Karya Ilmiah
Penyisihan Logam Berat Pada Limbah Laboratorium Lingkungan Dan Kimia Kampus A Universitas Trisakti Dengan Menggunakan Karbon Aktif Batubara
Ratih Listyo Riny
2008
1.156
Universitas Trisakti Kampus A adalah salah satu institusi pendidikan yang mempunyai enam laboratorium, yang pada penelitian ini hanya menggunakan Laboratorium Lingkungan dan Kimia karena limbahnya mengandung ion logam berat. Selama ini sistem pembuangan limbah dari tiap-tiap laboratorium langsung dibuang ke wastafel. Jika hal ini dibiarkan terus-menerus maka dapat merusak kesehatan manusia dan lingkungan Universitas Trisakti, oleh karena itu dipakai karbon aktif sebagai salah satu metode pengolahan limbah laboratorium tersebut. Pengambilan sampel air limbah langsung diambil dari drum yang tersedia di tiap-tiap laboratorium. Pada penelitian pertama yang menggunakan karbon aktif yang diaktivasi secara kimia (ZnCl2), variasi berat karbon aktif yang digunakan ialah mulai dari 100 mg sampai 1200 mg dengan menggunakan waktu kontak 1 jam dan menggunakan 50 ml air limbah bulan April. Pada penelitian kedua dengan menggunakan karbon aktif yang sama tetapi variasi berat karbon aktif dan waktu kontak yang digunakan berbeda. Variasi berat karbon aktif yang digunakan adalah 100 mg, 300 mg, 500 mg, 800 mg, dan 1000 mg. Sedangkan variasi waktu kontak yang digunakan adalah 24 jam, 48 jam, dan 72 jam dan menggunakan 50 ml air limbah bulan April, Mei, dan Juni. Pada penelitian yang menggunakan karbon aktif yang diaktivasi secara fisika/steam (H2O) menggunakan variasi berat karbon aktif : 100 mg, 300 mg, 400 mg, 500 mg, 600 mg, 800 mg, dan 1000 mg. Sedangkan variasi waktu kontak yang digunakan adalah 24 jam, 48 jam, dan 72 jam dan air limbah yang digunakan adalah air limbah bulan April, Mei, dan Juni. Hasil penelitian pada air limbah bulan April dengan menggunakan batubara yang diaktivasi secara kimia dengan ZnCl2 persentasi penyisihan untuk ion logam besi, ion logam seng, dan ion logam tembaga ialah : 58,963%, 37,395%, dan 43,229%, pada air limbah bulan Mei, ion logam besi, ion logam tembaga, dan ion logam khrom memiliki persentasi penyisihan sebesar 56,574%, 45,933%, dan 43,298%, dan pada air limbah bulan Juni ion logam besi, ion logam seng, dan ion logam timbal memiliki persentasi penyisihan sebesar 3,707%, 92,154%, dan 90,226%. Hasil penelitian pada air limbah bulan April dengan menggunakan batubara yang diaktivasi secara fisika/steam dengan H2O persentasi penyisihan untuk ion logam besi, ion logam seng, dan ion logam tembaga ialah : 97,372%, 48,296%, dan 75,003%, pada air limbah bulan Mei, ion logam besi, ion logam tembaga, dan ion logam khrom memiliki persentasi penyisihan sebesar 66,231%, 65,979%, dan 80,002%, dan pada air limbah bulan Juni ion logam besi, ion logam seng, dan ion logam timbal memiliki persentasi penyisihan sebesar 25,320%, 92,155%, dan 90,227%. . Berat karbon aktif yang terbaik untuk menyisihkan ion-ion logam berat yang terkandung dalam air limbah ialah 1000 mg dengan waktu kontak terbaik 48 jam dan sebaiknya pada penelitian selanjutnya menggunakan batubara dengan peringkat yang sama untuk dijadikan karbon aktif.
