Buku

Workshop on the Rights to Have Access to Clean Water

Th. 736

Pustaka ini berisi presentasi kegiatan Workshop on the Rights to Have Acceess to Clean Water tanggal 12 Agustus 2009 di Jakarta.

DAFTAR ISI:

Opening Speech by Prof. Harkristuti Harkrisnowo (Dirjen of Human Rights)

Kebijakan dan Program Penyediaan Air Minum Terkait dengan Hak atas Air di Indonesia (Oswar Mungkasa, Bappenas/ Pokja AMPL)

Pemenuhan Hak atas Air (The Rights to Water) di Indonesia (Hamong Santono, Koalisi Rakyat untuk Hak Atas Air/ KRuHA)

REUSE (Resource and Energy United-cities of Saitama East): First Waste Incinerator Plant

24 Agustus 2009 866

This book explains about First Waste Incineration Plant construction project. In Japan. Generating 720 kW of electricity from a ton of rubbish, the First Waste Incineration Plant of the Saitamaken Tobu Waste Management Association is the largest thermal power plant in Japan fueled by community rubbish. The generated electricity is used for internal use and the remainder is sold to an electric utility company.
 
In addition to being a local amenities center, this plant is designed to supply heat to other public facilities in the surrounding area. Even the resulting ash is melted into a slag, which is used as fine aggregates for buiding and construction. In other words, this plant is designed to leave no waste unused for constructive use, and hope that this plant presents itself as a perfect model for other communities in Japan or elsewhere, looking for ways to put an end to their resource saving and environment protection issues.
  
Contents:

Waste-fueled Thermal Power Plant

Outline of Construction

Outline of Building

Outline of Facilities

Creating Energy from Rubbish

High-efficiency Thermal Power Plant

Utilization of Waste Heat (Heat Supply for External Use)

From Rubbish to Energy

Ash Melting Facilities

Flow in Ash Melting Facilities

Friendly to Environments

Materi Lokakarya Pengelolaan Data AMPL secara Menyeluruh dan Terpadu

Th. 767

Pustaka ini berisi kumpulan materi acara lokakarya “Pengelolaan Data AMPL secara Menyeluruh dan Terpadu“ yang diselenggarakan di Hotel Le Meridien, Jakarta tanggal 7 Februari 2007.

Daftar Isi:

• Second Water and Sanitation for Low Income Communities (WSLIC-2), Penyediaan Air Bersih dan Penyehatan Lingkungan untuk Masyarakat Berpenghasilan Rendah dua (PABPL-MPR-2)

• Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) oleh Direktorat Statistik Kesejahteraan Rakyat, Badan Pusat Statistik

• Joint Monitoring Programme for Water Supply and Sanitation Coverage Estimates Improved Drinking Water (updated in June 2006), WHO/ UNICEF

• Joint Monitoring Programme for Water Supply and Sanitation “JMP”, WHO

• Lokakarya Data: Membangun Sinergi Pengelolaan Data Air Minum dan Penyehatan Lingkungan yang Terpadu, oleh Direktur Permukiman & Perumahan Bappenas

• Rekomendasi Butir Pertanyaan pada Susenas Modul 2007

• Roadmap Data Air Minum dan Penyehatan Lingkungan Indonesia

• Menjalin Komitmen Bersama dalam Pengelolaan Data Air MInum dan Penyehatan Lingkungan Permukiman, Ditjen Cipta Karya, Dep.PU

• Pengelolaan Data AMPL, Balitbangkes, Depkes RI

Buletin Cipta Karya No.04/Tahun VII/ April 2009 Menuju Bangunan Gedung yang Handal, Berjatidiri, dan Ramah Lingkungan

Redaksi Buletin Cipta Karya   Th. 796

Pada edisi April 2009 ini, Buletin Cipta Karya mengangkat tema utama Bangunan Gedung. Selain tema utama tadi, edisi kali ini juga menyuguhkan materi lain seperti Pengelolaan Rumah Negara, Mengendalikan Pertumbuhan Perkotaan, wawancara ekslusif dengan Walikota Balikpapan, Imdaad Hamid tentang Penataan Kawasan Kumuh tanpa protes warga, Hunian Sementara (Huntara) untuk korban Situ Gintung, perkembangan terkini penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM), dan lainnya.

Buletin Cipta Karya No.05/Tahun VII/ Mei 2009 Banyak Jalan Menuju 10 Juta Sambungan Rumah Baru

Redaksi Buletin Cipta Karya   Th. 721

Dalam edisi kali ini, Redaksi Buletin Cipta Karya akan mengingatkan kembali masalah sanitasi dalam acara Konvensi Sanitasi Nasional. Dalam konvensi tersebut disepakati tentang Strategi Sanitasi Kota (SSK) dalam menggalakkan sanitasi.

Dalam hal inovasi, sistem pendeteksi banjir asal negeri Belanda bernama ”Kikker“  atau kodok sangat menarik untuk disimak. Selain itu, zona air minum Prima dari Jambi akan dikulik lebih jauh dalam rubrik inovasi kali ini.

