Turunkan Angka Stunting dan BABS di Indonesia, Tim Penggerak PKK Gertak Perilaku CTPS!

Dalam rangka memperingati Hari Cuci Tangan Pakai Sabun (HCTPS) sedunia yang jatuh setiap tanggal 15 Oktober, Kementerian Kesehatan  bersama dengan mitra pembangunan dan kementerian/lembaga lainnya menyelenggarkaan peringatan HCTPS pada hari Senin (17/10). Kegiatan yang diikuti lebih dari 300 peserta secara offline dan 3000 peserta secara online ini menghadirkan perwakilan tim penggerak PKK  dari berbagai kabupaten/kota yang saling berbagi cerita dan pengalaman  unik yang telah mereka lakukan untuk mengarusutamakan perilaku CTPS sebagai upaya pencegahan stunting.
 
Cerita pertama datang dari ketua tim penggerak PKK Magelang, Niken yang menceritakan bahwa Kabupaten Magelang saat ini memiliki program Bunda Sanitasi yang membantu edukasi masyarakat dari rumah ke rumah terkait sanitasi dan kebersihan diri, “Kegiatan Bunda Sanitasi ini sejalan dengan visi misi kota Magelang yaitu maju, sehat,  bahagia. Kami juga memiliki slogan dalam menjalani kegiatan kami yaitu saling ngayomi (mengayomi), saling ngingeke (mengingatkan), dan saling nguongke (menghargai),” jelasnya. Salah satu kegiatan yang telah dilakukan Bunda Sanitasi tentunya mengedukasi masyrakat terkait CTPS. Menurut Niken, menjaga kebersihan tangan merupakan salah satu hal utama karena meruapak jalan masuk kuman yang dapat menyebabkan berbagai penyakit, seperti penyakit diare yang saat ini banyak menyerang anak- anak. 
 
Masih menyinggung terkait penyakit diare, Perwakilan Tim Penggerak PKK, Kabupaten Barru, Hasnah menceritakan tentang upaya yang telah dilakukannya untuk mencegah penyakit ini, “Seperti kita ketahui bahwa diare merupakan salah satu penyakit utama yang menyebabkan stunting dan berpotensi meningkatkan angka kematian balita. Ini bisa dicegah dengan perilaku CTPS yang baik. Di Kabupaten Barru, kami sudah berupaya mensosialisasikan secara luas kepada keluarga tentang CTPS, membuat video- video edukasi dan disebarkan melalui media sosial, serta mengadakan sarana CTPS di tempat umum seperti sekolah dan tempat-tempat ibadah,” cerita Hasnah.
 
Lebih lanjut, Tim Penggerak PKK Kabupaten Gowa, Priska juga menceritakan terkait isu stunting di Kabupaten Gowa. Priska menyampaikan bahwa  berdasarkan data SSGI, pada tahun 2013  angka stunting di Kabupaten Gowa mencapai 44,76%. Mengetahui hal ini, Priska bersama tim penggerak lainnya berkomitmen melakukan berbagai  upaya-upaya untuk menekan angka stunting. Salah satu upaya yang dilakukan ialah kunjungan ke fasilitas layanan primer seperti Posyandu, “Pertama-tama kami melakukan perbaikian pada sarana prasarana posyandu agar pelayanan lebih optimal, serta peningkatan kapasitas kepada Kader Posyandu, seperti sosialisasi CTPS. Terkait kegiatan ini, kami juga bekerjasama juga dengan puskesmas- puskesmas setempat,” jelas Priska
 
Berbeda dengan Kabupaten Gowa, angka stunting di Kabupaten Bandung barat mencapai 29,6%. Hal ini disampaikan oleh perwakilan tim penggerak PKK Kabupaten Bandung Barat, Sonya, “Saat ini, kami sedang bekerjasama dengan mitra pendidikan serta OPD lainnya untuk menekan angka stunting. Salah satu upayanya ialah edukasi dan sosialisasi CTPS, pelantikan Duta Penurunan Stunting, serta gerakan Forikan (Forum Gemar Makan Ikan) dan Getol Meleng (Gerakan Makan Telur) untuk ibu hamil. Selain itu, Kabupaten Bandung Barat juga sudah mengalokasikan anggaran sebesar 4 milyar untuk revitalisasi Posyandu. Upaya-upaya ini membuahkan hasil dimana pada tahun 2021 angka stunting sudah menurun,” pungkas Sonya.
 
Beralih ke topik terkait Buang Air Besar Sembarangan (BABS) di tempat terbuka, yang juga merupakan salah satu faktor pencemaran lingkungan dan juga penyebab peningkatan kasus penyakit diare dan stunting. Niken menceritakan bahwa saat di kota Magelang saat ini sudah mendeklarasikan Open Defecation Free (ODF), namun yang masih menjadi tantangan ialah memperbaiki aliran limbah domestik masyarakat yang masih mengalir ke sungai. Terkait ini, Niken bersama tim penggerak PKK lainnya terus melalukan upaya edukasi dan perbaikan sistem melalui kader- kader di Kabupaten Magelang. 
 
Berbeda dengan Kabupaten Magelang, Hasnah menceritakan bahwa Kabupaten Barru sudah mendeklarasikan ODF sejak tahun 2019. Namun Hasnah mengaku untuk mencapai status ODF ini cukup menantang, dikarenakan progres yang sempat berjalan cukup lambat di tahun- tahun sebelumnya. Namun hal tersebut tidak membuat tim penggerak PKK Kabupaten  Barru menjadi putus semangat, melainkan makin berupaya untuk melakukan percepatan. Salah satunya melalui pembangunan-pembangunan dengan alokasi anggaran dari APBD, dana desa, dan juga creative financing seperti Bantuan Zakat Nasional (BAZNAS).
 
Beralih ke cerita dari Kabupaten Bandung Barat, Sonya menyampaikan bahwa Kabupaten Bandung Barat juga sudah mencapai ODF pada tahun 2021. Hal ini dapt dicapai dengan upaya-upaya kolaborasi  multipihak untuk edukasi pengadaan WC umum serta pembangunan tangki septik komunal agar masyarakat tidak melakukan praktik BABS di tempat terbuka kembali. 
 
Menutup sesi diskusi pada sesi pertama ini, seluruh narasumber dengan bersemnagat mendeklarasikan bersama komitmem mereka untuk cegah stunting melalui perilaku CTPS untuk mewujudkan Indonesia yang lebih sehat dan kuat.