Pustaka ini tersedia di Perpustakaan FALTL Universitas Trisakti, Telp. 021-5663232 (ext.771)
Analisis Sebaran Amonia, Nitrit, Nitrat di Pesisir Perairan Utara Banten
Andini Kurniawati
2008
1.521
Pesisir perairan Banten dilewati oleh tiga sungai, dua diantaranya adalah Sungai Cisadane dan Sungai Cidurian. Kedua sungai tersebut menerima masukkan dari berbagai aktivitas, seperti pemukiman, industri, tambak dan sebagainya. Penelitian ini dilakukan pada bulan April dan Juni 2006. Tujuan penelitian untuk mengetahui dampak aktivitas yang ada terhadap kualitas perairan Banten yang dimulai dari Sungai Cisadane dan Sungai Cidurian sampai laut lepas serta mempelajari sebaran amonia, nitrit dan nitrat yang terjadi. Hasil analisis menunjukkan pada Cisadane, konsentrasi amonia bulan April yaitu berkisar 0,11 mg/L–0,65 mg/L dan bulan Juni yaitu sebesar 0,21 mg/L–0,6 mg/L. Untuk konsentrasi nitrit pada bulan April adalah sebesar 0,014 mg/L-0,046 mg/L dan untuk bulan Juni adalah 0,017 mg/L–0,039 mg/L. Sedangkan untuk konsentrasi nitrat pada bulan April adalah 0,02 mg/L-0,17 mg/L dan pada bulan Juni berkisar antara 0,07 mg/L-0,26 mg/L. Sedangkan Cidurian, amonia pada bulan Apil mempunyai konsentrasi berkisar 0,07 mg/L – 0,21 mg/L dan untuk bulan Juni berkisar 0,12 mg/L-0,38 mg/L. Konsentrasi nitrit untuk bulan April sebesar 0,019 mg/L-0,049 mg/L dan pada bulan Juni adalah 0,022 mg/L-0,049 mg/L. Untuk konsentrasi nitrat pada bulan April adalah berkisar 0,03 mg/L-0,06 mg/L dan bulan Juni sebesar 0,06 mg/L-0,13 mg/L. Baku mutu yang digunakan adalah PP No. 82 tahun 2001 untuk sungai dan muara, dan Kep.MEN KLH No. KEP-02/MENKLH/1998 untuk laut. Konsentrasi amonia untuk stasiun sungai dan muara telah melebihi baku mutu yang ditentukan, yaitu nihil. Untuk stasiun laut, masih memenuhi baku mutu, yaitu 0,3 mg/L. Konsentrasi nitrit untuk stasiun sungai dan muara masih dibawah baku mutu yang ditentukan, yaitu 0,06 mg/L, sedangkan stasiun laut telah melebihi baku mutu yang berlaku, yaitu nihil. Konsentrasi nitrat pada stasiun sungai dan muara masih dibawah baku mutu yang dianjurkan, yaitu 10 mg/L, untuk stasiun laut telah melebihi baku mutu yang digunakan, yaitu 0,008 mg/L. Hasil uji korelasi antara amonia dengan pH mempunyai koefisien determinan (R2) sebesar 0,8178 pada bulan April 2006 dan 0,779 pada bulan Juni 2006, konsentrasi nitrit dengan pH mempunyai koefisien determinan (R2) sebesar 0,7385 pada bulan April 2006 dan 0,7782 pada bulan Juni 2006, sedangkan koefisien determinan (R2) antara konsentrasi nitrat dengan pH pada bulan April 2006 sebesar 0,6441 dan 0,6993 pada bulan Juni 2006. Berdasarkan pola arus bulan April 2006, diduga pencemaran berasal dari arah Teluk Banten, sedangkan pada bulan Juni 2006 menunjukkan berasal dari arah Teluk Jakarta, sehingga dapat disimpulkan sebaran amonia nitrit dan nitrat pada bulan April mengarah dari Teluk Banten ke Teluk Jakarta, sedangkan bulan Juni memiliki pola yang sebaliknya.
Pustaka ini tersedia di Perpustakaan FALTL Universitas Trisakti, Telp. 021-5663232 (ext.771)
Analisis Kadar Gas Sulfur Dioksida (SO2) dan Partikulat di Udara Ambien, Dampak dari Kegiatan PT. Pertamina (Persero) UP–VI Balongan Indramayu.
Andreas Stephen Hutasoit
2008
4.336
PT. Pertamina (Persero) UP–VI Balongan selaku industri minyak nasional dalam memenuhi laju kebutuhan bahan bakar minyak (BBM) dalam negeri mempunyai andil yang cukup besar dalam masalah lingkungan hidup terutama masalah pencemaran udara akibat gas yang ditimbulkan.
Penelitian dilakukan terhadap parameter SO2 dan partikulat yang ditimbulkan dari unit Boiler A/B, C/D, E dan Crude Distillation Unit (CDU) pada kualitas udara ambien di daerah wisata yaitu pantai Tirta Maya, Limbangan dan Balongan. Efek–efek SO2 dalam berbagai variasi konsentrasi dapat menimbulkan penyakit seperti pada konsentrasi 185 µg/m3 penyakit paru–paru dan saluran pernapasan meningkat. 0,19 ppm menyebabkan tingginya angka kematian. 0,25 ppm bergabung dengan smoke pada konsentrasi 750 µg/m3 sehingga menaikkan angka kematian harian dan kenaikan tajam angka kesakitan (Kenneth and Warner, 1981). Efek partikulat dalam berbagai variasi konsentrasi dapat menyebabkan penurunan visibilitas pada konsentrasi 100–150 µg/m3, naiknya angka penyakit 100–130 µg/m3, menyebabkan terganggunya saluran pernafasan anak 200 µg/m3, gejala perubahan penderita bronkhitis menjadi akut dan pada konsetrasi 750 µg/m3 (WHO, 1979).
Metode penelitian menggunakan pendekatan hasil pengukuran dan perhitungan teoritis (Gaussian Model).
