Buku

Pendopo Edisi Pertama, Tahun V/ Maret - Juni 2009 Wajah Sungai Rungkut, Jejak-Jejak untuk Melestarikan

Redaksi majalah Pendopo   Th. 707

Edisi pertama Pendopo kali ini mengangkat tema mengenai wajah Sungai Rungkut, jejak untuk melestarikan lingkungan. Diantaranya dalam kolom Sosok, Berkarya bersama mewujudkan sungai bersih oleh Muhammad Atik, Kali Surabaya yang kian terancam, upaya untuk menjernihkan  Kalimir dan Kali Kulon. Selain itu, ada ragam teknologi sanitasi di kolom Sokoguru, mengenal kandungan dari deterjen, serta teknologi biofilter.

Pendopo Edisi Kedua, Tahun V/ Juli-Oktober 2009 Pertanian Organik Perkotaan, Membawa Harapan

Redaksi majalah Pendopo   Th. 726

Majalah Pendopo kali ini mengangkat tema mengenai pertanian organik perkotaan yang membawa harapan, Ruang terbuka hijau dan urban farming di kota Surabaya. Selain itu ada artikel mengenai pakan ikan alami produksi pusdakota, produk pangan organik yang alami, sehat dan ramah lingkungan. Di kolom sosok ada Pak Sukarno yang memanfaatkan takakura di balik sempitnya kos-kosan, serta artikel mengenai tanaman hias penangkal polusi ruangan, dan artikel menarik lainnya.

Air Minum Edisi 172, Januari 2010 Menanti UU BUMD

Redaksi majalah Air Minum   Januari Th. 798

Cukup menggembirakan bahwa Rancangan Undang-Undang (RUU) BUMD sudah pada tahap finalisasi. Majalah Air Minum edisi ini didominasi dengan tema seputar kabar baik bagi BUMD. Selain itu    Laporan khusus di edisi ini mengangkat hambatan dari program restrukturisasi utang PDAM, yaitu sulitnya menaikkan  tarif untuk full cost recovery (FCR). Yang juga tak kalah menarik, kisah sukses dari seorang PDAM Salatiga, yang sehat tanpa utang berkat keputusan cerdas, krisis air akut yang terjadi di Pakistan, liputan HUT ke-35 PDAM Tirta Wening Kota Bnadung, serta tentunya berita-berita menarik lainnya.

Desalination: A National Perspective

05 Februari 2010 989

Upaya untuk mengidentifikasi sumber-sumber baru pasokan air yang belum dimanfaatkan telah mendominasi kebijakan sektor air pada abad yang lalu. Desalinasi air laut sebagai sebuah alternatif, mengalami kemajuan eksponensial secara global sejak tahun 1960, didorong antara lain oleh berkembangnya kekhawatiran akan kelangkaan air. Kemajuan teknologi desalinasi juga dimungkinkan oleh adanya investasi yang besar yang dicurahkan oleh sejumlah negara maju untuk penelitian dan pengembangan desalinasi.
   
Secara historis, desalinasi memang memerlukan biaya dan energi yang besar, sehingga pemanfaatannya terbatas pada daerah-daerah yang langka air tawar. Baru-baru ini, berkat kemajuan teknologi, khususnya perbaikan dalam membran, desalinasi menjadi pilihan yang realistis. Biaya desalinasi air laut di Amerika Serikat sekarang bahkan sudah cukup kompetitif.

Di negara tersebut, dengan dukungan dari Biro Reklamasi dan Badan Proteksi Lingkungan, Dewan Riset Nasional membentuk sebuah komisi untuk memajukan teknologi desalinasi. Komisi ini diberi nama Committee on Advancing Desalination Technology.

Buku ini adalah laporan komisi tersebut yang menyajikan sejarah singkat penelitian desalinasi di Amerika Serikat, isu-isu kecukupan air dan potensi desalinasi untuk memenuhi kebutuhan pasokan, dan menguraikan perkembangan terkini dalam ilmu pengetahuan dan teknologi desalinasi.

Isu-isu lingkungan juga didiskusikan, begitu pula biaya teknologi ini dibandingkan dengan pasokan air alternatif lainnya, termasuk konservasi. Aspek implementasi praktis dianalisis. Masalah-masalah yang dielaborasi, mengarah pada kerangka kerja bagi agenda penelitian nasional strategis di bidang desalinasi. Agenda ini diperlukan untuk memahami dan mengurangi dampak lingkungan dari desalinasi dan berkonsentrasi pada isu untuk mengurangi biaya dari teknologi ini.

