Karya Ilmiah

Teknologi Pengolahan Limbah Cair Elektroplasis Krom Dalam Upaya Mengambil dan Memanfaatkan Kembali Logam Krom dengan Metode Elektrolisa

ROBBY SUKWADI, NIM. L2J000796   2005 1.623

Limbah khrom dalam bentuk Cr6+ merupakan salah satu limbah cair yang sangat berbahaya dan bersifat toksik, karena termasuk dalam daftar limbah B3. Konsentrasi akhir Cr6+ air buangan pada kawasan industri elektroplating di Desa Bajomulyo, Kecamatan Juwana masih tinggi yaitu sebesar 20 mg/l.  Tujuan dari penelitian ini adalah mengambil dan memanfaatkan kembali logam khrom yang tersisa dalam limbah cair khrom dengan metode elektrolisa, sehingga hasil akhir kandungan Cr6+ dapat berkurang dan memenuhi baku mutu limbah cair pelapisan logam dan dapat dipakai kembali untuk proses.
Penelitian dengan metode elektrolisa dilakukan dengan cara memakai kembali limbah cair elektroplating khrom untuk digunakan sebagai elektrolit dengan dialiri sejumlah arus yang melewati dua buah elektroda yaitu Pb pasif sebagai anoda dan besi sebagai katoda dengan tegangan tertentu. Proses pengolahan tersebut dilakukan dengan tiga variasi, yaitu konsentrasi Cr6+, waktu dan arus. Hasil penelitian ini didapatkan kondisi operasi terbaik dari proses pengolahan limbah cair elektroplating khrom dengan waktu selama 50 menit, arus sebesar 25 A/dm2.  Pada kondisi tersebut menyisihkan kandungan Cr6+ sebesar 98,605 %. Konsentrasi effluent Cr6+ sebesar 0,14 mg/l dan memenuhi baku mutu limbah cair untuk industri elektroplating sebesar 0,3 mg/l.
 

Pustaka ini tersedia di Perpustakaan Program Studi Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik Universitas Diponegoro, Telp. 024-76480678 (Ibu SRI)

 

Pengomposan Sampah Daun Angsana dan Glodokan dengan Penambahan Jerami, Pupuk Kandang dan Tetes Tebu Menggunakan Konsentrasi Trichoderma Sp yang Berbeda

ADI NUGROHO, NIM. L2J202003   2004 1.151

PUSDIKLAT Migas Cepu adalah perusahaan milik Pemerintah yang karena luasnya lokasi PUSDIKLAT Migas Cepu menyebabkan masalah limbah (sampah) dari sisa dapur asrama dan dari pepohonan hijau daun Angsana dan Glodokan. Limbah dari rumput, dari sisa dapur asrama dan wisma serta limbah domestik lainnya menjadi masalah yang sangat komplek dimana timbulan limbah (sampah) organik setiap hari sekitar 8 m3.
Pemanfaatan sampah daun sebagai kompos merupakan salah satu alternatif pengolahan sampah daun. Kompos dapat bermanfaat sebagai alternatif untuk mengurangi timbulan sampah organik di TPA serta memberi nilai ekonomis. Dalam pembuatan kompos dapat menggunakan akiviator, yaitu bahan mempercepat pengomposan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan variasi yang dibuat menghasilkan kompos yang sesuai secara fisik dan kimia berdasarkan SNI                 No. 19-7030-2004 mengenai spesifikasi kompos dari sampah organik domestik, dan beberapa literatir seperti Soetopo (1997), dan Wahyono (2003). Nilai                    C (Carbon), N (nitrogen), P (Phosfor), K (Kalium) terbaik dihasilkan pada variasi 5 sampah  :  2,5 jerami sereal : 1 Kotoran sapi dengan kandungan C Organik 48,48%, N-Total 2,41 % Rasio C/N 20.12, P-Total 0,77 % dan K-Total 0,93 %.