Perbandingan perhitungan teoritis dan pengukuran lapangan untuk ke 3 (tiga) titik yaitu Pantai Tirta Maya (titik 1), Limbangan (titik 2) dan Balongan (titik 3) adalah sebagai berikut : Dari hasil perhitungan teoritis didapatkan konsentrasi SO2 yang tertinggi untuk titik 1 (Pantai Tirta Maya) hari Selasa malam pukul 19.00–21.00 adalah 91.38 µg/Nm3, terendah hari Selasa siang pukul 13.00–15.00 adalah 33.09 µg/Nm3, sedangkan pengukuran lapangan didapat konsentrasi tertinggi 183.12 µg/Nm3, terendah 89.04 µg/Nm3. Hasil perhitungan teoritis SO2 yang tertinggi untuk titik 2 (Pantai Limbangan) hari Selasa malam pukul 19.00–21.00 adalah 52.61 µg/Nm3, terendah hari Selasa siang pukul 13.00–15.00 adalah 17.79 µg/Nm3, sedangkan pengukuran lapangan didapat konsentrasi tertinggi 105.45 µg/Nm3, terendah 40.41 µg/Nm3. Dari hasil perhitungan teoritis SO2 yang tertinggi untuk titik 3 (Pantai Balongan) hari Selasa malam pukul 19.00–21.00 adalah 40.75 µg/Nm3, terendah hari Selasa siang pukul 13.00–15.00 adalah 24.06 µg/Nm3, pengukuran lapangan didapat konsentrasi tertinggi 81.46 µg/Nm3, terendah 55.75 µg/Nm3.
Hasil perhitungan teoritis partikulat didapatkan konsentrasi yang tertinggi untuk titik 1 (Pantai Tirta Maya) hari Selasa malam pukul 19.00–21.00 adalah 58.55 µg/Nm3, terendah hari Selasa pagi pukul 07.00–09.00 adalah 25.55 µg/Nm3, sedangkan pengukuran lapangan didapat konsentrasi tertinggi 116.19 µg/Nm3, terendah 51.15 µg/Nm3. Hasil perhitungan teoritis partikulat yang tertinggi untuk titik 2 (Pantai Limbangan) hari Selasa malam pukul 19.00–21.00 adalah 58.67 µg/Nm3, terendah hari Selasa pagi pukul 07.00–09.00 adalah 18.13 µg/Nm3, sedangkan pengukuran lapangan didapat konsentrasi tertinggi 114.29 µg/Nm3, terendah 39.15 µg/Nm3. Dari hasil perhitungan teoritis partikulat yang tertinggi untuk titik 3 (Pantai Balongan) hari Selasa malam pukul 19.00–21.00 adalah 33.36 µg/Nm3, terendah hari Selasa siang pukul 13.00–15.00 adalah 16.87 µg/Nm3, pengukuran lapangan didapat konsentrasi tertinggi 73.88 µg/Nm3, terendah 43.57 µg/Nm3.
Berdasarkan hasil perhitungan teoritis, sebaran emisi gas buang SO2 dan partikulat dari cerobong Steam Boiler A/B, C/D, E dan Crude Distillation Unit (CDU) unit 11 terhadap daerah wisata yaitu pantai Tirta Maya, Limbangan dan Balongan yang ada di sekitar lokasi kilang, masih jauh di bawah Baku Mutu Udara Ambien Nasional yaitu Peraturan Pemerintah RI Nomor 41 Tahun 1999. Oleh karena itu, tidak berdampak negatif bagi daerah wisata yang ada di sekitar lokasi kilang PT. Pertamina (Persero) UP–VI Balongan.
Sebaiknya dilakukan pemeriksaan secara rutin oleh pihak LKKK di semua daerah wisata yang ada di sekitar kilang minyak, sehingga dicapai lingkungan wisata yang aman dari dampak berbagai proses pengolahan minyak PT. Pertamina (Persero) UP–VI Balongan.