Berbagai event penting seperti peresmian IPAL Semanggi Solo akan direfresh kembali. Pentingnya Permen PU SPAM BJP dalam hal sanitasi dan air minum juga akan dibedah pada edisi ini. Selain itu, untuk penyegaran, redaksi menyuguhkan seorang sosok pahlawan sampah asal Denpasar Yuni Yuna Ismawati atau biasa dipanggil Yuyun yang mendapatkan penghargaan internasional di bidang lingkungan.
 

Percik Edisi Khusus Juni 2009 Satu Dekade Waspola: Upaya Pengarusutamaan Paradigma Pembangunan AMPL Berbasis Masyarakat

Redaksi Majalah Percik   Th. 628

Memasuki tahun 2009 ini, banyak proyek AMPL di Indonesia yang telah dan akan segera berakhir, diantaranya Waspola 2. Setelah melalui satu dekade, per Juni 2009, Waspola telah tutup buku. Di ujung proyek, salah satu kewajiban dari pengelola proyek adalah menyusun laporan akhir. Edisi Percik kali ini merupakan kreativitas baru dari Waspola bekerjasama dengan majalah Percik, yang mencoba menuangkan laporan akhir ke dalam format majalah dengan harapan agar laporan tersebut dibaca oleh khalayak luas.

Informasi dan data tentang Waspola 2 dikemas dalam berbagai rubrik seperti laporan utama, wawancara, wawasan, regulasi, praktek unggulan, dan info seputar pelaku. Produk Waspola 2 pun mendapat porsi yang banyak untuk ditampilkan di edisi ini, baik produk berupa buku, audio visual, bahkan situs. Apakah dengan cara ini kemudian khalayak akan tertarik membaca hasil Waspola 2 Buktikan saja… Selamat membaca!

 

Penyembur Air Hemat Energi

19 Agustus 2009 1.412

Bagi warga Desa Kotayasa, Kecamatan Sumbang, Banyumas, Jawa Tengah, kesulitan air bersih sudah menjadi cerita masa lalu. Sejak Sudiyanto --kepala desa hingga tahun 2007-- membuat pompa hidram pada 1999, penduduk di kaki Gunung Slamet itu tidak perlu lagi berjalan satu kilometer menuju dua mata air di kawasan Tuk Seladan dan Tuk Poh. Kini air melimpah di tengah warga.


Bagi warga Desa Kotayasa, Kecamatan Sumbang, Banyumas, Jawa Tengah, kesulitan air bersih sudah menjadi cerita masa lalu. Sejak Sudiyanto --kepala desa hingga tahun 2007-- membuat pompa hidram pada 1999, penduduk di kaki Gunung Slamet itu tidak perlu lagi berjalan satu kilometer menuju dua mata air di kawasan Tuk Seladan dan Tuk Poh. Kini air melimpah di tengah warga.

Pompa hidram buatan Sudiyanto itu boleh dibilang mengatasi masalah tanpa masalah. Sebab, untuk menggerakannya, tidak diperlukan listrik atau bahan bakar minyak. Cukup memanfaatkan energi yang berasal dari air itu sendiri. Cara kerjanya cukup canggih. Semua mengandalkan dua katup pada pompa. Yakni katup pemasukan dan katup pembuangan air. Selebihnya, hidram merupakan rangkaian pipa dari sumber air menuju perumahan penduduk.

Pompa hidram bekerja atas dasar sistem hidrolik dan gravitasi bumi. Syarat utamanya, sumber air harus terletak lebih tinggi dari pompa hidram. Selanjutnya ia dapat mengantarkan air lebih tinggi lagi (lihat gambar). Awalnya air mengalir deras dari mata air ke dalam pipa pemasukan (nomor 1), sehingga katup pembuangan (nomor 4) terbuka. Suatu saat, karena desakan arus, katup pembuangan kemudian menutup (nomor 2), sehingga arus air mendesak katup pemasukan air terbuka (nomor 5).

Air pun mengalir ke dalam tabung (nomor 6) dan pipa air ke perumahan penduduk (nomor 3). Karena posisi pipa lebih tinggi, aliran air melambat, membuat katup air masuk menutup. Ketika ini terjadi, desakan air pada katup pembuangan hilang, sehingga katup kembali terbuka. Ini membuat proses pemompaan terjadi dari awal lagi.

