Buku

Buku Putih Sanitasi Kota Batu

Drs. Bambang Wahyudi, MBA,MM (kata pengantar)   16 Oktober 2012 1.481

Buku Putih Sanitasi ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran yang jelas dan faktual mengenai kondisi sanitasi dan perilaku masyarakat yang berkaitan dengan sanitasi di Kota Batu pada saat ini. Pemetaan kondisi dan profil sanitasi (sanitation mapping) dilakukan untuk menetapkan zona sanitasi prioritas yang penetapannya berdasarkan urutan potensi resiko kesehatan lingkungan (priority setting). Buku ini diharapkan dapat digunakan oleh pemangku kepentingan dalam mengidentifikasi, memetakan, menyusun rencana tindak dan menetapkan strategi pengembangan sanitasi kota.

Secara umum di Kota Batu limbah cair rumah tangga non kakus/grey water (limbah kamar mandi, limbah dapur yang mengandung makanan dan tempat cuci) belum mendapatkan penanganan yang semestinya dimana limbah ini masih dibuang langsung ke selokan, parit dan badan sungai tanpa diolah sedikitpun yang mengakibatkan timbulnya bau busuk tidak dapat dihindari, udara menjadi tidak segar yang berpengaruh pada kesehatan masyarakat disekitarnya.

Kualitas air di Kota Batu sudah cukup baik sehingga Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) tidak melakukan pengolahan terlebih dahulu pada air yang akan didistribusikan ke pelanggan.

 Untuk pelayanan pengangkutan sampah dari rumah tangga menuju tempat pembuangan sementara (TPS) dilakukan secara mandiri oleh warga. Masyarakat yang tinggal di kawasan pedesaan umumnya memakai sistem penimbunan dan dibakar untuk dijadikan kompos.

Di beberapa tempat/lokasi masih dijumpai adanya saluran drainase yang menjadi tempat pembuangan limbah rumah tangga  yang mengakibatkan saluran drainase tersebut tersumbat  sehingga tidak mampu menampung curahan air hujan yang menyebabkan genangan ketika hujan tiba.

 

Buku Putih Sanitasi Kabupaten Purbalingga

Ir.Setiyadi, M.Si (kata pengantar)   16 Oktober 2012 1.774

Buku Putih Sanitasi menjadi acuan perencanaan strategi sanitasi tingkat kota yang menyediakan data dasar yang esensial mengenai struktur, situasi dan kebutuhan sanitasi Kawasan Kabupaten Purbalingga. Setiap tahun data yang ada dalan buku putih ini dibuat laporan yang  jika telah mencapai  tiga tahun semua informasi tersebut dirangkum dalam  Revisi Buku Putih Sanitasi.

Permasalahan air limbah rumah tangga di Kabupaten Purbalingga meliputi perilaku/kebiasaan masyarakat membuang air limbah yang tidak memenuhi syarat, terbatasnya sarana infrastruktur sanitasi yang memiliki peran dalam penanganan saluran air limbah, kemampuan pendanaan menyebabkan keterbatasan pelayanan sanitasi. Penggunaan sarana sanitasi sebagian besar menggunakan sistem on site seperti jamban keluarga dan MCK. Sementara ini pengangkutan limbah tinja dilakukan oleh pihak swasta dengan mobil sedot tinja dan realisasi pembuangannya menggunakan sarana pengolahan IPAL.

Pengelolaan persampahan ditangani oleh bidang Kebersihan Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Purbalingga, sedangkan wilayah yang belum terlayani membuang sampah pada halaman/tanah kosong disekitar rumah tinggal untuk kemudian dibakar dan ditimbun.

Permasalahan drainase yang dihadapi yaitu jaringan drainase di daerah permukiman padat di pusat kota dan kampung selain berfungsi sebagai wadah penampungan limpahan air hujan juga sebagai pembuangan limbah rumah tangga dan pembuangan sampah, pemahaman sebagian masyarakat tentang  fungsi saluran irigasi yang masih tumpang tindih dengan saluran drainase dan sistem saluran drainase banyak yang berada di bawah trotoar dan tertutup sehingga perawatan kurang efisien. Sementara ini yang menjadi permasalahan dalam penyediaan air minum antara lain cakupan pelayanan yang masih jauh dari target (masih dibawah 40%, jaringan distribusi belum menyeluruh dan terbatasnya dana untuk pembiayaan investasi pengembangan pelayanan.

