Laporan/Prosiding

Laporan Pertemuan Sinergi Pelaksanan Kebijakan Nasional Pembangunan Dengan Penanggung Jawab Kegiatan.

Indonesia. Direktorat Jenderal Bina Pembangunan Daerah. Departemen Dalam Negeri.   2005 910

Pertemuan Sinergi Pelaksanan Kebijakan Nasional Pembangunan Dengan Penanggung Jawab Kegiatan bertujuan untuk memperluas jaringan kerja dengan lembaga sosial masyarakat (NGO) lokal maupun NGO Internasional.

Lembaran informasi access sebagai pendukung pengintegrasian gender dan kemiskinan

ACCESS   2005 889

Buku pedoman lembar informasi ini di rancang untuk digunakan olaeh fasilitator pada tahap analisa, perencanaan, pelaksanaan dan pemantauan kegiatan kegiatan di desa.

Buku ini memberikan serangkaian lembaran informasi untuk bidang - bidang yang dapat diidentifikasi sebagai prioritas oleh kelompok masyarakat. Buku pedoman lembaran informasi ini mencakup: umum, sanitasi, air, kesehatan lingkungan, pertanian, peternakan, perikanan, usaha kecil dan keuangan mikro, kesehatan, pendidikan dan pelatihan masyarakat.

Lembaran informasi ini memberikan serangkaian pertanyaan pengkajian/penyelidikan yang sifatnya menggali (probing questions) yang dapat dipakai oleh fasilitator selama CLAAP.

Konsep Pedoman Penyusunan Standard Pelayanan Bidang Air Minum

Indonesia. Departemen Permukiman Dan Prasarana Wilayah   15 September 2006 1.209

Keberlanjutan pembangunan suatu perkotaan salah satunya ditentukan oleh kualitas permukiman. Salah satu prasyarat terbentuknya permukiman yang sehat adalah ketersediaan pelayanan air minum dan kualitas sanitasi yang memenuhi standar kesehatan.

Pedoman penyusunan standard pelayanan air minum ini dimaksudkan sebagai referensi dan bahan panduan untuk menyelenggarakan pelayanan di bidang air minum serta untuk menyusun standar pelayanan air minum masing-masing kota dan kabupaten bagi pemerintah kota dan kabupaten. Sedangkan bagi masyarakat pengguna, buku pedoman ini dapat menjadi pedoman dalam melakukan kontrol terhadap kinerja pengelola dalam penyediaan air minum.

Buku pedoman ini berisi materi standard untuk pemrograman, pengelolaan prasarana dan sarana sistem penyediaan air minum, dan penilaian terhadap kinerja serta kesiapan pengelola dalam hal pemenuhan kebutuhan air minum masyarakat.

Emergency Vector Control Using Chemicals: A Handbook For Relief Warkers

Lacarin, Christophe and Reed Bob   1999 927

Each time there is a natural or man-made disaster the affected population tends to take flight into the surrounding areas. This rapid change of environment: loss of homes, livestock, family and friedns, couse great stress to individuals and the weakening of health throughout the population (PAHO), 1982). In adition to this, people are often forced into crowded and insanitary conditions. Overpopulation in confined areas, without adequate water supply, health services, food, shelter and sanitation favours an increase in arthropods and domestic rodents, and the spread of the associated communicable diseases (PAHO, 1982)Aid workers faced with problems of vector control i an emergency do not always have the experience and kowledge necessary for assessing the medical and entomological situation, designing, and implementing an appropriate project for their control.

The handbook does not provide solutions to specific problems, rather it guides the user through a process by which the reader can develop an appropriate strategy for controlling the problems being faced. This handbook is based on extensive literature review and analysis, personal communications with leading experts and the authors experience of vector control in refugee camps.

Diskusi nasional peringatan hari habitat dunia 2005 sub bidang air minum, Jakarta 6 Juli 2005

Sulistioweni, Basah Hernowo, Suyono Dikun, Surur Wahyudi, Enri Damanhuri   2005 928

Didalam buku Diskusi nasional peringatan hari habitat dunia 2005 sub bidang air minum, Jakarta 6 Juli 2005: Pola edukasi dalam percepatan pengembangan sanitasi, terdapat beberapa makalah antara lain:1. Pola edukasi dalam percepatan pengembangan sanitasi ( DR. Ir. Sulistioweni, Dipl. SE UI)2. Rancangan kebijakan pembangunan sanitasi di Indonesia (Ir. Basah Hernowo, MSc Bappenas)3. Inovasi teknik dalam pengembangan sanitasi serta perlindungan sumber - sumber air ( Prof. Enri Damanhuri, Dept. TL FTSP - ITB)4. Kebijakan pembangunan air minum di Indonesia (DR. Suyono Dikun)

