Buku
Diseminasi dan Sosialisasi Keteknikan Bidang PLP: Materi Bidang Drainase
M Sjukrul Amien (Kt pengantar)
03 Januari 2012
2.754
Dengan tujuan untuk mewujudkan penanganan sistem drainase perkotaan berwawasan lingkungan yang dapat dilaksanakan sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang berlaku, maka modul untuk para pelaksana dalam penanganan sistem drainase perkotaan diterbitkan.
Pengelolaan sistem drainase perkotaan harus mengacu pada SIDLACOM yang dimulai dari tahap survey, investigasi, perencanaan, pembebasan lahan, konstruksi, operasi, pemeliharaan dan ditunjang dengan peningkatan kelembagaan, pembiayaan serta partisipasi masyarakat.
Pemahaman tentang sistem drainase perlu ditingkatkan terutama kepada pihak yang terlibat, baik bagi pelaksana maupun masyarakat. Hal ini dilakukan agar penanganan permasalahan sistem drainase dapat dilakukan secara terus menerus dengan sebaik baiknya.
Selain dasar-dasar teknik dan manajemen drainase perkotaa, buku ini membahas pula perencanaan, master plan dan studi kelayakan yang terdiri dari proses desain, tata cara pembuatan rencana induk drainase perkotaan, tata cara pembuatan studi kelayakan drainase perkotaan, tata cara pembuatan detail desain drainase perkotaan, analisa hidrologi terapan untuk perencanaan drainase perkotaan, curah hujan dan jumlah aliran limpasan hujan, metode perkiraan banjir DAS, analisa hidraulika terapan untuk perencanaan drainase perkotaan, hidraulika jalur air di jembatan dan hal hal khusus lainnya, analisa struktur bangunan air, aspek praktis dari desain drainase dan gambaran teknis perencanaan. Disini tidak tertinggal dibahas pula tentang konstruksi dan pengelolaan yang terdiri dari pelaksanaan pembangunan drainase perkotaan, clean contruction, operasi dan pemeliharaan sistem drainase perkotaan, tata cara penyusunan biaya operasi dan pemeliharaan drainase, ecodrain, gejala pasang dan drainase di daerah rendah dan sistem pemompaan banjir.
Diseminasi dan Sosialisasi Keteknikan Bidang PLP: Materi II Bidang Sampah
M Sjukrul Amien (Kt pengantar)
03 Januari 2012
2.396
Untuk memenuhi target Millenium Development Goals (MDGs) diperlukan peningkatan kompetensi para pelaku pembangunan bidang ke PLP an (air limbah), meningkatkan kesehatan masyarakat dan kualitas lingkungan permukiman diperlukan berbagai upaya strategis. Salah satu upaya yang dilakukan adalah bimbingan teknis berupa diseminasi yang dilaksanakan secara berjenjang untuk tingkat provinsi dan dilanjutkan untuk tingkat kabupaten/kota dengan tujuan penyamaan persepsi, pemahaman dan pengetahuan bidang ke PLP an sesuai dengan pola pengelolaan sampah berdasarkan UU no 18/2008 tentang pengelolaan sampah.
Buku yang merupakan lanjutan dari buku Diseminasi dan Sosialisasi Keteknikan Bidang PLP: Materi I Bidang Sampah, lebih menitikberatkan pembahasannya pada perencanaan, pelaksanaan dan operasi pemeliharaan prasarana dan sarana persampahan yang meliputi pengolahan leachate, clean development mechanism, rehabilitasi dan penutupan TPA, pedoman pembentukan kelembagaan TPA regional dan pedoman penyelenggaraan pengelolaan persampahan dengan menerapkan PPK-BLU.
Diseminasi dan Sosialisasi Keteknikan Bidang PLP: Materi I Bidang Sampah
M Sjukrul Amien (Kt pengantar)
03 Januari 2012
2.669
Buku yang diawali dengan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 21/PRT/M/2006 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan Sistem Pengelolaan Persampahan (KSNP-SPP) dan matriks kebijakan dan strategi Nasional Sistem pengembangan Pengelolaan Persampahan (KSNP-SPP) membahas tentang permasalahan yang berhubungan dengan persampahan di Indonesia, merupakan buku pertama dari dua buku yang membahas tentang diseminasi dan sosialisasi keteknikan bidang PLP khususnya bidang sampah.
