Karya Ilmiah

Evaluasi dan Perencanaan Saluran Drainase di Kota CitraRaya Tangerang Banten

Elsa Herda Adeline   2008 1.598

Tahapan pembangunan Kota CitraRaya seluas 5000 ha dibagi menjadi dua tahap berdasarkan luas daerah. Tahap I direncanakan pembangunan seluas 2549 ha sedangkan Tahap II seluas 2451 ha. Pada pembangunan Tahap I ini sudah dibangun lahan beserta saluran drainase seluas 545 ha, sehingga perencanaan yang dilakukan saat ini berada pada lahan seluas 2004 ha. Dalam perencanaan ini data curah hujan selama 22 tahun mulai dari tahun 1983 hingga 2004 didapatkan dari Stasiun Hujan Geofisika I Tangerang. Dengan menggunakan Uji Chi Kuadrat dan membagi hasil probabilitas menjadi beberapa kelas maka dapat ditentukan distribusi frekuensi terpilih, tetapi karena didapatkan nilai ketiga Chi Kuadrat teoritis dari ketiga distribusi frekuensi sama besar yaitu sebesar 1,636 maka dilakukan Uji Chi Kuadrat dengan menggunakan peluang persamaan Hazen untuk menentukan distribusi frekuensi terpilih berdasarkan standar deviasi terkecil hingga didapatkan bahwa distribusi Log Pearson Tipe III merupakan distribusi terpilih karena memiliki standar deviasi sebesar 0,56. Berdasarkan nilai standar deviasi terkecil, metode Ishiguro merupakan metode terpilih untuk menentukan intensitas curah hujan. Berdasarkan evaluasi saluran drainase eksisting di ke-7 Daerah Aliran Saluran (DAS) di Kota CitraRaya didapatkan bahwa kapasitas saluran – saluran drainase di Kota CitraRaya memenuhi syarat, karena semuanya dapat menampung debit limpasan sehingga ke-7 DAS tidak berpotensi untuk terjadinya banjir.  Perencanaan saluran drainase di Kota CitraRaya dibagi menjadi 11 DAS dengan badan air penerima yang menjadi tempat dialirkannya debit limpasan air hujan adalah Sungai Cirarab, Sungai Cimanceuri dan Danau buatan. Total panjang saluran primer adalah 19.173 m sedangkan total panjang saluran sekunder adalah 60.552 m. Biaya pembangunan saluran sekunder per meter adalah sebesar Rp. 808.053 dan biaya pembangunan per ha sebesar Rp. 25.213.791 dengan rata – rata panjang saluran sekunder yang dibutuhkan per ha adalah 31 m. Untuk saluran primer biaya pembangunan per meter adalah sebesar Rp. 1.684.412. Biaya total yang dibutuhkan untuk membangun saluran drainase sekunder adalah sebesar Rp. 48.928.960.764 dan untuk saluran drainase primer sebesar Rp. 32.295.418.526 sehingga total biaya untuk perencanaan saluran drainase di Kota CitraRaya adalah sebesar Rp. 81.224.379.289

 

Pustaka ini tersedia di Perpustakaan FALTL Universitas Trisakti, Telp. 021-5663232 (ext.771)

 