Pustaka ini tersedia di Perpustakaan FALTL Universitas Trisakti, Telp. 021-5663232 (ext.771)
Analisis Penerapan Sistem Manajemen Lingkungan (SML)
Anita Putri Ayu Djaya Wisnu Wardhani
2008
2.932
Pengelolaan lingkungan dan gerakan standarisasi muncul pada awal tahun 1990-an. Hal ini terjadi melalui kerja keras dari banyak individu dan organisasi seperti International Organization for Standarization (ISO), British Standard Institute (BSI), American National Standard Institute (ANSI), dan organisasi lainnya di dunia. Sebelum adanya ISO 14001, Indonesia telah mempunyai regulasi tersendiri untuk pengelolaan lingkungan yaitu AMDAL (Analisis Mengenai Dampak Lingkungan). Dengan hadirnya seri terbaru ISO 14001:2004, diharapkan industri/perusahaan di Indonesia dapat terus berkembang dengan cara mengimplementasikan Sistem Manajemen Lingkungan (SML) ISO 14001:2004. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian Deskriptif, Naturalistik/kualitatif, Benchmarking dan Audit Lingkungan. Untuk menentukan tingkat kepedulian karyawan PT. ITP mengenai SML maka digunakan angket/kuesioner, yang seluruh pengujiannya menggunakan cara uji validitas dan reliabilitas. Semua pertanyaan kuesioner telah Valid dan Reliabel. Jumlah pertanyaan sebanyak 10 soal yang disebar pada setiap eselon (I-VI) plant/divisi. Jumlah responden sebanyak 294 orang dari 374 orang, sehingga persentase yang terkumpul sebesar 78,61%. Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh hasil yaitu Indocement telah menerapkan SML ISO 14001:2004 sesuai dengan klausul, ketentuan dan peraturan yang berlaku. Untuk Eselon V dan VI, tingkat pengetahuan mengenai SML ISO 14001:2004 mencapai 77,90%, tingkat Eselon III –IV mencapai 85,53% dan eselon I-II mencapai 83,48%. Selanjutnya, dari Matriks Kuesioner Seluruh Eselon diperoleh hasil bahwa klausul 4.4.6 tentang Pengendalian Operasional merupakan klausul yang harus dievaluasi dan diperhatikan lebih oleh perusahaan. Pada penelitian ini dilakukan penghitungan nilai emisi di unit Kiln dan Boiler yang berfungsi sebagai pembakar batubara dan minyak (IDO/MFO). Emisi SO2, NO2 dan debu dari Kiln setelah melewati Electrostatic Precipitator (EP) adalah 92,393 mg/m3, 804,302 mg/m3
dan 56,71 mg/m3. Jumlah emisi NO2, SO2 dan debu dari Boiler adalah 16,967 mg/m3; 0,334 mg/m3 dan 17,392 mg/m3. Indocement juga dapat menghemat bahan bakar Boiler dari IDO ke MFO sebesar 24.598.080.000/tahunnya. Faktor yang menjadi kendala didalam penerapan SML adalah faktor kepedulian, pendidikan dan pengawasan, sedangkan yang menjadi faktor pendukung adalah divisi QSM, KLH, Biaya, Inovasi Bahan Bakar Material dan Teknologi, Audit Internal dan Audit Eksternal. Untuk meningkatkan optimalisasi penerapan SML, maka sebaiknya diadakan pelatihan sesering mungkin, pemberian sangsi bagi karyawan yang melanggar dan penghargaan bagi yang berprestasi dan selalu pengawasan terhadap ketertiban karyawan menggunakan Alat Pelindung Diri.
Pustaka ini tersedia di Perpustakaan FALTL Universitas Trisakti, Telp. 021-5663232 (ext.771)
Penyisihan Linear Alkylbenzene Sulfonat (LAS) dalam Limbah Deterjen secara Anaerob dan Aerob pada Reaktor Lekat Diam Bermedia Sarang Tawon
Anis Chaerunisah
2008
3.001
Pencemaran pada badan air banyak diakibatkan dari buangan limbah domestik dan industri. Deterjen merupakan salah satu komponen terbesar dalam limbah domestik, yang dimanfaatkan sebagai alat pembersih peralatan. Deterjen tersusun atas tiga kompenen utama yaitu, surfaktan, zat additive dan builders. Jenis surfaktan yang biasa digunakan pada deterjen adalah tipe anionik, yaitu Alkyl Benzene Sulfonate (ABS) dan Linear Alkylbenzene Sulfonate (LAS). Penelitian ini dilakukan untuk menentukan efisiensi penyisihan LAS dan laju degradasi LAS dengan menggunakan reaktor lekat diam bermedia sarang tawon. Pada pengoperasian reaktor lekat diam ini, proses pengolahan dibedakan secara anaerob dan aerob. Pengoperasian reaktor dilakukan dengan sirkulasi tertutup dan aliran up-flow yang tersusun secara batch dengan RTH 5 jam. Penyisihan LAS pada limbah deterjen dalam kondisi anaerob diperlukan waktu selama 17 hari, dan pada kondisi aerob hanya diperlukan waktu selama 7 hari. PH (derajat keasaman) setelah proses pengolahan didapatkan sebesar 8,45 (P1.0 : kondisi aerob tanpa inokulum), 7,88 (P1.1 : kondisi anaerob+inokulum), 8,97 (P2.0 : kondisi aerob tanpa inokulum) dan 8,84 (P2.1 : kondisi aerob+inokulum). % efisiensi penyisihan CODsoluble tertinggi sebesar 80,96 % (P1.1) dengan effluent 476 mg/L dan 89,37 % (P2.1) dengan effluent sebesar 265,67 mg/L, untuk perlakuan lain (reaktor kontrol) didapatkan efisiensi penyisihan CODsoluble sebesar 76,81 % dengan effluent 531 mg/L (P1.0) dan 76,33 % dengan effluent 591,67 mg/L. Penyisihan LAS tertinggi sebesar 99,22 % (P2.1) dengan effluent sebesar 16,9 mg/L, dan untuk perlakuan yang lain penyisihan LAS sebesar 99,19 % (P1.1), 98,3 % (P1.0) dan 89,08 % (P2.0) dengan effluent LAS sebesar 17,51 mg/L (P1.1), 27,84 mg/L (P1.0), dan 237,34 mg/L (P2.0). Laju degradai LAS tercepat terjadi pada hari pertama pada semua perlakuan yaitu sebesar 534,08 ppm/hari (P1.0), 698,76 ppm/hari (P1.1), 620,04 ppm/hari (P2.0), dan 1632,9 ppm/hari (P2.1). Penambahan inokulum bakteri dalam penyisihan LAS pada reaktor anaerob dengan sistem lekat diam memberikan pengaruh sama dengan reaktor anaerob tanpa penambahan inokulum (kontrol P1.0) (F hitung = 0,43 < F tabel = 4,15), namun pada proses aerob peranan penambahan inokulum bakteri memberikan pengaruh yang nyata terhadap penyisihan LAS (F hitung = 10,32 > F tabel = 9,33) dengan kekeliruan 5 % (α = 0,05).