Tabung udara tadi membuat proses itu menjadi lebih konstan, sehingga pasokan air terus mengalir. Guna menambah daya sembur, Sudiyanto, yang sehari-hari bertani, membuat lubang di pipa sehingga air bisa terangkat setinggi 300 meter dan mengalir sejauh 1.015 meter. Luar biasa. Hidayat Gunadi

Inovator: Sudiyanto, 43 tahun Pekerjaan: Petani dan bekas kepala desa Mulai Dikembangkan: Tahun 1999 Keunggulan Teknologi: Sederhana dan hemat energi Penerapan: Cocok untuk daerah yang kekurangan air Prestasi: Indonesia Berprestasi Award 2008

Si Api Biru dari Limbah

19 Agustus 2009 1.185

Banyak manfaat yang telah diambil dari sampah. Kali ini, Soelaiman Budi Sunarto "menyulap" sampah menjadi bahan bakar gas. Terobosan Soelaiman ini memecahkan dua masalah sekaligus. Yakni, menangguli pencemaran lingkungan dari limbah sampah, sekaligus membantu mengatasi keterbatasan bahan bakar minyak.

Untuk membuat gas dari sampah ini, digunakan teknologi sederhana. Yakni dengan mengondisikan pembakaran sampah kering secara tidak sempurna, sehingga menghasilkan gas yang bertekanan. Selanjutnya gas yang bertekanan ini disalurkan ke berbagai tungku atau kompor. Nah, gas inilah yang menghasilkan nyala api biru. Untuk menjaga tekanan gas yang tidak terpakai, gas disalurkan ke air.

Teknologi sederhana ini bisa digunakan di mana saja. Termasuk di lingkungan rumah tangga, karena bahan dasar utamanya adalah sampah kering yang melimpah di hampir setiap tempat. Karenanya, penemuan Soelaiman ini dapat menciptakan kemandirian masyarakat akan kebutuhan bahan bakar minyak. Selain itu, api biru dari sampah ini cocok dipakai untuk usaha kecil dan menengah. Hidayat Gunadi

Inovator: Soelaiman Budi Santoso, SH, MM, MBA Lembaga: Agro Makmur Status Paten: Dalam proses pengajuan hak paten

Tungku Jimat Biomassa

19 Agustus 2009 1.395

Jimat kependekan dari "enerji hemat". Itulah nama yang dilekatkan Supriyanto untuk tungku alias kompor ciptaannya. Bahan dasar kompor ini mudah didapat: drum oli. Bahan bakarnya pun terdapat di mana-mana: dari ranting kayu, potongan rumput atau semak belukar, potongan bambu, hingga limbah kayu.

Secara teknis, cara kerja kompor ini melalui proses yang disebut pyrolysis atawa teknik pembakaran yang meminimalkan oksigen. Ruang yang minim oksigen dimampatkan untuk meningkatkan suhu sehingga timbul asap. Asap lalu diubah menjadi gas lewat ruangan bersuhu 300 hingga 600 derajat celsius.

Dalam proses pyrolysis itu, ranting kayu menghasilkan api dan asap. Asap diubah menjadi gas yang terbakar di ruangan bersuhu tinggi sehingga menjadi energi. Proses ini menyisakan arang yang kembali dapat dijadikan sebagai bahan bakar.

Penemu: Supriyanto Pekerjaan: Peneliti Pusat Studi Regional Penelitian Biologi Tropis Direktur HPGW Fakultas Kehutanan IPB Mantan Pembantu Dekan III Fakultas Kehutanan IPB

Pengolah Limbah Ekonomis

19 Agustus 2009 1.286

Untuk mengolah limbah cair, tidak perlu lagi ruang khusus yang makan tempat. Sebab kini telah ada instalasi pengolah limbah (ipal) yang lebih hemat biaya dan tempat, ciptaan Anto Tri Sugiarto. Selain itu, ipal ini juga mudah dipindah-pindahkan karena berupa peralatan dalam boks beroda dua yang bisa ditarik dengan mobil.

Cara kerja ipal ini menggunakan teknologi plasma atau gas terionisasi. Alat ini tersusun dalam tiga tabung utama: oksidasi, koagulasi sedimen, dan filtrasi. Air limbah disedot ke tabung oksidasi. Di sini, semua zat organik dioksidasi sehingga terurai menjadi gas.

Sementara itu, semua zat anorganik masuk ke tabung koagulasi sedimen yang berisi tawas, lalu mengendap. Airnya mengalir masuk ke tabung filtrasi berisi filter karbon yang bermanfaat menyerap semua zat polutan. Seluruh proses ini lalu menghasilkan air bersih.

Ada beberapa kelebihan alat yang telah dipatenkan di kantor paten Jepang ini. Bukan hanya tidak makan tempat dan hemat biaya, melainkan juga punya nilai ekonomis. Sebab hasil akhirnya berupa air bersih siap minum setara dengan air mineral. Ini dimungkinkan karena teknologi plasma yang dipakai dalam alat ini sanggup membasmi bakteri dan menetralkan zat kimia berbahaya.

Selain itu, pengoperasiannya tergolong murah dan mudah. Untuk mengolah satu meter kubik limbah cair, hanya diperlukan listrik dengan daya 300 watt. Erwin Y. Salim

Inovator: Anto Tri Sugiarto Pendidikan: S-3 University of Gunma, Jepang Pekerjaan: Peneliti P2KIM Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Mulai Dikembangkan: Tahun 2003