Pustaka ini tersedia di Perpustakaan Program Studi Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik Universitas Diponegoro, Telp. 024-76480678 (Ibu SRI)

 

Konsentrasi Timbal (Pb) Dalam Tanah Akibat Emisi Kendaraan Bermotor Berdasarkan Jarak dan Kedalaman (Studi Kasus Jl. Brigjen Sudiarto Semarang Km 3-4)

KRISNA ADHITYA W., NIM. L2J000773   2005 990

The increase of land transportation activity can result an environmental problem. One of them caused by presence of lead (Pb) in the environment. Lead is heavy metal which has toxic characteristic and can be used as a gasoline additive to increase gasoline octan number. The increase of lead (Pb) concentration make an environmental problem, include in soil. Soil is contaminated by lead from various sources. One of them by means of  air lead as a result from motor vehicles emission that use leaded gasoline and than will be removed to soil because of rainfall.
This research was conducted in Brigjen Sudiarto Street Semarang Km 3-4 varied with depth of soil and distance from the road where 21 soil samples were collected within a depth of  0-4 cm, 4-8 cm, 8-12 cm, 12-16 cm from surface soil and distance 1 m, 5 m, 10 m, 15 m, 20 m, and 250 m from road.
Result of research from 21 soil samples indicate that the highest concentration of lead (93,5 mg/kg) occurred from soil sample with nearest distance from road (1m) at 0-4 cm soil depth. Other result show that concentration of soil lead generally decreases as both distance from contaminating sources and soil depth increases.
 

Pustaka ini tersedia di Perpustakaan Program Studi Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik Universitas Diponegoro, Telp. 024-76480678 (Ibu SRI)

 

Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Buangan Kota Wisata, Cibubur

Evan Giovanni   2008 1.450

Kota Wisata Cibubur merupakan suatu kawasan dengan luas 750 Ha yang diperuntukkan sebagai pemukiman dan dilengkapi berbagai fasilitas komersil, juga disediakan air bersih  berasal dari eksplorasi sumur-sumur artesis dalam yang memiliki kapasitas total keseluruhan 50 L/dtk (tahun 2005). Kota Wisata telah memiliki saluran  air buangan (drain city) untuk mengalirkan air kotor dan air hujan, sedangkan air kotoran disalurkan ke tangki septik dan efluennya masuk ke peresapan, namun demikian sistem pelayanan sanitasi ini dinilai kurang baik karena air kotor masih dapat mencemari badan air penerima, sedangkan air kotoran dapat mencemari air tanah dalam. Oleh karena itu, pada tugas akhir ini direncanakan sistem bangunan instalasi pengolahan air buangan, yang berfungsi mengolah air buangan secara biologis, untuk menghasilkan air olahan yang sesuai dengan baku mutu. Persentase kuantitas air buangan Kota Wisata adalah 84% terhadap kebutuhan air bersih, dengan  total debit air buangan dari daerah perumahan dan komersial pada tahun 2005 diproyeksikan sebesar 33,7 L/dtk dan tahun 2010 sebesar 93,3 L/dtk. Berdasarkan pentahapan pelaksanaan pembangunan dan perhitungannya, direncanakan dua bangunan pengolahan air buangan dengan kapasitas masing-masing 55 L/dtk. Setelah konsentrasi campuran dibandingkan dengan baku mutu berdasarkan SK Gubernur Jawa Barat No 660.31/SK/694-BKPMD/82, maka kandungan yang perlu disisihkan adalah, BOD, COD, Ammonia. Berdasarkan parameter tersebut dapat ditentukan alternatif-alternatif unit pengolahan air buangan yang efisien dan efektif. Dimensi unit-unit yang diperoleh dapat dilihat pada tabel berikut :
Nama Unit Pengolahan Dimensi Unit Pengolahan
1. Unit Saringan (manual)
2. Bak Penangkap pasir
3. Unit Ekualisasi