Pustaka ini tersedia di Perpustakaan FALTL Universitas Trisakti, Telp. 021-5663232 (ext.771)
Perencanaan Jaringan Pipa Induk Distribusi Air Minum di Kota Rangkasbitung Kabupaten Lebak, Propinsi Banten Hingga Tahun 2025
Arindra Ragasti
2008
1.199
Perencanaan pengembangan jaringan pipa induk distribusi air minum air di Kota Rangkasbitung melayani 2 kecamatan yang terbagi dalam 24 kelurahan. Perencanaan ini terdiri dari 2 tahap, yaitu tahap I periode 2004 – 2015, dan tahap II untuk periode 2015 – 2025. Cakupan pelayanan pada tahun 2004 adalah sebesar 33,31 % dari total jumlah penduduk Kota Rangkasbitung yang selanjutnya akan ditingkatkan hingga sebesar 62,20 % (110.277 jiwa) pada akhir tahap I, dan akan ditingkatkan lagi hingga 82,77 % (188.213 jiwa) pada akhir tahap II.
Peningkatan persentase dan cakupan pelayanan juga diiringi dengan peningkatan kapasitas produksi IPA Kota Rangkasbitung yaitu semula sebesar 170 l/dtk menjadi 470 l/dtk pada akhir tahap II. Sumber air baku yang digunakan berasal dari Sungai Ciujung.
Berdasarkan topografi Kota Rangkasbitung maka sistem pengaliran yang digunakan adalah sistem pemompaan.
Jenis pipa yang digunakan adalah pipa PVC, dimana hingga akhir tahun 2015 perlu dilakukan penambahan pipa dengan diameter 50 mm hingga 650 mm sepanjang 15175m, dan pada tahun 2025 terjadi penambahan pipa sepanjang 12.500 m, sehingga total penambahan pipa adalah sepanjang 37.675 m. Penambahan kapasitas reservoir juga terjadi yaitu dari kapasitas eksisting 1000m3 menjadi 5000 m3 pada tahun 2015, dan menjadi 7000 m pada tahun 2025.
Total anggaran biaya dalam perencanaan pengembangan jaringan pipa induk distribusi air minum Kota Rangkasbitung hingga akhir tahun 2025 adalah sebesar Rp. 58.276.792.589 yang meliputi biaya pengadaan bahan dan biaya konstruksi, sehingga biaya investasi per m pipa adalah sebesar Rp. 1.546.830, atau Rp. 1.381.163 per sambungan rumah.
