM POKJA PPAS
KOM POKJA PPAS
Website
Nawasis.org
Nawasis.org
Dilihat
1639
1639
Menindaklanjuti kegiatan Sosialisasi Regional Provinsi NTT yang telah dilaksanakan pada bulan Oktober lalu, USAID IUWASH Tangguh bersama pemerintah Provinsi NTT menyelenggarakan kegiatan Lokakarya dan Penandatanganan Rencana Kerja Tahunan (RKT) yang telah disusun Kabupaten Kupang dan Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS) pada Rabu (7/12). Kegiatan dibuka oleh Asisten II Sekretaris Daerah Provinsi NTT, Ganef Wurgiyanto, yang menyampaikan apresiasinya kepada seluruh pihak yang telah mengambil peran dalam program ini. Lebih lanjut, Ganef menyampaikan bahwa pemenuhan akses air minum, sanitasi dan perubahan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) masyarakat perlu mendapat perhatian bersama, terutama pada saat pandemi saat ini.
“Kami berharap dengan adanya program USAID IUWASH Tangguh di Kota Kupang dan Kabupaten TTS ini dapat membantu meningkatkan tata kelola air minum dan sanitasi yang inklusif dan berketahanan iklim. Diharapkan dukungan dari lintas sektor juga, karena pemenuhan kebutuhan air minum dan sanitasi bukan hal mudah,” jelas Ganef.
Kegiatan kemudian dilanjutkan dengan pemaparan RKT, yang dimulai dari Kepala BP4D Kabupaten Kupang, Marthen A. Rahakbau. Dalam paparannya, Marthen menyampaikan bahwa capaian air minum layak di Kab. Kupang saat ini baru 81,48%, dan sanitasi layak ialah 91,39%. Untuk perencanaan kedepannya, dalam dokumen Rencana Induk Sistem Pengembangan Air Minum (RISPAM) telah diidentifikasi bahwa Kab. Kupang membutuhkan pendanaan sebesar Rp1,2 Triliun sampai 2034. Sedangkan dalam dokumen Strategi Sanitasi Kab./Kota (SSK) dibutuhkan pendanaan sebesar Rp2,7 Triliun kedepannya.
“Tantangan dalam akses pendanaan ini juga ditambah dengan tantangan teknis lainnya seperti letak sumber air baku yang jauh dan terpencar, belum ada pembinaan berkelanjutan dari pemkab kepada penyelenggara SPAM, koordinasi antar SKPD untuk pengelolaan sanitasi masih rendah, serta masih rendahnya pengetahuan masyarakat tentang air minum, dan PHBS,” jelas Marthen.
Marthen mengaku apabila hanya bertumpu pada pemerintah, maka tantangan ini sulit diselesaikan, sehingga Marthen berharap agar pendampingan yang diberikan melalui USAID IUWASH Tangguh dapat membantu Kab. Kupang meningkatkan penyediaan akses air minum dan sanitasi kedepannya. Marthen juga kemudian menjelaskan terkait RKT yang telah disusun bersama, dimulai dari kegiatan penyusunan regulasi daerah, peningkatan kerjasama pemerintah daerah dengan privat sektor, pelatihan kompetensi dan kapasitas penyelenggara layanan, sampai ke pelibatan peran perempuan dalam penyediaan akses air minum dan sanitasi.
Setelah Kab. Kupang, Kepala Bidang Prasarana Wilayah, Bappeda Kabupaten TTS, Evi Mariati menceritakan kondisi air minum dan sanitasi yang ada di daerahnya. Saat ini, Kab TTS baru mencapai 60,8% akses air minum layak dan 60,4% untuk sanitasi layak. Target yang ditetapkan di akhir periode Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) adalah 75% akses air minum dan sanitasi layak. Capaian dan penetapan target oleh Kab. TTS ini tidak terlepas dari kondisi yang ada saat ini.
“Saat ini kami masih menghadapi beberapa tantangan dalam pemenuhan layanan. Contohnya pada sektor sanitasi, masih banyak daerah yang belum ada IPLT, bangunan yang belum ramah disabilitas, serta masih rendahnya kesadaran masyarakat. Pada sektor air minum, kondisi topografi menjadi tantangan, karena letak sumber air berada jauh dari permukiman, serta Detailed Engineering Design (DED) yang belum diimplementasikan dengan efektif, sehingga dibutuhkan anggaran lagi untuk mereviu dokumen DED,” jelas Evi.