Meningkatnya jumlah penduduk, laju pertumbuhan ekonomi serta pembangunan di daerah membawa berbagai macam dampak. Salah satu dampak yang timbul yaitu meningkatnya jumlah sampah baik sampah rumah tangga maupun sampah industri. Apabila sampah tidak ditangani secara baik maka akan dapat mengakibatkan timbulnya berbagai macam penyakit, estetika lingkungan dan menimbulkan bau yang tidak sedap. Untuk itu diperlukan sistem pengelolaan yang dilakukan secara komprehensif dan terpadu.
Selain kebijakan yang terkait dengan persampahan, buku ini membahas pula dasar-dasar sistem pengelolaan sampah, proses penyusunan perencanaan sistem pengelolaan persampahan, penanganan sampah di sumber sampah, pengangkutan sampah, pemilihan alat angkut dan alat berat persampahan, pengelolaan sampah, pedoman umum 3R permukiman dan pemrosesan akhir sampah.
Gambar Tipikal Standar Sarana Air Minum dan Sanitasi: Program Nasional Penyediaan Sarana Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat Tahun 2011 - WSLIC-3/Pamsimas
03 Januari 2012
2.632
Pembangunan sarana air minum dan sanitasi merupakan salah satu komponen kegiatan program nasional Penyediaan Sarana Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (Pamsimas/WSLIC-3).
Pambuatan buku ini dimaksudkan agar setiap pilihan teknis sarana air minum dan sanitasi yang telah ditetapkan oleh masyarakat dapat direncanakan/dirancang, dilaksanakan, dioperasionalkan , dan dipelihara secara optimal oleh masyarakat sesuai dengan kaidah kaidah teknis dan berfungsi secara berkelanjutan dan berkesinambungan.
Buku yang berisi gambar gambar pembangunan sarana air minum dan sanitasi ini diharapkan dapat membantu tugas pendampingan khususnya Fasilitator Masyarakat Teknis dan Konsultan Teknik kebupaten/kota diperlukan adanya acuan bersifat sebagai referensi yang dapat digunakan dalam melakukan perancangan bangunan sesuai dengan opsi yang telah ditetapkan oleh masyarakat secara partisipatory.
Secara garis besar buku ini terdiri dari tiga bagian yaitu tipikal standar sistem perpipaan, tipikal standar sistem non perpipaan dan tipikal standar sanitasi.
Providing Clean Water and Sanitation to the Poor : Australia
06 Desember 2011
868
Buku ini berisi dokumen kegiatan yang dilaksanakan Pemerintah Australia bekerjasama dengan Indonesia Infrastruktur Initiative (Indll) dalam mengimplementasikan program penyediaan air dan sanitasi khususnya untuk rumah tangga miskin di 38 kota di Indonesia.
Agar dapat ikut berpartisipasi dalam program ini, Pemerintahan Pusat menyeleksi Pemerintahan Daerah guna menentukan berapa banyak warga yang memerlukan air, terutama untuk keperluan rumah tangga. Pemerintah Daerah bertanggung jawab penuh atas pelaksanaan program ini melalui PDAM. Agar penyaluran air bersih dapat diterima semua kalangan masyarakat maka Pemerintah Daerah bersama PDAM memutuskan pemberian tarif bersubsidi kepada rumah tangga miskin
Dalam buku ini tercantum pula beberapa pendapat warga sehubungan program hibah air bersih dan sanitasi ini karena mereka dapat terbebas dari krisis air bersih.
Referensi Pengembangan Program Promosi Kesehatan untuk Meningkatkan Perilaku Cuci Tangan Pakai Sabun di Sekolah: Pembelajaran dari Seminar Guru di Jakarta Dalam Rangka Hari Cuci Tangan Pakai Sabun Sedunia ke-3 Tahun 2010.