Pustaka ini tersedia di Perpustakaan FALTL Universitas Trisakti, Telp. 021-5663232 (ext.771)
Kinetika Biodegradasi Limbah Minyak Bumi Menggunakan Reaktor Batch Biosluury
Bayu Rizky Tribuwono
2008
1.160
Kegiatan eksplorasi dan eksploitasi yang dilakukan perusahaan pertambangan minyak bumi di Indonesia menimbulkan limbah minyak bumi yang mencemari tanah. Di Indonesia, produksi kilang menghasilkan minyak bumi sekitar 1,2 juta barrel per hari dan dari angka tersebut diperkirakan akan menimbulkan 150 ribu ton limbah per tahun, 37.500 ton diantaranya diperkirakan adalah limbah B3. Hal tersebut mengakibatkan terjadinya penurunan kualitas tanah sehingga tidak dapat berfungsi sesuai peruntukannya. Maka untuk memulihkan tanah yang terkontaminasi tersebut, dilakukan suatu pengolahan biologis, yaitu proses bioremediasi yang menggunakan reaktor bioslurry. Pada penelitian ini, dilakukan 3 tahapan penelitian antara lain (1) isolasi dan identifikasi mikroorganisme, (2) penentuan parameter kinetika biodegradasi pada tiap hasil pemurnian mikroorganisme pada konsentrasi TPH 2.5 %, 5 %, 7.5 %, 10 %, 15 % dan (3) reaktor batch bioslurry dengan konsentrasi TPH 10%, 15% dan 20%. Dari hasil isolasi dan identifikasi bakteri, diperoleh beberapa jenis bakteri pendegradasi minyak bumi yaitu Bacillus coagulans, Pseudomonas pseudoalcaligens, Bacillus laterosporus, Bacillus firmus. Parameter kinetika yang dihitung yaitu µ, µmaks, Y, Yt, Yobs, Kd dan Ks dari penentuan konsentrasi TPH (Total Petroleum Hidrocarbon) dan VSS (Volatile Suspended Solid) pada setiap mikroorganisme dengan t = 6 jam, 12 jam, 24 jam, 48 jam, 72 jam, 96 jam, 120 jam, 144 jam, 168 jam dan 192 jam. Hasil penentuan parameter kinetika untuk Bacillus coagulans sebagai berikut: max= 0,3895 (hari-1), Ks= 262578 ppm, q= 0,3908-0,7010 (jam-1), Kd= 0,004-0,011 (jam-1),Y= 0,0205, Yt= 0,020501 dan Yobs= 0,0108-0,0194, untuk Pseudomonas psedoalcaligens adalah max= 0,00117 (hari-1), Ks= 8972 ppm, q= 0,4030-0,6317 (jam-1), Kd= 0,00721-0,01265 (jam-1), Y= 0,00238,Yt = 0,002381 dan Yobs=0,00129-0,00136, untuk Bacillus laterosporus adalah max = 0,1555 (hari-1), Ks =96060 ppm, q = 0,2960-0,6378 (jam-1), Kd= 0,005-0,013 (jam-1), Y = 0,0205, Yt= 0,02051 dan Yobs=0,0082-0,0176 dan Bacillus firmus adalah max = 0,20517 (hari-1), Ks =58380 ppm, q = 0,3124-0,4863 (jam-1), Kd= 0,00001-0,01365 (jam-1), Y = 0,011, Yt= 0,01102 dan Yobs=0,0102-0,0238. Berdasarkan dari hasil penelitian dengan menggunakan ke-empat mikroorganisme dalam menurunkan konsentrasi TPH, diketahui bahwa mikroorganisme Pseudomonas psedoalcaligens lebih cepat mendegradasi konsentrasi TPH pada konsentrasi TPH awal 2.5%, dengan efisiensi 74,17%. Efisiensi penyisihan minyak bumi pada reaktor batch bioslurry terjadi pada konsentrasi TPH 10% dengan efisiensi 67,76% selama 16 hari. Laju biodegradasi oleh mikroba kultur tercampur pada reaktor bioslurry adalah K = 0.0213/hari.
Pustaka ini tersedia di Perpustakaan FALTL Universitas Trisakti, Telp. 021-5663232 (ext.771)
Biodegradasi Senyawa Polycyclic Aromatic Hydrocarbon Phenanthrene oleh Bakteri Indigenous Laut Pari
Bayu Wira Rahardito
2008
1.366
Pencemaran minyak bumi di perairan laut, disebabkan oleh 3 sumber utama yaitu: proses alamiah, pembuangan yang disengaja oleh kapal tanker, dan kecelakaan kapal tanker. Kondisi ini mengakibatkan banyak kerugian di berbagai aspek, terutama pada ekosistem lingkungan laut. Senyawa Polycyclyc Aromatic Hydrocarbon (PAH) phenanthrene merupakan salah satu komponen minyak bumi yang bersifat karsinogenik dan persisten di lingkungan alami. Maka, perlu dilakukan proses clean up terhadap tumpahan minyak bumi dengan teknik bioremediasi yaitu; biostimulasi dan bioaugmentasi. Peran bakteri indigenous akan sangat penting dalam proses biostimulasi. Maka, perlu dilakukan isolasi untuk mempelajari karakteristik fisiologi mikroba indigenous. Tahapan penelitian ini adalah: Isolasi bakteri Indigenous Laut Pari potensial pendegradasi Phenanthrene; uji konfirmasi dan uji pertumbuhan; identifikasi bakteri; uji biodegradasi Phenanthrene dengan variasi senyawa KNO3 dan NH4NO3 sebagai sumber N. Dua biakan potensial pendegradasi Phenanthrene teridentifikasi