Petunjuk Pelaksanaan Manajemen Proyek Community Water Services And Health Project (CWSH) Pinjaman Bank Pembangunan Asia Th. 2005 - 2010

Indonesia. Community Water Services And Health Project (CWSH   TH. 870

Cakupan air bersih di pedesaan, berdasarkan catatan SUSENAS 2002, sebesar 15,2% jauh berada di bawah cakupan air bersih diperkotaan yang mencapai 54.5% dengan angka rata rata nasional sebesar 32.8% sementara berdasarkan sumber yang sama, presentase rumah tangga yang mempunyai fasilitas jamban di pedesaan sebesar 27.1% jauh berada dibawa rata rata nasional 46.3% dengan presentase perkotaan sebesar 70.0%. Presentase rumah tangga dengan jamban yang menggunakan septic tank sebagai pembuangan akhir hanya 20.7% di pedesaan dan 63.2% di perkotaan. Presentase penduduk miskin si pedesaan Indonesia sebesar 20.1% berada di atas angka rata rata nasional (17.6%). Sementara presentase penduduk miskin diperkotaan sebesar 14.4%.Pemerintah Indonesia mempunyai komitmen sangat kuat untuk mencapai Millenium Development Goals (MGDs), yaitu menurunkan jumlah penduduk yang belum mempunyai akses air bersih dan sanitasi dasar sebesar 50% pada th. 2015. Berdasarkan UU nO. 22/1999 tentang otonomi daerah dan UU No. 25/1999 tentang perimbangan keuangan pusat dan daerah, maka pemerintah daerah bertanggungjawab penuh untuk membeberikan pelayanan dasar mereka kepada masyarakat di daerahnya masing - masing, termasuk pelayanan air bersih dan sanitasi. Namun demikian, bagi daerah daerah dengan wilayah pedesaan relatif luas, berpenduduk miskin relatif tinggi dan mempunyai kapasitas fiskal rendah, pada umumnya kemampuan mereka sangat terbatas, sehingga memerlukan dukungan finansial.Buku Petunjuk Pelaksanaan Manajemen Proyek SWSH diharapkan dapat menjadi acuan yang memberikan arahan bagi seluruh pelaksana proyek di semua tingkatan dan berbagai pihak terkait agar bertindak secara sistematis dalam mencapai tujuan dan sasaran proyek dengan tepat, efektif dan efisien.

Petunjuk Pelaksanaan Operasional Tingkat Desa: Community Water Services And Health Project (CWSH) Pinjaman Bank Pembangunan Asia Th. 2005 - 2010

Indonesia. Dirjen Pemberdayaan Masyarakat Dan Desa Departemen Dalam Negeri, Th. 2005   2005 822

Cakupan air bersih di pedesaan, berdasarkan catatan SUSENAS 2002, sebesar 15,2% jauh berada di bawah cakupan air bersih diperkotaan yang mencapai 54.5% dengan angka rata rata nasional sebesar 32.8% sementara berdasarkan sumber yang sama, presentase rumah tangga yang mempunyai fasilitas jamban di pedesaan sebesar 27.1% jauh berada dibawa rata rata nasional 46.3% dengan presentase perkotaan sebesar 70.0%. Presentase rumah tangga dengan jamban yang menggunakan septic tank sebagai pembuangan akhir hanya 20.7% di pedesaan dan 63.2% di perkotaan. Presentase penduduk miskin si pedesaan Indonesia sebesar 20.1% berada di atas angka rata rata nasional (17.6%). Sementara presentase penduduk miskin diperkotaan sebesar 14.4%.Pemerintah Indonesia mempunyai komitmen sangat kuat untuk mencapai Millenium Development Goals (MGDs), yaitu menurunkan jumlah penduduk yang belum mempunyai akses air bersih dan sanitasi dasar sebesar 50% pada th. 2015. Berdasarkan UU nO. 22/1999 tentang otonomi daerah dan UU No. 25/1999 tentang perimbangan keuangan pusat dan daerah, maka pemerintah daerah bertanggungjawab penuh untuk membeberikan pelayanan dasar mereka kepada masyarakat di daerahnya masing - masing, termasuk pelayanan air bersih dan sanitasi. Namun demikian, bagi daerah daerah dengan wilayah pedesaan relatif luas, berpenduduk miskin relatif tinggi dan mempunyai kapasitas fiskal rendah, pada umumnya kemampuan mereka sangat terbatas, sehingga memerlukan dukungan finansial.Buku Petunjuk Pelaksanaan Manajemen Proyek SWSH diharapkan dapat menjadi acuan yang memberikan arahan bagi seluruh pelaksana proyek di semua tingkatan dan berbagai pihak terkait agar bertindak secara sistematis dalam mencapai tujuan dan sasaran proyek dengan tepat, efektif dan efisien.