Endang Rahayu Sedyaningsih (kt Pengantar),
06 Desember 2011
1.404
Buku ini ditujukan untuk para guru Sekolah Dasar sebagai panduan dalam menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat yang dimulai dari perilaku sederhana yaitu Cuci Tangan Pakai Sabun di Sekolah, yang berarti mengajarkan pada anak anak khususnya dan keluarga pada umumnya untuk melaksanakan pola hidup bersih dan sehat sejak dini.
Terdapat 6 alasan cuci tangan pakai sabun yaitu melindungi kesehatan keluarga; sederhana, mudah dan terjangkau; tidak perlu banyak air, asal jernih dan dari tempat yang aman; bisa menggunakan sabun apa saja; mendidik anggota keluarga untuk berperilaku bersih; dan kegiatan yang menyenangkan bersama keluarga.
Dalam buku ini dibahas juga cara cara cuci tangan pakai sabun yang benar; penerapan cuci tangan pakai sabun melalui teknik partisipastif; dan rencana tindak lanjut program CTPS ini.
Case Description: Air Bengkulu River Basin
Oka Andriansyah, Rita Mustikasari
06 Desember 2011
1.041
DAS Air Bengkulu mencakup daerah seluas 51.500 ha dan berlokasi di dua kabupaten di Bengkulu (Bengkulu Tengah dan Kota Bengkulu). Sungai utama di DAS adalah Sungai Air Bengkulu yang berasal dari Sungai Susup, Sungai Rindu Hati, Sungai Kemumu, Sungai Pasemah, Sungai Sialang dan Sungai Muara Kurung. Wilayah sungai dikelola oleh pemerintah provinsi baik oleh Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air, Dinas Kehutanan maupun Balai Lingkungan Hidup. Anggaran kegiatan dialokasikan dari APBD.
Kelompok masyarakat yang menggunakan DAS Air Bengkulu adalah perkumpulan petani pemakai air (P3A) dan Forum Masyarakat Pedulu DAS Air Bangkulu (Formas PDAB)
Disini dijelaskan juga adanya lima aktifitas yang dianggap membahayakan dalam hubungannya dengan sumber daya air di DAS Air Bengkulu yaitu pertambangan di daerah hulu; pengumpulan tailing limbah batu bara di sungai; pabrik karet; PADM sebagai penyedia air dan pertanian (agroforestri dan pertanian padi irigasi).
Ancaman kritis yang menghambat terbentuknya pengelolaan air terpadu di DAS Air Bengkulu yaitu program pembangunan yang datang secara intensif dan dilaksanakan tidak ramah lingkungan, kurangnya perhatian dan kesungguhan pemerintah untuk mengikutsertakan masyarakat pengguna air dalam pengelolaan air dan rendahnya tingkat partisipasi masyarakat.
Gambaran Umum Permasalahan Pengelolaan Air : DAS Air Bengkulu
Oka Andriansyah, Rita Mustikasari
05 Desember 2011
2.696
DAS Air Bengkulu mencakup daerah seluas 51.500 ha dan berlokasi di dua kabupaten di Bengkulu (Bengkulu Tengah dan Kota Bengkulu). Yang menjadi Sungai utama DAS adalah Sungai Air Bengkulu yang berasal dari Sungai Susup, Sungai Rindu Hati, Sungai Kemumu, Sungai Pasemah, Sungai Sialang dan Sungai Muara Kurung. Wilayah sungai dikelola oleh pemerintah provinsi baik oleh Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air, Dinas Kehutanan maupun Balai Lingkungan Hidup. Anggaran kegiatan dialokasikan dari APBD.
Kelompok masyarakat yang menggunakan DAS Air Bengkulu adalah perkumpulan petani pemakai air (P3A) dan Forum Masyarakat Pedulu DAS Air Bangkulu (Formas PDAB)
Disini dijelaskan juga adanya lima aktifitas yang dianggap membahayakan sumber daya air di DAS Air Bengkulu yaitu pertambangan di daerah hulu; pengumpulan tailing limbah batu bara di sungai; pabrik karet; PADM sebagai penyedia air dan pertanian (agroforestri dan pertanian padi irigasi).