sebagai bakteri Ruegeria sp. DG898 dan Alpha Proteobacterium GMDJE10F1. Bakteri Alpha Proteobacterium GMDJE10F1 bersifat kosmopolit, dapat tumbuh optimum di temperatur 250C dan salinitas 2% dengan kenaikan jumlah biomassa dari 1,0E+7/mL–1,24E+9/mL dan μ = 0,118/jam. Ruegeria sp. DG898 tergolong bakteri laut, juga dapat tumbuh optimum di kondisi yang sama, dengan kenaikan jumlah biomassa dari 5,0E+6/mL–1,43E+9/mL dan μ = 0,2099/jam. Dalam waktu 19 hari, degradasi phenenthrene oleh masing-masing bakteri tersebut dengan variasi pada sumber nitrogen (KNO3 atau NH4NO¬3), berkisar antara 65,23%¬–70,70%. Persentase degradasi phenanthrene tertinggi (70,70%) diraih oleh Ruegeria sp. DG898 pada variasi sumber N senyawa KNO3 dengan nilai laju degradasi (v) = 1,15 mg/jam (k = 0,069/hari), sedangkan persentase degradasi phenanthrene terendah (65,23%) diraih oleh Alpha Proteobacterium GMDJE10F1 pada variasi sumber N senyawa NH4NO3 dengan v = 0,99 mg/jam (k = 0,059/hari). Meski bedanya tidak terlalu signifikan, tetapi efisiensi degradasi phenanthrene Ruegeria sp. DG898 masih lebih baik dibandingkan dengan Alpha Proteobacterium GMDJE10F1. Kedua bakteri tersebut mampu menggunakan kedua senyawa KNO3 dan NH4NO3 dalam proses biodegradasi phenanthrene dan masing-masing memiliki efisiensi degradasi yang lebih baik saat menggunakan KNO3 dibanding NH4NO3, sebagai sumber nitrogen. Jadi, formula fertilizer yang mengandung KNO3 akan dapat lebih mengoptimalkan proses biodegradasi PAH phenanthrene oleh bakteri Laut Pari.
Pustaka ini tersedia di Perpustakaan FALTL Universitas Trisakti, Telp. 021-5663232 (ext.771)
Perencanaan Teknik Operasional Persampahan
Cipta Prasetya
2008
1.506
Pengelolaan sampah di Kecamatan Pasar Minggu, Jakarta Selatan yang
dilakukan pada saat ini masih menggunakan “3P”, yaitu pengumpulan,
pengangkutan dan pembuangan akhir. Sampah yang berasal dari Kecamatan Pasar Minggu diangkut dan dibuang ke tempat pembuangan akhir (TPA) di Bantar Gebang, Bekasi, Jawa Barat. Teknis operasional persampahan di Kecamatan Pasar Minggu dikelola oleh Dinas Kebersihan DKI Jakarta melalui Sub Seksi Kebersihan Kecamatan Pasar Minggu. Sumber dana pengelolaan sampah di Kecamatan Pasar Minggu berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Khusus Ibukota Jakarta dan retribusi kebersihan yang dibebankan kepada penduduk setempat. Pertambahan penduduk dan aktifitas yang kian meningkat tiap tahunnya akan mengakibatkan penyusutan jumlah lahan untuk pembuangan sampah dan kurangnya daya dukung lahan terhadap penanganan sampah di Kecamatan Pasar Minggu. Salah satu upaya untuk membantu mengatasi permasalahan itu adalah melakukan daur ulang sampah yang dapat mereduksi sampah sedekat mungkin dari sumber. Jumlah penduduk Kecamatan Pasar Minggu pada awal tahun 2004 adalah
245.219 jiwa dengan total jumlah timbulan sampah 693,25 m3/ hari atau 53253,13 kg/hari. Laju timbulan sampah Kecamatan Pasar Minggu adalah sebesar 2,83 liter/orang/hari atau 0,22 kg/orang/hari. Timbulan sampah Kecamatan Pasar Minggu yang terlayani adalah 58,42 % atau 405 m3/hari atau 31110,48 kg/hari. Komposisi sampah Kecamatan Pasar Minggu adalah 67,51 % sampah organik dan 32,49 % sampah non organik. Sampah non organik terdiri dari kertas 9,01 %, plastik 7,59 %, kaca 2,36 %, karet 1,87 %, kayu 4,24 %, kain 2,02 %, kaleng 2,25 %, besi 2,53 %, dan lain-lain 0,65 %. Perencanaan teknis operasional persampahan di Kecamatan Pasar Minggu meliputi pengumpulan sampah, pemindahan dan pemilahan sampah, pengolahan sampah dan pengangkutan residu sampah ke TPA Bantar Gebang. Sarana pengolahan sampah dibuat sedekat mungkin dari sumber, yaitu pada dipo-dipo sampah yang ada di Kecamatan Pasar Minggu. Hal ini dapat mengurangi ketergantungan terhadap lahan pembuangan akhir dan penghematan biaya operasional pengelolaan sampah. Effisiensi dari biaya operasional pengelolaan sampah terpadu ini adalah 19,02 %, yaitu sebesar Rp 455.415.760,-. dengan biaya investasi sebesar Rp 596.432.000,-. Total biaya teknis operasional persampahan di Kecamatan Pasar Minggu dibebankan kepada jumlah KK yang terlayani oleh Dinas Kebersihan DKI Jakarta dengan asumsi break event point sistem jangka waktu berkala.