4. Unit Aerasi (tercampur sempurna)
5. Unit Sedimentasi II (bundar)
6. Unit Disinfeksi ( baffle channel)
7. Unit Pengental Lumpur (gravitasi)
8. Unit Stabilisasi
9. Alas Pengering Lumpur Panjang = 2 m, kedalaman = 0,7 m, lebar = 0,74 m
Panjang = 5 m, kedalaman = 0,44 m, lebar = 0,63 m
Panjang atas = 21 m, lebar atas = 21 m, kedalaman = 3,5 m
Panjang bawah = 10 m, lebar bawah = 10 m
Panjang = 23,5 m, lebar = 11,5 m, kedalaman = 3 m
Diameter = 21 m, kedalaman = 3,5 m
Panjang = 9,6 m, lebar = 7,2 m, kedalaman = 1m
Diameter = 2,8 m, kedalaman = 2,8 m
Panjang = 1,4 m, lebar = 1,4 m, kedalaman = 1 m
Panjang = 4,4 m, lebar = 2,2 m, kedalaman =  m
Parameter pencemar BOD dan TSS digunakan untuk menentukan beban air buangan dan  perencanaan kapasitas instalasi pengolahan air buangan terutama pada unit pengolahan biologis. Berdasarkan analisa dan perhitungan didapat konsentrasi influen BOD 170 mg/L dan TSS 65 mg/L, sedangkan untuk kosentrasi efluen yang direncanakan adalah BOD 20 mg/L dan TSS 50 mg/L. Untuk Merealisasikan pembangunan instalasi pengolahan air buangan maka besarnya biaya yang dibutuhkan adalah sebesar Rp 3.985.268.676.

Pustaka ini tersedia di Perpustakaan FALTL Universitas Trisakti, Telp. 021-5663232 (ext.771)
 

Evaluasi Penyebab Genangan Banjir dan Usulan Pemecahannya di Kecamatan Kramat Jati – Jakarta Timur.

Liane Nadia   2008 1.986

Kecamatan Kramat Jati adalah salah satu kecamatan di wilayah Kodya Jakarta Timur yang terdiri dari 7 Kelurahan yaitu Kelurahan Bale Kambang, Batu Ampar, Kampung Tengah, Dukuh, Kramat Jati, Cililitan, dan Cawang. Wilayah studi berada di Kelurahan Kramat Jati, Dukuh dan Cililitan yang terdiri dari 3 Daerah Aliran Sungai (DAS) yaitu DAS A di Kelurahan Kramat Jati, DAS B di Kelurahan Dukuh dan DAS C di Kelurahan Cililitan. DAS A di Kelurahan Kramat Jati mempunyai 6 sub DAS dan DAS B di Kelurahan Dukuh mempunyai 2 sub DAS yang ke dua DAS ini bermuara di Sungai Cipinang, sedangkan DAS C yang berada di Cililitan hanya mempunyai 1 sub DAS yang bermuara di Sungai Ciliwung. Di Kecamatan Kramat Jati selalu memiliki masalah tahunan berupa genangan atau banjir yang terjadi pada saat hujan turun dengan frekuensi kejadian 2 -3 per tahun. Luas dan tinggi genangan bervariasi untuk setiap lokasi, dengan tinggi genangan sekitar 50 – 150 cm. Dari hasil evaluasi sistem drainase eksisting terhadap debit banjir pada PUH 2, 5 dan 10 tahun, terlihat bahwa genangan atau banjir yang terjadi di wilayah studi disebabkan oleh kapasitas saluran yang tidak mencukupi dan juga karena pengaruh limpasan sungai. Berdasarkan validasi lokasi genangan diketahui % rata-rata deviasi di DAS A = 35,168 %, DAS B = 12,456 % dan DAS C = 55,290 %. Maka upaya yang dilakukan untuk menanggulangi permasalahan genangan atau banjir di wilayah studi akibat saluran yang tidak memenuhi dilakukan redisain saluran dan akibat limpasan sungai dapat dibuat tanggul, pintu air atau dengan konservasi lokal yaitu sumur resapan.

