Kajian

Laporan Studi Sanitasi Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) di Perkotaan Gambaran Umum Nasional

PT. Waseco Tirta association with BaliFokus   Th. 1.537

Studi ini merupakan kegiatan fast track untuk persiapan Indonesia sanitation sector development progarm (ISSDP). Hasil studi akan membantu pemahaman kondisi sanitasi di masyarakat perkotaan berpenghasilan rendah dengan mempelajari kondisi eksiting, solusi - solusi, persepsi masyarakat, kebutuhan dan hamabtan masyarakat dalam mengakses sanitasi yang baik.

Studi dilakukan terhadap masyarakat berpenghasilan rendah perkotaan didelapan kota, yaitu Bandung, Banjarmasin, Blitar, Denpasar, Jambi, Payahkumbuh, surabaya, dan Surakarta. studi ini dilakukan sejak November 2005 hingga Februari 2006. Hasil studi menunjukkan bahwa MBR perkotaan memiliki akses kepada jamban keluarga cukup tinggi, yaitu rata - rata diatas 70% kecuali di Banjarmasin dan Denpasar, meskipun tingkat kepemilikan tinggi namun kualitas sanitasinya buruk. Sebagian besar jamban yang ada tidak menggunakan pengolahan yang memenuhi syarat.

Tujuan dari studi ini adalah mengumpulkan dan menganalisis informasi tentang sanitasi air limbah di masyarakat perkotaan berpenghasilan rendah di Indonesia. Informasi ini akan digunakan untuk menentukan potensi sanitasi dan pengelolaan air limbah dan intervensinya.

"Menjual Jamban?" "Bukan, Menjual Gaya Hidup": Pelajaran yang dipetik dari masyarakat yang bersanitasi - sebuah cerita sukses di Indonesia

Mukherjee, Nilanjana   Th. 1.248

Strategi mempromosikan sanitasi perlu dimulai dengan pengidentifikasian dan pengkategorian faktor-faktor medasar dan faktor-faktor motivasi yang bersifat keadaan setempat yang mempengaruhi permintaan di wilayah proyek. Faktor esensial itu adalah faktor yang harus ada agar permintaan meningkat, dan kurang terbuka untuk intervensi dari luar yaitu ketersediaan tanah air untuk jamban rumah tangga. Pilihan teknologi perlu dipilih utamanya yang sesuai dengan faktor - faktor mendasar. Strategi dalam mempromosikan pilihan - pilihan tersebut, karenanya dapat dirancang utnuk mendukung faktor motivasi yang bersifat situasional yaitu: potensi permintaan yang tinggi di wilayah yang jauh dari sungai dan laut. Masyarakat menghendaki lingkungan yang bebas dari bau.

Daftar isi:

. Perjalanan untuk Pemahaman
1. Apa yang Menumbuhkan Permintaan Jamban Keluarga
2. Berapa lama waktu yang diperlukan untuk mengubah perilaku
3. Keuntungan utama apa yang dapat diperoleh pengguna
4. Apakah cakupan sanitasi berhubungan dengan kesadaran higiene
5. Promosi sanitasi dan hygiene semacam apa yang efektif dalam merubah perilaku
6. Apa yang sungguh-sungguh diperlukan untuk membuat layanan sanitasi yang berkelanjutan
. Berbagai Pelajaran yang Bisa Dipetik
 

Kepemilikan masyarakat dalam proyek pemerintah khususnya prasarana dan sarana air besih dan sanitasi: Studi meja dalam aspek hukum (draft 1)

Purnomo   2004 1.158

Keragaman pemilihan aturan hukum, sebagai dasar pengaturan kepemilikan masyarakat dalam proyek pemerintah prasarana & sarana air bersih dan sanitasi sari satu sisi dianggap menjadi upaya kreatif yang patut mendapatkan penghargaan, namun dalam sisi yang lain kepemilikan masyarakat yang demikian sesungguhnya mengandung situasi hukum yang sepenuhnya belum memperoleh perlindungan hukum dan jaminan kepastian hukum, artinya dengan kondisi yang beragam dan multi anggapan, siapapun masih boleh memperdebatkan keabsahan hukum terhadap kepemilikan masyarakat yang berlaku.

Oleh karena itu pengaturan kebijakan hukum yang lebih tegas dan lebih jelas terkait dengan kepemilikan masyarakat dalam proyek pemerintah prasarana dan sarana air bersih dan sanitasi sangat dibutuhkan; agar keberadaan kelembagaan pengelola air bersih dan sarana kesehatan lingkungan, tetap tidak akan teratasi, dan akan tetap menjadi sumber permasalahan.

Ketersediaan aturan hukum yang terfokus pada soal air bersih atau yang sekarang lebih dikenal dengan istilah sumberdaya air, sangat di butuhkan dan ditunggu - tunggu kehadirannya, guna memberikan kepastian dan jaminan hukum terhadap hak pemanfaatan air bersih atau sumber mata air bagi masyarakat luas.

Studi Analisis Pelayanan Sektor Air Minum dan Penyehatan Lingkungan Di Kabupaten di Era Desentralisasi: Sebuah studi untuk menemukenali perangkat implementasi bagi reformasi kebijakan AMPL di Kabupaten": Laporan Akhir Studi.