 

Buku Putih Kota Surabaya

09 Oktober 2012 2.416

Dalam penanganan limbah domestik Kota Surabaya menggunakan sistem on-site yaitu penduduk membuang limbahnya di pekarangan sendiri dengan menggunakan sistem cubluk atau tangki septic. Di beberapa tempat yang tidak memiliki tempat untuk membuang limbahnya, pemerintah telah menyediakan Mandi Cuci Kakus  (MCK) Umum. Saat ini beberapa MCK umum sudah tidak dapat dipergunakan lagi, hal ini disebabkan kurangnya kesadaran masyarakat membiasakan hidup sehat maupun faktor biaya untuk pengoperasian dan pemeliharaan sarana tersebut.  Sedangkan untuk air limbah bekas rumah tangga (dapur, cuci dan mandi) dibuang ke Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL) untuk kemudian dialirkan ke saluran drainase atau lubang resapan yang telah tersedia.

Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Surabaya telah melakukan kegiatan pengolahan sampah dengan sistem composting dengan menggunakan 14 unit rumah kompos.  Saat ini jumlah sampah yang diolah dengan metode komposting sebesar 38 m3/hari atau sekitar 0,44% dari jumlah sampah yang dihasilkan. Masyarakat turut berperan aktif dalam penanganan sampah sehingga menunjukkan peningkatan yang relatif tinggi.

Masyarakat Kota Surabaya banyak memanfaatkan air tanah untuk memenuhi kebutuhan air bersihnya disamping air dari Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM). Jika dilihat dari kualitasnya, air tanah ini belum memenuhi syarat untuk diminum karena banyak daerah yang air tanahnya terasa asin.

 

Buku Putih Sanitasi Kabupaten Tabanan

09 Oktober 2012 1.288

Buku Putih Sanitasi Tabanan merupakan potret kondisi sanitasi Kabupaten Tabanan saat ini, yang dilihat dari aspek teknis, keuangan, pemberdayaan masyarakat, dan kelembagaan yang menggambarkan tingkat layanan, potensi dan kendala sektor sanitasi mencakup air limbah, drainase lingkungan, persampahan dan air bersih.

Sanitasi yang dimaksud disini adalah salah satu aspek pembangunan yang memiliki fungsi menunjang tingkat kesejahteraan masyarakat karena berkaitan erat dengan kesehatan, pola hidup dan kondisi permukiman dan lingkungan.

Buku ini mengungkapkan sebagian besar kebutuhan air bersih penduduk sudah terpenuhi sekitar 67,5 % , namun penyediaan sumber air minum yang terjangkau oleh Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) baru sebesar 58,28%, kesadaran masyarakat mengenai pentingnya kesehatan lingkungan masih dirasa kurang, selain  itu pengelolaan persampahan merupakan masalah yang mendesak untuk ditangani oleh Pemkab Tabanan dimana baru 2 (dua) dari 10 (sepuluh) kecamatan yang sampahnya terangkut dan banyak saluran drainase yang rusak sehingga sering terjadi genangan pada saat musim penghujan.

 

Buku Putih Sanitasi Kota Semarang

Drs. H.Soemarmo HS, M.Si (kata pengantar)   09 Oktober 2012 3.261

Berdasarkan studi EHRA yang dilakukan pada akhir Desember 2009 hasilnya menunjukkan di Kota Semarang terdapat 2 (dua) sumber air minum yakni air ledeng yang berasal dari Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) dan sumur.  Air ledeng mencakup sekitar 50% yang terdiri dari 35,9% rumah tangga mendapat air PDAM secara langsung di rumahnya, dan 13,8% rumah tangga menggunakan air ledeng PDAM hanya sampai di halaman rumahnya, di luar bangunan rumah, hidran umum atau ledeng milik tetangga. Selain itu pengguna sumur mencakup sekitar 30% dari total populasi, 13% menggunakan sumur terlindungi yang aman, yaitu memiliki tutup, cincin dan lantainya disemen. Sedangkan untuk sumur bor, baik pompa tangan atau pun mesin, proporsinya 15%. sekitar 2% menggunakan sumur gali tidak terlindungi.

Permasalahan dalam pengelolaan limbah cair yaitu belum terbangunnya fasilitas pengelolaan limbah cair domestik secara terpusat (sewerage system), kurang memadainya sistem pengelolaan limbah cair domestik/rumah tangga individual (on site treatment) atau semi komunal, dan belum adanya Peraturan Walikota. Yang dilakukan masyarakat saat ini adalah membuang air limbah yang berasal dari toilet ke dalam septic tank (tangki septik) sedangkan air limpasan dari tangki septik diresapkan ke dalam tanah atau dibuang ke saluran umum. Sedangkan air limbah non toilet yang berasal dari mandi,cuci dan buangan dapur dibuang langsung ke saluran umum/ sungai.