Buku ini dapat menjadi referensi yang menarik bagi peminat teknologi sumber air alternatif, terutama dari kalangan PDAM. Beberapa PDAM bahkan telah diperkenalkan dengan teknologi desalinasi pada saat menerima bantuan penanggulangan korban bencana seperti tsunami dan gempa dari negara-negara maju.

KPS (Kemitraan Prasarana & Sarana) Edisi 10, November-Desember 2009 Kemandirian Energi Jadi Prioritas

Th. 709

KPS edisi ini mengangkat tema mengenai prioritas kemandirian energi nasional. Selain itu untuk memperkuat rencana prioritas pemerintah, KPS memaparkan rencana strategis Departemen ESDM, belajar dari sistem kelistrikan di negeri Sakura, investasi listrik Kaltim, komitmen listrik swasta, kriteria proyek kerjasama infrastruktur yang wajib AMDAL, serta tentunya artikel menarik lainnya.

Percik Yunior Edisi 12, Desember 2009 Tetap Sehat Tetap Semangat

Redaksi Majalah Percik Yunior   Th. 725

Bencana alam tentu sudah tidak asing bagi kita, karena ternyata Indonesia adalah negara yang rawan bencana alam. Meskipun demikian teman-teman tidak perlu takut. Pengetahuan dan pengalaman tentang bencana bisa membantu menyelamatkan kita. Semuanya bisa disiapkan supaya akibatnya bisa dikurangi dan kita tetap sehat meskipun sedang terkena bencana.
   
Di Percik Yunior edisi 12 ini kita akan belajar tentang bencana alam, apa saja bencana alam yang mungkin terjadi, dan cara-cara untuk menghadapinya. Yuk, ajak seluruh keluarga dan teman-teman untuk menjaga kelestarian dan belajar dari alam agar akibat bencana alam dapat dikurangi. Selamat membaca dan menjaga lingkungan y....

Kiprah Volume 34/ Tahun IX/ September Oktober 2009 Investasi PU Menarikkah?: Liputan Khusus Gempa di Sumbar

Redaksi Majalah Kiprah   Th. 817

Dalam edisi kali ini, Majalah Kiprah mengangkat tema mengenai investasi PU.  Selain itu topik lain yang dibahas adalah tanggap darurat Departemen PU pascagempa Sumbar, Hari Habitat Dunia 2009, selain tentunya topik-topik yang tak kalah menarik lainnya.

Daftar Isi:

LAPORAN UTAMA
Memacu Investasi Infrastruktur ke-PU-an
Perlu Peran Swasta dalam Penyediaan Infrastruktur
Reinvestasi untuk Rekonstruksi Tol Tangerang-Merak
Perppu Pencabutan Hak atas Tanah Mendesak Diterbitkan
Laju Investasi Jalan Tol Terganjal Pembebasan Tanah
Investasi Pariwisata di Jatiluhur
Menggapai Pelayanan Air Bersih yang Lebih Baik
Investasi Bidang Sumber Daya Air, Mungkinkah
Yang Tergiur ’Basahnya’ Bisnis Air Bersih di Indonesia
Pengembangan Investasi di KAPET Perlu Sinergitas Antar Sektor, Pusat dan Daerah

SELINGAN
Gili Trawangan
Pesona Keindaham Taman Wisata Alam Laut

GALERI
Ranah Minang Manangih

JELAJAH
Menikmati Keindahan Taman dan Transportasi Gratis Kota Perth
Singapura, Kembalinya Kejayaan Masa Lampau
Potensi Mukomuko Dilirik Investor

INFO BUKU
Infrastruktur Pro Rakyat

INFO TEKNOLOGI
Steel Sheet Pile dari ESC Menunjang Kecepatan dan Efisiensi Kerja Kontraktor

LAPORAN KHUSUS
Tanggap Darurat Departemen PU Pascagempa Sumbar
Belajar dari ’Negeri Gempa’
Penanganan Situ Gintung Pascabencana

WACANA
Hari Habitat Dunia 2009
Pengembangan Teknologi Guna Menunjang Keberlanjutan Arsitektur Tradisional
Pemikiran Masa Depan Air Minum di Indonesia

JENDELA
Siswoko, Peduli Air

Percik Edisi Khusus May 2009 Community Based Solid Waste Management

Th. 677

Percik edisi kali ini sedikit berbeda dari biasanya. Karena kali ini memang edisi khusus dengan tema utama adalah Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat (PSBM). Hal ini sengaja dirancang terkait dengan upaya untuk mulai memberi perhatian lebih besar terhadap pengelolaan sampah, khususnya berbasis masyarakat.
       