Perencanaan Pipa Induk Penyaluran Air Buangan di Citra Indah Jonggol-Bogor

Indaria Fitridyanti   2008 1.531

Citra Indah merupakan kawasan perumahan seluas kurang lebih 600 ha yang terletak sebelah selatan Jakarta di wilayah timur Cibubur kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Perencanaan pengembangan jaringan pipa Induk Sistem Penyaluran Air Buangan ini direncanakan melayani 100% penduduk hingga lahan terisi penuh.
Sistem penyaluran air buangan di Citra Indah sampai akhir tahun perencanaan direncanakan dapat melayani penduduk total 60000 jiwa. Faktor hari maksimum 1,34 dan persentase air buangan didapat dengan mengadakan perbandingan dengan kawasan di perumahan Bukit Mutiara Balikpapan Kalimantan Timur yaitu sebesar 78 %. Debit Rata-rata air buangan akhir tahun perencanaan sebesar 1,4 L/dtk/1000jiwa.
Pemilihan jalur alternatif I diplih jalur sistem penyaluran air buangan yang lebih banyak melewati jalan utama yang padat akan perumahan, menyebarangi sungai Cibodas sehingga harus menggunakan bangunan pelengkap yaitu siphon. Jalur alternatif II merupakan sistem penyaluran air buangan yang mempunyai jalur terbagi menjadi dua, yaitu sebagian besar melewati kawasan hunian dan komersial yang cukup padat dan ada sebagian yang tidak melewati jalan utama Citra Indah. Alternatif II juga menyebarangi sungai Cibodas, sehingga harus menggunakan bangunan pelengkap yaitu siphon. Sedangkan jalur alternatif III jalur sistem penyaluran air buangan hampir sama dengan alternatif II tetapi jaringan pipa air buangan menuju 2 IPAL dengan letak yang berbeda. Alternatif jalur pipa yang terpilih adalah alternatif III karena panjang pipa yang digunakan lebih pendek, tidak menggunakan shipon, dan biaya investasi lebih rendah.
Total investasi rencana sistem penyaluran air buangan + IPAL sebesar Rp. 68.375.513.638,00 dengan diameter yang digunakan 200 mm-500 mm, jumlah manhole 51 buah, dan perlengkapan lain berupa 2 buah bangunan gelontor. Pentahapan pada alternetif ini dibagi 2 tahap yaitu tahap I melayani  24,67% dan Tahap II melayani 75,33% dengan rincian biaya alternatif terpilih tahap I sebesar Rp 22.952.339.311,00 dan tahap II sebesar Rp 45.423.174.327,00 dengan perhitungan biaya per meter pipa sebesar Rp 5.182.472,00 /m atau sebesar Rp 4.558.368,00 /sambungan rumah.
 

Pustaka ini tersedia di Perpustakaan FALTL Universitas Trisakti, Telp. 021-5663232 (ext.771)

 

Perencanaan Pengembangan Pipa Induk Sistem Distribusi Air Bersih di Delta Mas, Cikarang Pusat Sampai Akhir Tahun Perencanaan (2020)

Indra Dwi Prasetya   2008 1.406

 Kawasan perumahan Delta Mas seluas 3000 Ha yang berjarak sekitar 40 km sebelah Timur Jakarta, terletak di Kabupaten Bekasi, Propinsi Jawa Barat. Perencanaan Pengembangan Pipa Induk Sistem Distribusi Air Bersih ini direncanakan hingga akhir tahun perencanaan, yaitu tahun 2020 yang meliputi daerah permukiman penduduk (domestik) dan kawasan niaga seluas 2000 Ha. Tiga sungai mengalir di batas wilayah utara, selatan dan Timur Delta Mas, yaitu Kanal Tarum Barat (sumber air baku bersih dengan debit minimum sebesar 16 m3/dtk), Sungai Cipamingkis dan Sungai Cibeet. Delta Mas memiliki sebuah Instalasi Pengolahan Air (IPA) dengan kapasitas produksi sebesar 20 l/dtk dan sebuah reservoir (menggunakan sistem pemompaan dalam pendistribusikan air) yang berkapasitas 600 m3. Penduduk Delta Mas hingga akhir tahun perencanaan diperkirakan berjumlah 160.251 jiwa dengan total kebutuhan air bersih sebesar 970,522 l/dtk berdasarkan nilai faktor hari maksimum sebesar 1,3 dan faktor jam puncak sebesar 1,87. Kapasitas IPA saat ini tidak dapat memenuhi kebutuhan air bersih di Delta Mas hingga tahun 2020, sehingga direncanakan peningkatan reservoir I kapasitas sebesar 4800 m3 dan pembangunan sebuah reservoir II berkapasitas 4800 m3 serta ditunjang dengan pembangunan IPA II dan IPA III dengan kapasitas total sebesar 500 l/dtk. Metode analisis perhitungan jaringan pipa dipakai adalah program epanet 2 tahun 2000. Tahapan pembangunan jaringan pipa induk sistem distribusi air bersih di Delta Mas menggunakan sistem loop akan dilakukan dengan secara bertahap sesuai dengan perkembangan pembangunan. Pembangunan ke-2 unit IPA dibagi menjadi dua tahapan berdasarkan perkembangan pembangunan dan kebutuhan air bersih. Tahap I dilakukan pembangunan IPA II dengan kapasitas produksi sebesar 250 l/dtk dan pembuatan reservoir I dan II Tahap I serta pemasangan pipa distribusi sepanjang 14.483 m berdiameter 200-450 mm. Sedangkan pada Tahap II pembangunan IPA III dengan kapasitas produksi sebesar 250 l/dtk dan pembuatan reservoir II Tahap II serta pemasangan pipa distribusi 16.191 m berdiameter 150-400 mm. Untuk merealisasikan perencanaan ini diperlukan total biaya sebesar Rp.75.000.000.000,00 atau                   Rp. 1.967.264,72 per m dari total panjang pipa distribusi sebesar 30.674 m.