 

Pustaka ini tersedia di Perpustakaan FALTL Universitas Trisakti, Telp. 021-5663232 (ext.771)

 

Perancangan Komposter Sebagai Unit Pengolahan Sampah Organik Pasar (Studi Kasus : Sampah Pasar Induk Kramat Jati)

Fitrio Ashardiono    2008 1.917

Sampah adalah sisa hasil kegiatan manusia yang sudah tidak terpakai lagi dan merupakan pencemar lingkungan fisik, yang dapat mencemari lingkungan tanah, udara dan air. Masalah persampahan di kota besar seperti DKI Jakarta adalah masalah yang serius, hal ini disebabkan oleh berbagai faktor diantaranya karena bertambahnya penduduk dan kemajuan teknologi. Sampah semakin lama meningkat secara kualitatif maupun kuantitatif seiring dengan pertumbuhan penduduk dan kemajuan teknologi. Hal ini mengakibatkan semakin beragamnya jenis sampah yang dihasilkan oleh penduduk baik berupa sampah organik maupun sampah anorganik. Penyumbang sampah organik di DKI Jakarta yang cukup besar adalah rumah tangga dan pasar dengan sampah organik yang dihasilkan rata-rata adalah 90%. Cara pengolahan sampah organik yang paling tepat untuk dilakukan pada sampah pasar adalah dengan cara diolah menjadi kompos karena C/N rasio dari sampah pasar sudah mendekati C/N rasio yang disyaratkan dalam pengolahan sampah menjadi kompos, sehingga tidak diperlukan banyak perlakuan tambahan. Waktu yang diperlukan untuk merubah sampah organik menjadi kompos relatif cukup lama, yaitu 10 – 12 minggu. Proses pengomposan adalah proses pembusukan dengan bantuan penguraian mikroorganisme alamiah. Pengomposan dilakukan dengan beberapa metode, yaitu metode windrow (penumpukan) dan dengan menggunakan komposter. Permasalahan yang ada dalam penggunaan komposter adalah sistem pembalikan sampah atau proses aerasi. Maksud dari pelaksanaan Tugas Akhir Penelitian ini adalah melakukan penelitian mengenai pengolahan sampah organik menjadi kompos menggunakan komposter dengan sistem aerasi (injeksi udara), sehingga proses pengomposan berjalan lebih cepat. Berdasarkan hasil penelitian dan pengambilan sampel, diketahui bahwa Sampah Pasar Induk Kramat Jati sebagian besar berupa sampah organik yaitu sebesar 99,85 %. Penggunaan sistem injeksi udara pada komposter dengan jalur pipa aerasi dan pengaduk aerasi, (A1 dan A2) mampu mereduksi berat sampah akhir lebih banyak 1-2 kg dari komposter blanko 1dan 2 (tanpa sistem aerasi), jalur pipa aerasi berfungsi dengan baik hanya pada saat tumpukan sampah cukup tinggi, sebaliknya jika tumpukan sampah rendah, adanya jalur pipa aerasi akan mengurangi sirkulasi udara. Penggunaan sistem injeksi udara pada komposter dengan pengaduk aerasi (B1 dan B2) memiliki reduksi sampah rata-rata, 1 kg lebih banyak dari pada komposter blanko 1 dan 2 (tanpa sistem aerasi) pada berat sampah akhir. Untuk pengolahan sampah organik di Pasar Induk Kramat Jati, sistem injeksi udara dengan jalur pipa aerasi merupakan desain yang paling tepat karena sampah yang dihasilkan perharinya cukup banyak dan kontinu. Dalam penelitian ini kompos yang dihasilkan kurang begitu baik, karena itu perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dalam proses pengomposan agar dihasilkan kompos yang berkualitas, seperti penggunaan sistem injeksi udara bersama-sama dengan penambahan lumpur aktif.