Ancaman kritis yang menghambat terbentuknya pengelolaan air terpadu di DAS Air Bengkulu yaitu program pembangunan yang datang secara intensif dan dilaksanakan tidak ramah lingkungan, kurangnya perhatian dan kesungguhan pemerintah untuk mengikutsertakan masyarakat pengguna air dalam pengelolaan air dan rendahnya tingkat partisipasi masyarakat.
Potret Pembangunan AMPL Indonesia, Belajar dari Pengalaman: Cerita Pembangunan dari Kabupaten Bangka, Kabupaten Sumedang dan Kota Malang
Dini Haryati, Fadly Suhendra (penyusun)
05 Desember 2011
926
Di Kabupaten Bangka tepatnya di Sumur Batu Desa Puding Besar warga berdatangan dengan membawa ember, jerigen dan botol untuk mengangkut air ke rumahnya masing masing dengan menggunakan motor berkeranjang, gerobak dorong bahkan sepeda. Air dari Sumur Batu ini, dikhususkan untuk air minum. Agar kebersihannya tetap terjaga maka warga yang mengambil air diharuskan menggunakan gayung, ditempat ini pula warga dilarang mandi dan mencuci.
Kehidupan di Desa Sukawening Kabupaten Sumedang pada tahun 2004-2005 terbilang sangat menyedihkan, warga desa masih buang air besar sembarangan di kebun dan di saluran air, penyakit berbasis lingkungan merajalela. Tahun 2008 pemerintah mengadakan program sanitasi total berbasis masyarakat (STBM) untuk memobilisasi dan memberdayakan masyarakat agar memilih hidup sehat. Pokja AMPL membantu terlaksananya program ini, perlahan tapi pasti masyarakat di Desa pun mengubah perilaku kebiasaan buang air besar sembarangan, mereka mulai membangun sanitasi dirumahnya dan menyadari pentingnya air bersih.
Di Malang, air bersih sudah dapat dinikmati oleh seluruh warga. Warga yang tidak terjangkau saluran PDAM dapat memanfaatkan potensi air yang ada di daerah masing masing. Misalnya di Kelurahan Arjowingun Kedungkandang, masyarakat bergotong royong membangun sebuah menara air untuk memenuhi kebutuhan air bersih warganya yang dipompa dari sungai bawah tanah. Selain itu warga Malang sudah dapat menetralisir limbah sehingga tidak mencemari air sungai dan dapat dimanfaatkan untuk pupuk organik.
Buku Saku Program Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (Program Pamsimas) "Air untuk kehidupan"
Direktur Jenderal Cipta Karya Departemen Pekerjaan Umum (Kata Pengantar)
05 Desember 2011
2.246
Tahun 2004 dalam Joint Monitoriing yang merupakan laporan WHO-Unicef menyebutkan bahwa kinerja sektor air minum dan sanitasi di Indonesia dinilai masih rendah dibandingkan dengan Negara lain di Asia Tenggara. Tahun 2015 diperkirakan penduduk Indonesia berjumlah 218 juta jiwa, dimana 103 juta jiwa atau 47% belum memiliki akses terhadap sanitasi dan 47 juta jiwa atau 22% belum memiliki akses terhadap air bersih. Rendahnya pelayanan air minum dan sanitasi ini, berdampak pada kesehatan masyarakat, tingkat perekonomian dan kondisi lingkungan.
Tujuan program Pamsimas yaitu untuk meningkatkan jumlah penduduk miskin perdesaan san pinggiran kita (peri urban) yang mendapat akses terhadap layanan air minum dan sanitasi yang shat (inproved) dan praktik perilaku hidup bersih dan sehat.
Program Pamsimas dilaksanakan sejak tahun 2008-2013 masih dirasakan belum dapat menanggulangi kekurangan kebutuhan air minum dan sanitasi di seluruh desa miskin di Indonesia. Adapun sasaran program Pamsimas ini ditetapkan sebanyak 5000 yang tersebar di 15 provinsi dan 110 kabupaten/kota.
Dalam buku saku ini selain pendahuluan; membahas juga komponen program; pengelolaan program; pendanaan program; dan exit strategi & replikasi