 

Pustaka ini tersedia di Perpustakaan FALTL Universitas Trisakti, Telp. 021-5663232 (ext.771)

 

Kajian Kualitas Perairan Menggunakan Bioindikator Makrozoobentos di Estuari Sungai Cisadane dan Sungai Cidurian Propinsi Banten

Alvizia Pradinda   2008 1.145

Terjadinya penurunan kualitas serta perusakan keseimbangan lingkungan hidup antara lain disebabkan pencemaran air limbah yang berasal dari rumah tangga maupun industri. Pengkajian kualitas perairan dapat dilakukan dengan berbagai cara, seperti dengan analisis fisika dan kimia air serta analisis biologi. Untuk perairan yang dinamis, analisis fisika dan kimia air kurang memberikan gambaran sesungguhnya akan kualitas perairan, sedangkan analisis biologi khususnya analisis struktur komunitas hewan bentos, dapat memberikan gambaran yang jelas tentang kualitas perairan.  Hewan bentos hidup relatif menetap, sehingga baik digunakan sebagai petunjuk kualitas lingkungan, karena selalu kontak dengan limbah yang masuk ke habitatnya. Diantara hewan bentos yang relatif mudah diidentifikasi dan peka terhadap perubahan lingkungan perairan adalah jenis-jenis yang termasuk dalam makrozoobentos. Indeks keanekaragaman tertinggi dimiliki oleh titik A4 dengan nilai 1,16 untuk sampling I dan 1,17 untuk sampling II sehingga termasuk dalam perairan setengah tercemar. Perairan A4 didominasi oleh Acropaginulla sp. dan Turitella sp. Indeks keanekaragaman terendah diperoleh dari titik A2 yaitu muara S. Cisadane dengan nilai 0,14 untuk sampling I dan 0,18 untuk sampling II sehingga termasuk dalam perairan tercemar berat. Perairan A2 didominasi oleh Terebralia sp. Indeks keseragaman yang paling tinggi dimiliki oleh titik B4, dengan nilai 0,95 untuk sampling I dan 0,96 untuk sampling II, dan tidak terdapat jenis makrozoobenthos yang mendominasi daerah penelitian tersebut. Indeks keseragaman terendah dimiliki oleh titik A2, yaitu 0,21 untuk sampling I dan 0,18 untuk sampling II. Hal tersebut sesuai dengan adanya dominasi spesies Terebralia sp. pada perairan A2. Indeks dominansi terbesar diperoleh dari titik A2, yaitu 0,88 pada sampling II. Pada A2 memang diketahui berdasarkan data kepadatan, bahwa pada titik tersebut terdapat terdapat salah satu jenis makrozoobenthos yang mendominasi yaitu Terebralia sp. Indeks dominansi terkecil diperoleh dari titik A4, dimana nilainya sebesar 0,1 baik untuk sampling I maupun II. Tidak ada jenis yang mendominasi perairan tersebut. Acropaginula sp. dan Turitella sp. dapat dijadikan sebagai biondikator kualitas perairan setengah tercemar. Sedangkan Terebralia sp. dapat dijadikan sebagai bioindikator kualitas perairan tercemar berat.

Pustaka ini tersedia di Perpustakaan FALTL Universitas Trisakti, Telp. 021-5663232 (ext.771)

 

Kepentingan Publik dalam Kampanye Politik: Studi Kasus Penerapan Strategi Kampanye Politik melalui Isu Air Bersih dalam Pilkada Kabupaten Solok 2005

Wiwit W. Heris Mandari   Th. 2.495

Studi ini mengkaji tentang bagaimana kepentingan publik dikonstruksi dalam kampanye politik, dengan mengambil studi kasus penerapan strategi kampanye politik melalui isu air bersih dalam Pilkada Kabupaten Solok tahun 2005. Pilkada atau pemilihan kepala daerah secara langsung yang diatur dalam Undang-Undang No.32 tahun 2004 ini baru pertama kali diadakan di Indonesia, maka kampanye pilkada dengan keanekaragaman strateginya dapat menjadi studi yang bermanfaat bagi keilmuan komunikasi politik di Indonesia. Mengingat studi-studi semacam ini belum banyak dilakukan oleh schollar Indonesia, terutama riset pemilu yang berkonteks lokal. Karena menurut pengamatan peneliti, kebanyakan penelitian mengangkat konteks Nasional dalam hal ini Pilpres. Di sisi lain masih sangat sedikit studi yang mengangkat isu kepentingan publik dari sisi kampanye politik.
 