Pustaka ini tersedia di Perpustakaan FALTL Universitas Trisakti, Telp. 021-5663232 (ext.771)

 

Kajian Kualitas Perairan Sungai Ciliwung Menggunakan Fitoplankton Sebagai Bioindikator

Monika Wulandari   2008 1.325

Sungai Ciliwung berawal dari Gunung Telaga  Mandalawangi hingga bermuara di Teluk Jakarta. Di sepanjang aliran sungai terdapat berbagai aktivitas penduduk yang meliputi pertanian, permukiman, industri, perdagangan, intake PAM Pejompongan. Bila tidak dilakukan pengelolaan dengan baik maka akan menyebabkan penurunan kualitas airnya, mengingat pentingnya keberadan Sungai Ciliwung, maka dilakukan penelitian mengenai kualitas perairan sungai dengan mempelajari dan menggunakan fitoplankton sebagai bioindikator. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kualitas dan kondisi perairan sungai dengan menganalisis parameter biologi seperti kelimpahan, Indeks Keanekaragaman, Indeks Keseragaman, Indeks Dominansi dan Koefisien  Saprobitas serta mengetahui model distribusi kelimpahannya. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli-September 2005 pada 10 stasiun yang dibagi menjadi 3 segmen. Pengambilan contoh air dilakukan sebanyak 2 kali. Analisis contoh dilakukan dengan pencacahan menggunakan Sedgwick Rafter-Cell. Dari hasil penelitian periode I diperoleh 4 divisi yang terdiri dari 42 jenis, yaitu 12 jenis dari divisi Cyanophyta, 25 jenis dari Chlorophyta, 4 jenis dari divisi Chrysophyta dan 1 jenis dari Euglenopyta. Selanjutnya pada periode II, diperoleh 4 divisi yang terdiri dari 45 jenis, yaitu 8 jenis Cyanophyta, 28 jenis Chlorophyta, 5 jenis Chrysophyta dan 4 jenis Euglenophyta. Perhitungan Model Distribusi Kelimpahan Fitoplankton, menunjukkan  bahwa pada periode I dan II model yang sesuai adalah Model Motomura. Perhitungan Indeks Keseragaman (E) diperoleh hasil yang berbeda pada periode I dan II, dimana pada periode I kondisi ekosistem dalam kategori labil dan stabil, sedangkan pada periode II kondisi ekosistem berada dalam kategori labil. Pada Indeks Keanekaragaman (H’) menunjukkan bahwa periode I dan II kondisi perairan Sungai Ciliwung berada dalam kategori setengah tercemar. Indeks Dominasi menunjukkan pada periode I dan periode II jenis fitoplankton didominasi oleh kelas Cyanophyta dan Chlorophyta yang menunjukkan tingkat kesuburan oligotrofik. Berdasarkan nilai Koefisien Saprobitas (X) diketahui bahwa Sungai Ciliwung berada dalam kategori tercemar sedang oleh bahan organik dan anorganik. Dari hasil penelitian terbukti bahwa fitoplankton kurang tepat digunakan sebagai bioindikator pada perairan berarus deras, hal ini terlihat pada stasiun 1 dan 2 di hulu Sungai Ciliwung yang berarus deras, sebaliknya fitoplankton sangat baik dijadikan bioindikator pada stasiun 2-10, dimana pada stasiun tersebut arus semakin lambat. Untuk menjaga kelestarian perairan Sungai Ciliwung dapat dilakukan usaha dengan melakukan pengamatan secara periodik dan kontinu pada perairan sungai, menetapkan batas daerah permukiman dan daerah bantaran sungai, penertiban gubug-gubug liar di sekitar Sungai Ciliwung.

Pustaka ini tersedia di Perpustakaan FALTL Universitas Trisakti, Telp. 021-5663232 (ext.771)
 

 

Pemanfaatan Kembali Air Buangan Untuk Penyiraman Taman (Studi Kasus Gedung ‘A’ Kantor Walikotamadya Jakarta Pusat Tanah Abang I)