Pengelolaan sampah di Kota Semarang merupakan wewenang Dinas Kebersihan dan Pertamanan dibantu Badan Lingkungan Hidup dan Dinas Pasar. Sampah-sampah yang berasal dari rumah tangga (84,64%), perkantoran (1,20%), bisnis maupun pasar diproses di Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) yang berada di Kecamatan Mijen. Meskipun demikian masyarakat di sejumlah kelurahan sudah melakukan upaya pemilahan dan pengolahan sampah.  Sampah organik diolah menjadi kompos dan sampah an-organik diolah menjadi barang-barang kerajinan tangan seperti tas, taplak meja, dompet dan lains ebagainya. 

Sementara itu pengelolaan drainase lingkungan di Kota Semarang masih menggunakan metode pengelolaan tradisional yaitu masih bercampurnya buangan air limbah rumah tangga (grey water) dengan air hujan dalam satu saluran, sehingga sungai sebagai tempat pembuangan akhir menjadi tercemar. Selain itu pengelolaan drainase lingkungan yang masih kurang baik menyebabkan banjir dan banyak genangan di lingkungan.

 

Buku Putih Sanitasi Kota Malang

09 Oktober 2012 2.988

Buku Putih adalah sebuah dokumen produk dari anggota Pokja yang anggotanya terdiri dari beberapa instansi terkait dan LSM pemerhati lingkungan. Buku ini dijadikan acuan sebagai dasar penyusunan strategi sanitasi kota (SSK) yang merupakan strategi pembangunan sanitasi untuk program jangka menengah (3 s/d 5 tahun) dan dijadikan dasar bagi instansi dan pemangku kepentingan dalam menjalankan program sanitasi.

Buku Putih Sanitasi Kota Malang disusun dengan maksud untuk memberikan gambaran yang jelas dan faktual mengenai kondisi sanitasi dan perilaku masyarakat yang berkaitan dengan sanitasi di Kota Malang pada saat ini. Pemetaan kondisi dan profil sanitasi (sanitation mapping) dilakukan untuk menetapkan zona sanitasi prioritas yang penetapannya berdasarkan urutan potensi resiko kesehatan lingkungan (priority setting) dengan menggunakan data sekunder yang tersedia, hasil studi Penilaian Resiko Kesehatan Lingkungan (Environmental Health Risk Assessment) atau EHRA, dan persepsi Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Kota Malang yang menangani secara langsung pembangunan sektor sanitasi di Kota Malang.

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam proses penyusunan buku ini adalah pembangunan kapasitas (capacity building) Pemerintah Kota beserta masyarakat pemangku kepentingan dalam mengidentifikasi, memetakan, menyusun rencana tindak dan menetapkan strategi pengembangan sanitasi kota. Di samping itu, pembentukan Pokja Sanitasi diharapkan dapat menjadi cikal bakal satu badan permanen yang akan menangani dan mengelola program pembangunan dan pengembangan sanitasi di tingkat kota.

 

Berani Mag 19 September 2012, No.18/I "Back to Nature dengan Pengobatan Herbal"

Redaksi Berani   2012 1.046

Saat ini masyarakat banyak yang menggunakan pengobatan tradisional untuk mengobati penyakitnya, dengan alasan herbal dianggap murah dan tidak menggunakan bahan kimia yang memiliki efek samping. Dr Abidinsyah Siregar, DHSM, MKes menjelaskan di Indonesia ada lebih dari 9000 dari 30.000 tanaman herbal yang diketahui manfaat kesehatannya. Dari sisi keamanan herbal tersebut sudah terbukti aman dan diketahui khasiatnya. Untuk pengobatan herbal ini pemerintah sudah mengatur masalah pelayanan kesehatan tradisional dalam Undang Undang No 36 Tahun 2009 tentang kesehatan. Sekarang sudah ada rumah sakit pemerintah dan swasta yang menyediakan pengobatan dengan herbal.