Pedoman Teknis Pembangunan Sarana Air Bersih Dan Sanitasi Proyek WSLIC-2, buku 17: jamban Keluarga

Proyek Air Bersih Dan Sanitasi Untuk Masyarakat Berpenghasilan Rendah.   Th. 1.340

Cubluk adalah lubang /sumuran yang dibuat dengan menggali tanah dengan diding yang merembes air. Jadi cubluk merupakan suatu lubang yang digunakan untu menampung air limbah manusia dari jamban, berfungsi sebagai tempat pengendapan tinja dan juga media peresapan dari cairan yagn masuk.

Buku teknis ini betujuan memberikan persyaratan teknsi jamban keluarga yang memenhi unsur kelayakan dan kesehatan. Pembangunan jamban keluarga ini dalah untuk dijadikan pegangan bagi penyelenggara pembangunan jamban keluarga dalam rangka memenuhi kebutuhan sarana sanitasi perdesaan.

Pedoman Teknis Pembangunan Sarana Air Bersih Dan Sanitasi Proyek WSLIC-2, buku 4: persyaratan konstruksi air minum.

Proyek Air Bersih Dan Sanitasi Untuk Masyarakat Berpenghasilan Rendah.   Th. 2.464

Buku pedoman ini menjelaskan uraian dan syarat mengenai pengadan bahan dan pemasangan / pelaksanaan pekerjaan secara lengkap dan sempurna menenai perpipaan dan perlengkapannya. Pekerjaan perpipaan transmisi air yang berfungsi untuk membawa air baku/ air bersih dari bangunan resevior samapi ke titik awal jaringan distribusi.

Pekerjaan perpipaan distribusi, adalah suatu jaringan perpipaan yang berfungsi mengalirkan air bersih dari unit akhir transmisi (pengolah/reservior) menuju daerah pelayanan. Sistim jaringan distribusi untuk daerah perdesaan mempergunakan sistim cabang untuk memudahkan didalam perhitungan dan pengoperasian.

Laporan pengambilan dan Pemeriksaan Sampel Air Minum PDAM Tahun 2004.

Sub. Dit Pengamanan Kualitas Air, Direktorat PAS, Depkes.   2004 9.085

Air merupakan unsur terpenting yang dibutuhkan oleh manusia, karena rata - rata 60% berat tubuh manusia terdiri dari air. Kualitas air yang diminum harus memenuhi persyaratan kesehatan, sehingga tidak menimbulkan dampak negatif bagi kesehatan. Kualitas air minum yang tidak memenuhi syarat kesehatan mengakibatkan dampak buruk bagi kesehatan antara lain; penyakit pencernaan seperti diare, kolera, typhus, muntaber. Kualitas air minum yang tidak memenuhi syarat dapat terjadi karena diantara lain; kurangnya pemeliharaan terhadap sarana air bersih, belum terlindunginya sumber air bersih dari faktor risiko pencermaran serta perilaku pengguna air pada saat mengambil dan memanfaatkan air.

Kebutuhan atau pengelola penyediaan air minum yang menggunakan bahan baku air sungai untuk dijadikan air minum berisiko cukup besr untuk terjadinya kontaminasi kandungan limbah cair yang berasal dari industri, rumah tangga, rumah sakit, pestisida pertanian serta limbah padat yang berasal dari sampah. Kebutuhan air minum masyarakat diperkotaan saat ini sebagian besar diperoleh dari PDAM, hasil produksi PDAM sebenarnya masih berupa air bersih belum dapat digolongkan air minum, karena sampel air minum yang memenuhi syarat kesehatan secara bakteriologis baru mencapai 79,91% (data dari 113 kabupaten/kota).

Dengan adanya KemenKes no. 907/MENKES/SK/VII tahun 2002, maka hasil produksi PDAM perlu dilakukan pemeriksaan kualitas air baik secara biolagi maupun kimiawi dengan melakukan pengambilan dan pemeriksaan sampel air minum.

Laporan ini menguraikan tentang:
1.Hasil pemeriksaan laboratorium berupa pemeriksaan bakteriologis sampel air PDAM, pemeriksaan fisik sampel air PDAM, serta pemeriksaan kimia anorganik sampel air PDAM.
2.Hasil pengawasan kualitas air PDAM secara bakteriologis dan kimia oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota (pemeriksaan eksternal)
3.Hasil pengawasan kualitas air PDAM oleh perusahaan/pengelola penyediaan air minum (pemeriksaan secara internal)
4.Kinerja Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) tahun 2004.