Mustika Priaty   2008 1.117

Air buangan yang terdapat di Gedung ‘A’ Kantor Walikotamadya Jakarta Pusat berupa air buangan yang berasal dari kamar mandi, tempat pencucian piring, cuci pakaian, WC dan pengepelan lantai. Air buangan tersebut diteliti untuk dapat dipergunakan kembali untuk penyiraman taman, sehingga mengurangi penggunaan sumber daya air.
 Air yang dibutuhkan untuk penyiraman taman secara rutin umumnya sekitar 3-5 L/m2/hari. Luas taman Kantor Walikotamadya Jakarta Pusat sebesar 2500 m2, sehingga air yang dibutuhkan untuk menyiram taman 3 L/m2/hari = 7500 L/hari dan 5 L/m2/hari = 12500 L/hari. Kemudian total debit rata-rata air buangan yang dihasilkan sebesar  4752 L/hari, total debit minimum sebesar 3024 L/hari dan total debit maksimum sebesar 15811,2 L/hari. Umumnya pada total debit maksimum telah mencukupi untuk penyiraman taman.
Untuk air buangan yang berasal dari air kotor dan air kotoran diolah terlebih dahulu agar kualitas airnya meningkat dan tidak mengganggu kesehatan lingkungan termasuk taman yang akan disirami. Sebagai batasan digunakan baku mutu Peraturan Pemerintah No 82 Tahun 2001, parameter yang belum memenuhi adalah BOD, COD, Deterjen (MBAS) dan Bakteri Koli Fekal. Yang lainnya telah memenuhi baku mutu.
Karena belum memenuhi maka diadakan penelitian pengolahan. Sistem pengolahan yang digunakan adalah pengolahan biologis, dimana menggunakan proses aerasi. Penelitian ini dilakukan pada suhu ruang berkisar antara 26-290C. Tahap pembenihan (seeding) dilakukan secara batch hingga mencapai konsentrasi 4010 mg/L dan aklimatisasi pada bioreaktor secara kontinyu dengan waktu tinggal pada bioreaktor 6 jam. Kondisi tunak tercapai setelah 30 hari dengan efisiensi penyisihan COD sebesar 76 % dan MBAS sudah turun pada saat itu dikarenakan telah diberi aktivator Super Growth Bakteria (SGB) dengan kode 105.
 Dari hasil pengoperasian bioreaktor secara kontinyu dengan variasi waktu tinggal 24, 12 dan 6 jam, dapat diketahui kualitas MBAS 0,11 mg/l dengan waktu tinggal 24 jam (memenuhi baku mutu), dengan efisiensi 28-36,4 %. BOD; COD; Bakteri Koli Fekal (memenuhi baku mutu) pada waktu tinggal 6 jam berturut-turut sebesar 5,8 mg/L; 48 mg/L dan 1,1 x 103 jml/100 mL. Diketahui efisiensi penyisihan pada waktu tinggal 6 jam BOD; COD; Bakteri Koli Fekal berturut-turut sebesar 70,1-90,4 %; 64,3-75 %; 10-50 %.
 

Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Minum Di Perumahan Citra Raya Tangerang, Banten.

Dini Amalini   2008 3.841

Pengolahan Air Bersih untuk kawasan Perumahan Citra Raya belum maksimal sampai akhir tahun perencanaan, sampai saat ini baru di bangun satu IPAM dengan kapasitas 80 l/det. Untuk mencapai target pelayanan 100 % sampai akhir tahun perencanaan, maka dibutuhkan pengembangan jaringan dan bangunan pengolahan air minum dengan cara pelaksanaan pembangunan yang dibagi dalam dua tahap, yaitu tahap I sampai semua bangunan di kawasan tersebut selesai dibangun, dan tahap II sampai kawasan tersebut terisi penuh. Perencanaan ini bertujuan untuk merancang bangunan pengolahan air sampai akhir tahun perencanaan dengan kapasitas produksi total berdasarkan hasil perhitungan Tugas Akhir TA No. 648/TA/TL/I/2005-2006 yaitu sebesar 1160 L/det untuk 305.110 jiwa. Bangunan pengolahan air minum ini berguna untuk mengolah air baku yang berasal dari sungai menjadi air bersih yang sesuai dengan standar baku mutu yang berlaku. Pengolahan ini terdiri dari beberapa unit, yaitu : Intake, Prasedimentasi, Koagulasi, Flokulasi, Sedimentasi, Filtrasi dan Reservoir. Dalam perenanaan bangunan ini diperlukan data-data penunjang, seperti; keadaan daerah perencanaan, kualitas serta kuantitas air baku yang akan digunakan (data sekunder dan data primer), pemilihan alternatif pengolahan serta perhitungan dimensi unit-unit yang direncanakan dan gambar teknis desain IPAM. Adapun unit-unit pengolahan yang akan dibangun dengan kapasitas desain sebesar 1080 L/det adalah satu bangunan Intake, tiga bangunan Prasedimentasi, tiga unit Koagulasi tipe hidrolic jump, tiga unit Flokulasi tipe Mekanis mixer menggunakan Paddle, tiga unit sedimentasi tipe konvensional (semuanya masing-masing berkapasitas 396 L/det) dan 13 unit filtrasi dengan kapasitas masing-masing sebesar 90 L/det. Jumlah PAC untuk unit Koagulasi per hari sebesar 342 kg/hr, dan untuk gas klor pada proses desinfeksi per bulan sebesar 62,21 kg/hr. Anggaran biaya yang dibutuhkan dalam perencanaan ini secara umum sebesar Rp. 6.583.260.129,-