Pustaka ini tersedia di Perpustakaan FALTL Universitas Trisakti, Telp. 021-5663232 (ext.771)
Pengaruh Waktu Tinggal Hidrolis Terhadap Penyisihan Bahan Organik dari Air Limbah Tahu Menggunakan Reaktor Gabungan Anaerobik dan Aerobik Dengan Menggunakan Media Bioball
Dewi Intania Ayu
2008
1.454
Industri makanan seperti tahu, dalam prosesnya menghasilkan air buangan atau disebut sebagai air limbah tahu. Air limbah ini sebelum dibuang ke badan air, hendaknya diolah terlebih dahulu untuk mengurangi dampak negatif yang mungkin ditimbulkan,seperti bau tak sedap dan pencemaran terhadap badan air. Untuk mengolah limbah tersebut dilakukan dengan pengolahan biologis menggunakan reaktor gabungan anaerobik-aerobik bermedia bioball dan dengan menggunakan variasi waktu tinggal. Tujuan dari penelitian ini adalah mengamati penyisihan bahan organik (COD) dan TSS dengan variasi td yaitu 12, 18 dan 24 jam. Percobaan dilakukan pada suhu ruang berkisar 26 - 29ºC. Tahap penelitian dimulai dengan pembenihan (seeding) yang bertujuan untuk menumbuhkan mikroorganisme yang dapat mendegradasi/mengurai air limbah. Masa pembenihan yang dilakukan dalam reaktor ini menggunakan sistem resirkulasi dengan td 24 jam, dan menggunakan air limbah penampungan yang berasal dari limbah tahu itu sendiri, berlangsung selama 41 hari, dengan konsentrasi VSS yang didapat sebesar 780 mg/l. Tahap aklimatisasi dilakukan dengan cara mengganti limbah penampungan secara bertahap dengan limbah murni tahu, hingga limbah penampungan 100% tergantikan oleh limbah murni tahu. Aklimatisasi berlangsung selama 37 hari, dengan td 24 jam, dan menghasilkan efisiensi penyisihan COD sebesar 93,94%, konsentrasi VSS sebesar 7160 mg/l. Penelitian Inti adalah pengoperasian kontinyu dengan variasi td 24 jam, 18 jam dan 12 jam. Penelitian ini dimulai dengan waktu tinggal terlama. Nilai konsentrasi COD awal sebelum proses pengolahan inti dimulai adalah sebesar 6199,2 – 11575 mg/l. Hasil penelitian yang diperoleh, efisiensi penyisihan konsentrasi COD pada td 24 jam sebesar 90,3%, td 18 jam 84,4%, dan td 12 jam 76,3%. Sedangkan efisiensi penyisihan konsentrasi TSS pada td 24 jam sebesar 91%, td 18 jam 86,1% dan td 12 jam 84,5%. Pada penelitian ini biomassa tumbuh meningkat sejalan dengan meningkatnya jumlah bahan organik yang disisihkan, dibuktikan dengan biomassa total yang meningkat (3397920,3 – 4532199,9 mg) seiring dengan meningkatnya WTH. Selama penelitian ini, didapat biomassa terlekat sebesar 3159210,3 – 4330113,9 mg , sedangkan biomassa tersuspensi sebesar 202086 – 238710 mg. Perhitungan parameter kinetika penyisihan substrat dalam proses ini berturut-turut dihasilkan Y = 0,72 mg VSS/mg COD, Nilai Kd = 0,066 hari-1, μm = 2,45 hari-1, Ks = 11731,1 mg/l, qm = 3,41 hari-1, n = 0,293 dan nilai k = 7,3577 hari-1. Dalam penelitian ini beban organik yang diperoleh sebesar 37,5806 kg COD/m3 media.hari dan untuk beban organik tersisihkan sebesar 29,1708 kg COD/m3 media.hari, dengan efisiensi penyisihan 77,62%. Proses anaerobik pengolahan limbah makanan dengan menggunakan downflow fixed bed reactor, beban organik berada dalam kisaran 4 – 17,5 kg COD/m3.hari, dengan efisiensi penyisihan COD sekitar 75-95% (Malina&Pohland, 1992). Efisiensi penyisihan COD dalam proses ini sudah cukup baik, tapi konsentrasi COD yang dihasilkan masih diatas baku mutu dalam hal ini SK.Gub./No.582/1995, oleh karena itu pada penelitian selanjutnya diperlukan waktu tinggal yang lebih lama dalam proses pengolahan limbah tahu tersebut dan juga diperlukan pengolahan lanjutan yang lebih cocok dengan kondisi limbah tersebut.
Pustaka ini tersedia di Perpustakaan FALTL Universitas Trisakti, Telp. 021-5663232 (ext.771)