WASPOLA   2005 941

Di masa lalu, ketika pembangunan AMPL dilaksanakan secara desentralisasi, prasarana dan sarana air minum yang dibangun banyak yang tidak berfungsi optimal, dan tidak berkelanjutan.Kewengan untuk mengelola pembangunan AMPL, bersamaan dengan sebagaian besar urusan publik, kini diserahkan ke daerah. Dengan demikian, saat ini, kualitas kehidupan keseharian masyarakat, akan dipengaruhi oleh berbagai kebijakan dan administrasi publik yang bersal dari pemerintah daerah. Apakah dalam kesehariannya masyarakat daerah akan menikmati air minum yang layak, akan menikmati kualitas lingkungan yang sehat, akan menikmati layanan pendidikan yang baik dan banyak pertanyaan lain soal kualitas kehidupan akan sangat bergantung pada kebuijakan dan administrasi publik dari pemerintah daerah.Studi analisis pelayanan AMPL di kabuapten pasca desentralisasi bertujuan untuk menemukan atau merumuskan perangkat implementasi yang harus tersedia bagi terciptanya reformasi kebijakan AMPL di daerah. Perangkat implementasi kebijakan di daerah pada dasarnya akan terdiri dari 3 komponen. Komponen pertama adalah regulasi yang dibangun oleh daerah. Komponen kedua adalah perencanaan dan penganggaran daerah. Dan komponen ketiga adalah perangkat kelembagaanDiharapkan Studi analisi AMPL di kabupaten pasca desentralisasi akan memberikan manfaat berupa: memberikan gambaran tentang masalah AMPL di daerah, masalah yang terkait dengan kemiskinan di daerah, masalah seberapa jauh perencanaan dan penganggaran daerah dalam mendukung AMPL, memberi gambaran seberapa besar dukungan mekanisme kelembagaan dalam pembangunan AMPL dan menyediakan rekomendasi bagi pengembangan perangkat imoplementasi yang dibutuhkan bagi terwujudnya reformasi kebijakan pemabngunan AMPL berbasis masyarakat.

Vietnam: Evolving Management Models for Small Towns Water Supply in a Transitional Economy

Van den Berg, Caroline   2002 1.033

Acces to water supply services in Vietnam, not to mention sanitation service, is still rudimentary in small towns and even more so in townlets and communes. According to Ministry of construction only 30 percent of small towns have piped water sysytems. Most piped water system cover only a fraction of the populations is small towns and townlets.

It is not obvious from the research undertaken that any one of the small towns water supply management models is out performing any of the others. Some management models do better in some aspects than others, but this is again the background of sample that flaws and with a dataset that suffers from inconsistencies, especialy with regard to the financial data collected.

Contents:

Executive Summary
I. Introduction
II. Methodology
III. Performance of Management Models
IV. Operational Performances
V. Financial Performances
VI. Social Performances
VII. Institutional Performances
VIII. Conclusions and Recommendations
Annex 1

Lessons Learned From Bangladesh, India, and Pakistan: Scaling Up Rural Sanitation in South Asia.

2005 1.007

In South Asia, more than 900 million people (66% of the total population) remain without access to adequate sanitation. Despite significant investments, rural sanitation caoverage in the region is barely keeping pace with population growth. Clearly, current approaches to the development and provision of rural sanitation services in the region are either not effective, or are not at suffficient scale to make an impact on the enormous population that lacks adequate sanitation.

This regioanl study was commissioned by the water and sanitation Program South Asia (WSP - AS) to adress some of these issues. The main objectives of the study were: to develop case studies of innovative approaches to rural sanitation in Sputh Asia; To analyse the factor of success (and constraints) found in these case studies; To aseess potential strategies (and constraints) to scalin gup the approaches used in case studies; and To draw up policy recommendations for large - scale rural sanitation programs in the region.

Layanan Air Minum Usaha Kecil Di Indonesia (1): Studi Kasus JakartaUtara

20 Agustus 2005 977

Daftar isi:

Kata Pengantar
Daftar isi
I. Deskripsi Wilayah Studi
II. Metoda Penelitian
III. Pelayanan Air Minum dan Sanitasi
IV. Pelayanan Air Minum Swasta
V. Peluang dan Kendala Pengembangan Usaha Layanan Air Minum Swasta

Achieving Sustained Sanitation for The Poor
Policy and Strategy Lessons from Participatory Assessments in Cambodia, Indonesia, Vietnam

Nilanjana Mukherjee   Th. 972

Contents:

. Why a Multi-Country Study of Sanitation Experience
1. What "coverage" monitoring does not reveal
2. What influenced demand for household latrines
3. Sanitation behavior change - much more than a matter of time
4. What benefits matter most to users
5. Impact of hygiene awareness and practices
6. What strategies worked for sustained sanitation
. Summary findings and policy and strategy implecations

Layanan Air Minum Usaha Kecil Di Indonesia (1): Studi Kasus JakartaUtara

09 September 2004 1.028

Daftar isi:

Kata Pengantar
Daftar isi
I. Deskripsi Wilayah Studi
II. Metoda Penelitian
III. Pelayanan Air Minum dan Sanitasi
IV. Pelayanan Air Minum Swasta
V. Peluang dan Kendala Pengembangan Usaha Layanan Air Minum Swasta