 

Pustaka ini tersedia di Perpustakaan FALTL Universitas Trisakti, Telp. 021-5663232 (ext.771)

 

Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Buangan Kawasan Delta Mas - Cikarang Pusat

Novianti Ariadi   2008 3.151

Kota Delta Mas merupakan suatu kawasan hunian mandiri, kawasan ini menyediakan berbagai fasilitas mulai dari perumahan, hingga kawasan industri. Luas Kawasan Delta Mas adalah 3000 ha dimana terdiri dari 2000 ha kawasan domestik dan komersial serta 1000 ha adalah kawasan industri, luas daerah perencanaan layanan Bangunan Pengolahan Air Buangan adalah sebesar 2000 ha. Air limbah domestik kawasan Delta Mas direncanakan akan diolah di Bangunan Pengolahan Air Buangan secara terpadu yang ditempatkan pada satu tempat. Sungai yang direncanakan sebagai badan air penerima air buangan yang telah diolah adalah sungai Cipamingkis. Berdasarkan SK Gubernur Jawa Barat no.38 Tahun 2001 Tentang Peruntukan Air dan Baku Mutu Air Pada Sumber Air Di Jawa Barat, Sungai ini adalah sungai golongan BCD. Pembangunan Bangunan Pengolahan Air Buangan (BPAB) Kawasan Delta Mas dilakukan dalam 2 tahap. Kedua tahap BPAB kawasan Delta Mas mempunyai kapasitas sebesar 106 L/detik. Pentahapan ini disesuaikan dengan pentahapan Pembangunan Kawasan Delta Mas. Air Buangan yang akan diolah berasal dari cucian dapur, air bekas mandi, serta air kotor yang berasal dari kloset. Karakteristik dan fluktuasi air buangan diketahui dengan melakukan sampling di IPAL Tanah Tinggi Tangerang. Berdasarkan Hasil Analisis laboratorium, hasil sampling karakteristik air buangan adalah BOD = 176.40 mg/L; COD = 208.86 mg/L ; TSS = 71.50 mg/L ; Minyak dan Lemak = 24.00 mg/L ; NO3 = 11.30 mg/L. Peraturan yang menjadi pedoman dalam merencanakan BPAB Kawasan Delta Mas adalah Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air. Unit pengolahan air buangan Kawasan Delta Mas adalah saringan, bak pengumpul, bak penangkap pasir, bak ekualisasi, parit oksidasi, bak pengendap II, desinfeksi, pencampur dan pengental lumpur, pencerna lumpur dan pengering lumpur. Total biaya yang dibutuhkan untuk pembangunan fasilitas Instalasi Pengolahan Air Buangan Domestik di Kota Delta Mas adalah sebesar Rp. 8.627.680.930. Sedangkan biaya pembangunan instalasi air limbah per L/detik adalah Rp. 81.393.216.