Sama seperti yang dipaparkan oleh Kab. Kupang, Evi kemudian menjelaskan mengenai RKT yang telah disusun bersama, dimulai dari kegiatan-kegiatan pada tujuan pertama terkait peningkatan tata kelola, sampai kegiatan di tujuan kelima, terkait peningkatan peran dan partisipasi perempuan dalam sektor air minum dan sanitasi.
Dua paparan RKT ini kemudian mendapat tanggapan dan masukan dari kementerian/lembaga yang hadir. Koordinator Bidang Air Minum dan Sanitasi, Kementerian PPN/Bappenas, Nur Aisyah Nasution memberi masukan terkait data capaian dan target untuk akses aman yang perlu dirincikan dalam RKT yang telah disusun, “Kesesuain data baseline yang ada sangat penting, karena nantinya akan digunakan sebagai dasar penyusunan regulasi kebijakan, yang pada akhirnya diharapkan dapat meningkatkan political will untuk pemenuhan akses air minum dan sanitasi di kab/kota,” jelasnya.
Lebih lanjut, secara rinci Aisyah juga memberikan masukan secara teknis untuk RKT yang telah disusun. Secara garis besar, masukan-masukan yang ada terkait (a) penyesuaian pembahasan antara indikator, output, dan outcome (b) penetapan target yang juga memasukan target RPJMN 2024 dan SDGs 2030, serta penentuan jumlah target secara kuantitatif, (c) kegiatan edukasi STBM yang perlu dipastikan agar kelima pilar ikut disosialisasikan.
Setelah mendapat tanggapan dari kementerian/lembaga lain, kegiatan dilanjutkan dengan seremoni penandatanganan RKT yang diawali dengan sambutan dari Direktur Perumahan dan Kawasan Permukiman, Kementerian PPN/Bappenas, Tri Dewi Virgiyanti. Dalam sambutannya, Virgi menyampaikan apresiasinya bagi pemerintah provinsi dan kab/kota yang telah berkomitmen menyusun RKT, “Hanya 10 provinsi dan 38 kab/kota yang terpilih untuk diintervensi kegiatan USAID IUWASH Tangguh, sehingga komitmen yang kuat yang sudah dimulai dari penyusunan RKT ini dapat diteruskan sampai berakhirnya program pada 5 tahun mendatang,” ungkap Virgi.
Dalam kesempatan ini pun, Virgi juga kembali menegaskan terkait pentingnya kolaborasi pemerintah daerah dalam mempercepat cakupan layanan yang ada, “Saat ini capaian akses air minum aman kita bari baru 11,8% dan akses sanitasi aman baru sekitar 7%. Jika dibandingkan dengan negara tetangga seperti Malaysia, kita jauh tertinggal, karena capaian akses aman mereka sudah di atas 80%. Hal ini perlu kita dukung bersama agar dapat dilakukan percepatan,” jelasnya.
Menurut Virgi, pembangunan tidak hanya terkait infrastruktur belaka, namun banyak hal-hal lain yang perlu diperhatikan seperti aspek regulasi, kelembagaan, pendanaan, serta peran serta masyarakat agar mau terhubung ke akses aman yang dibangun.
Menyoal terkait kolaborasi dan komitmen, Urban Environment Officer, USAID IUWASH, Ryan Weddle turut menyampaikan apresiasinya bagi kab/kota yang sudah berkomitmen menyusun RKT, “Melalui program USAID IUWASH Tangguh ini, kami juga berkomitmen terus mendampingi pemerintah Indonesia untuk mencapai target yang telah ditetapkan baik di dalam RPJMN 2020-2024 dan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB) 2030. Kedepannya target semakin tinggi, tidak hanya akses aman, namun perlu dipastikan juga layanan yang inklusif dan berketahanan iklim,” jelasnya.
Menutup kegiatan hari ini, dilakukan seremoni penandatanganan RKT yang diwakili oleh Direktur Perumahan dan Kawasan Permukiman, Kementerian PPN/Bappenas, Sekretaris Daerah Provinsi NTT, Sekretaris Daerah Kab. Kupang, Sekretaris Daerah Kab. TTS,serta Chief of Party USAID IUWASH Tangguh.