Berangkat dari keinginan untuk menarik perhatian banyak pihak, beragam info terkait PSBM kami sajikan. Mulai dari filosofi pemberdayaan masyarakat, konsep PSBM, contoh praktek unggulan PSBM baik di mancanegara maupun dalam negeri., wawancara dengan kampiun mulai dari walikota, artis, LSM, pihak swasta, dan masyarakat itu sendiri. Keinginan menyajikan selengkap mungkin info terkait PSBM mendorong redaksi juga menampilkan inovasi teknologi, beragam regulasi mulai dari undang-undang sampai peraturan daerah, beragam info pustaka baik buku, CD, situs ada dalam edisi kali ini.
       
Percik ini merupakan Percik Edisi khusus May 2009 versi Inggris "Community Based Solid Waste Management"

Conservation Program 2004-2008

WWF-Indonesia   30 Januari 2010 774

World Wide Fund for Nature (WWF) started to work in Indonesia in the early 1960’s as a Program Office of WWF International, under the auspices of the Ministry of Forestry, c.q. the Directorate for Forest Protection and Nature Conservation. The main activity at this early stage was research on mammal species, especially the endangered rhinoceros and tigers on the islands of Java and Sumatra. In 1965, WWF launched a program in Ujung Kulon National Park in West Java province to save the Java rhino. The program then led to efforts of conserving the forest habitat of endangered species.



Indonesian forests and oceans are the home to several charismatic species in danger of extinction such as the rhinoceros, orang utans, tigers, elephants and turtles. With growing international attention to conservation in Indonesia more WWF projects were started. Between 1990 and 1995 WWF-Indonesia has experienced rapid growth. The few projects within the Program Office increased into more than forty, its number of staff multiplied from half a dozen staff members to three hundred, and the organization flourished, reaching beyond its original scope of work. WWF-Indonesia began to work with forest and coastal communities. Many of WWF’s projects aimed to improve the livelihoods of these communities.



In April 1998, WWF-Indonesia Program became a national organization and registered with the Indonesian government with foundation status. WWF-Indonesia became part of the WWF Global Network, which consists of 27 National Organizations, 6 Associate Organizations, and 22 Program Offices around the world.


,br> Under the new organization status, there were significant changes taking place between 1999 and 2001; WWF-Indonesia management structure became decentralized; three bioregion offices were set up: Sundaland, Wallacea, and Sahul to implement the conservation program. The conservation program focus its efforts in areas known as centres of biodiversity identified by WWF as Global 200 ecoregions, 19 of which lie within Indonesia’s political boundaries. WWF-Indonesia developed local partnerships engaging government agencies and NGOs in collaborative efforts to provide solutions for nature conservation.



WWF-Indonesia has been embarking on a major endeavour to shift from project based into a program-based organization. Strategic planning starting this process began in 2001, resulting in major decisions for WWF-Indonesia to:


-Develop six thematic programs: forest, marine, species, climate change, freshwater, toxics.


-Transform its bioregional-based management, into programmatic based management.


-Establish a Program or Conservation Division, lead by a Program/ Conser-vation Director.



At the early phase of its change process from a project to programmatic based organization, WWF-Indonesia has initially planned to work on the six thematic programs: Forest, Oceans and Coasts (marine), Species, Freshwater, Climate Change and Toxics. After two years, in early 2004 WWF-Indonesia concluded to focus further on five programs, with the Toxic programme related issues being integrated into the other five programs. Currently both the climate change and fresh water programmes are in the development stages with the climate change program further advanced. 

Air Quality Standards in Indonesia

Kozak, J.H   30 Januari 2010 818

Pustaka ini tersedia di Perpustakaan KLH (Kementerian Negara Lingkungan Hidup), Jl. D.I Panjaitan Kav. 24, Kebon Nanas, Jakarta Timur 13410, Gedung A, Lt.1 . CP: Bp. yayat (021-85907286).