Dalam pilkada Kabupaten Solok, provinsi Sumatera Barat pada tahun 2005, kandidat yaitu Gusmal Dt. Rj. Lelo, SE. M.M dan Drs. Desra Ediwan dari partai Golkar berhasil memenangkan suara sebesar 37,8% mengalahkan 5 pasangan kandidat lainnya. Isu kepentingan publik yang berhasil membawa kemenangan bagi Bupati Solok pada pilkada tahun 2005 adalah isu yang berkaitan dengan upaya pemerintah melayani masyarakat melalui kebutuhan air bersih. Isu air bersih bukan termasuk isu populis dalam pilkada di Indonesia, seperti layaknya isu kemiskinan.
 
Berkaitan dengan hal tersebut diatas peneliti menggali dua permasalahan, yaitu: (1) Bagaimana proses kandidat mengkonstruksi isu air bersih tersebut sebagai isu utama kepentingan publik dalam kampanyenya, (2) Bagaimana strategi dan implementasi isu air bersih dalam kampanye politik kandidat (kurun waktu 13-27 Juni 2005) pada masa Pilkada Kabupaten Solok 2005 sehingga berhasil mendulang suara pada kemenangannya.
 
Untuk mendeskripsikan bagaimana kepentingan publik dikonstruksi menjadi pesan politis, peneliti menggunakan metodologi kualitatif yang didasarkan atas observasi yang objektif, mendalam dan aktual, bersifat relatif fleksibel meskipun memerlukan waktu yang relatif banyak di dalam proses pengumpulan data atau informasi yang akurat. Metode yang digunakan adalah studi kasus, sedangkan pengumpulan data dilakukan dengan studi dokumen dan teknik wawancara mendalam dengan key informan.
 
Riset ini pada akhirnya menemukan beberapa kesimpulan bahwa isu kepentingan publik menjadi instrumen pendulang suara dalam Pilkada manapun di Indonesia termasuk di Kabupaten Solok. Isu kepentingan publik yang berhasil membawa kemenangan bagi Bupati Solok adalah isu yang berkaitan dengan upaya pemerintah melayani masyarakat melalui kebutuhan air bersih. Pemilihan isu memang berjalan linear dengan kepentingan masyarakat Solok yang kesulitan dalam pemenuhan air bersih, hal ini sekaligus menempatkan kandidat pada posisi strategis dari kandidat lain karena dinilai paling responsif terhadap kepentingan publik. Inspirasi isu publik yang ditangkap Gusmal tidak didasarkan riset pra kampanye dalam tahapan pemasaran politik, tetapi lebih pada kecermatan dan penguasaannya terhadap isu tersebut selama menjadi pejabat publik sebelumnya.
 
Pada dasarnya kandidat menerapkan issue framing melalui soundbytes yang mudah diingat oleh publik. Pemilihan strategi kampanye yang tepat yaitu prompt political marketintg dengan mengimplementasikan isu melalui personal contact di 28 titik wilayah strategis ternyata efektif untuk pendekatan kepada masyarakat Minang di Kabupaten Solok dan lebih efisien (low cost). Mass media lokal hanya berperan dalam sebagai peliput event yang dilakukan KPUD (Komisi Pemilihan Umum Daerah) setempat dan penyampai informasi. Sistem pemerintahan adat yang kuat didukung pengaruh opinion leader lebih mudah untuk memobilisasi massa.
 
Dalam budaya Minang yang egaliter dan kritis, kepopuleran kandidat juga terukur dari reputasi birokrat sebelumnya (Ketua Bappeda) dan karismanya sebagai Ketua Lembaga Ketua Adat Minangkabau (LKAM). Dengan kata lain faktor pencitraan  turut berkontribusi dalam mendulang kemenangan kandidat. Kompetensi permasalahan yang relevan, kombinasi citra kandidat dan pesan yang spesifik untuk target tertentu membentuk keberhasilan kampanye (Fritz Plasser, Christian Scheucher Christian dalam Newman, 1999)
 
Para profesional konsultan politik Eropa dalam Newman, 1999 menekankan bahwa inti dari pemasaran politik adalah pengaruh jangka panjang, terutama penyampaian kompetensi isu dan pembentukan kepercayaan masyarakat. Maka disarankan model proses framming dalam kaitannya dengan kepentingan publik tidak hanya dikonstruksi untuk kepentingan kemenangan sesaat, tetapi menjadi opini publik untuk mendorong kandidat menepati isu atau janji politiknya menjadi kebijakan pembangunan apabila terpilih nantinya.