Pameran uang nusantara yang diselenggarakan 15 Agustus sampai 1 Oktober 2012 di Gedung Heritage Eks De Javasche Bank Yogyakarta, pasir putih di tengah lembah, batik yang semakin popular, kunci menjadi pengusaha sukses dimulai dari niat dan percaya diri, kebun raya di dalam stasiun kereta, The Wanted boyband asal Irlandia Inggris yang makin bersinar, belajar menjadi anggota legislatif dan beberapa topik lain mengisi Berani Mag kali ini

 

Buku Putih Kabupaten Tanah Datar

02 Oktober 2012 1.288

Buku Putih Sanitasi adalah hasil kerja berbagai komponen SKPD dan lembaga lain yang terkait dengan sanitasi serta stakeholder yang memiliki kepentingan terhadap masalah sanitasi di Tanah Datar. Buku ini menjadi buku induk rencana pembangunan bidang sanitasi dan menjadi dasar acuan terhadap semua pekerjaan sanitasi sehingga lebih  terintegrasi dan berkesinambungan.

Buku ini berisi penjelasan tentang bagaimana cara mengajak masyarakat agar menyadari pentingnya sanitasi dan penyediaan air bersih. Saat ini Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) belum memiliki peralatan lengkap untuk memantau kualitas dan mendeteksi titik kebocoran serta belum tersediannya kantor operasional yang komprehensif. Selain itu dipaparkan pula tentang sarana sanitasi untuk air limbah yang belum menjadi kebutuhan mendesak. Hal ini dapat dilihat dari tingkat pencemaran di saluran drainase, sungai dan saluran irigasi serta paparan tentang terbatasnya biaya pembangunan dan pemeliharaan jaringan drainase pada kawasan strategis.

 

Percik Yunior Edisi 22, Juni 2012 "Cintai Air, Cintai Lingkungan Sehat"

Redaksi Kelompok Kerja AMPL   2012 1.109

Suasana baru yang ditampilkan kali ini, ingin mengajak sahabat semua mengenal lebih dekat Percik Yunior, dimana sahabat bisa mengenal rubrik-rubrik baru dan juga mengenal tokoh tokoh baru yang terdiri dari Cici, Kidi, Perdi, Anton, Kekey, Ayah, Bunda dan Dokter Ita yang akan membawa sahabat berpetualang dengan cerita-cerita seru seputar air minum dan penyehatan lingkungan.

Disini ditampilkan pula pengalaman seru para sahabat tentang kebersihan, langkah-langkah kecil untuk menyelamatkan lingkungan yang merupakan pengalaman dari Kak Alyarossa Taqwaariva dan Kak Ilona Beatrix Hendrata yang menjadi Duta Sanitasi 2011-2012. Selain itu ada juga pengalaman kakak-kakak yang telah mengikuti jambore sanitasi 2012 dan rubrik lain yang sangat menarik untuk dibaca serta yang tidak kalah serunya adalah pembelajaran melalui permainan ular tangga tentang sanitasi lingkungan dan penyakit bawaan air.

Buku Putih Sanitasi Kota Prabumulih

Drs.H.Rachman Djalili,MM (kata pengantar)   26 September 2012 1.497

Masyarakat Kota Prabumulih pada umumnya belum memberikan perhatian terhadap pembuangan air limbah rumah tangga. Hal ini masih nampak dari perilaku masyarakat yang membuang limbah rumah tangga ke saluran umum/drainase/sungai. Masyarakat yang berada di bantaran sungai pada umumnya memiliki jamban, tetapi tidak dilengkapi dengan septic tank dan sumur resapan sehingga air limbah langsung dialirkan ke sungai. Untuk masyarakat yang tinggal jauh dari bantaran sungai sebagian besar sudah memiliki jamban dengan kondisi teknis sudah dilengkapi fasilitas septic tank dan resapan.

Di beberapa wilayah, kondisi drainase masih kurang memenuhi syarat, sehingga pada saat hujan di beberapa ruas jalan masih terdapat genangan air.

Pada umumnya penduduk di sini memperoleh air bersih dari sumur gali dan tidak terlalu banyak penduduk yang memperoleh air bersih dari Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM). Sementara  itu beberapa hotel dan tempat pariwisata menggunakan sumur artesis untuk mendapatkan air bersih.   Dari hasil pemeriksaaan sampel kualitas air (PDAM, sumur artesis dan sumur gali) menunjukkan masih adanya kandungan bakteri E-coli, sehingga air yang dikonsumsi masyarakat masih belum memenuhi syarat bakteriologis

 Selain permasalahan diatas, di Prabumulih masih dijumpai beberapa lingkungan rumah, sekolah dan fasiltas umum lainnya yang belum memenuhi syarat kesehatan. Hal ini terlihat masih timbulnya penyakit yang diakibatkan oleh lingkungan yang tidak memenuhi syarat kesehatan seperti ISPA, Diare, Penyakit Kulit, TBC, Mata dan Demam Berdarah.