Kategori Digilib
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Purbalingga
Ir.Setiyadi, M.Si (kata pengantar)
Purbalingga: Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Purbalingga, 2010: ix, 113 hal + tabel + gambar
16 Oktober 2012
363.725.983.303 BUK
Buku Putih Sanitasi, Kabupaten Purbalingga, MCK, IPAL
Perpustakaan Pokja AMPL. Telepon 021-31904113
1.774 kali
Buku Putih Sanitasi menjadi acuan perencanaan strategi sanitasi tingkat kota yang menyediakan data dasar yang esensial mengenai struktur, situasi dan kebutuhan sanitasi Kawasan Kabupaten Purbalingga. Setiap tahun data yang ada dalan buku putih ini dibuat laporan yang jika telah mencapai tiga tahun semua informasi tersebut dirangkum dalam Revisi Buku Putih Sanitasi.
Permasalahan air limbah rumah tangga di Kabupaten Purbalingga meliputi perilaku/kebiasaan masyarakat membuang air limbah yang tidak memenuhi syarat, terbatasnya sarana infrastruktur sanitasi yang memiliki peran dalam penanganan saluran air limbah, kemampuan pendanaan menyebabkan keterbatasan pelayanan sanitasi. Penggunaan sarana sanitasi sebagian besar menggunakan sistem on site seperti jamban keluarga dan MCK. Sementara ini pengangkutan limbah tinja dilakukan oleh pihak swasta dengan mobil sedot tinja dan realisasi pembuangannya menggunakan sarana pengolahan IPAL.
Pengelolaan persampahan ditangani oleh bidang Kebersihan Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Purbalingga, sedangkan wilayah yang belum terlayani membuang sampah pada halaman/tanah kosong disekitar rumah tinggal untuk kemudian dibakar dan ditimbun.
Permasalahan drainase yang dihadapi yaitu jaringan drainase di daerah permukiman padat di pusat kota dan kampung selain berfungsi sebagai wadah penampungan limpahan air hujan juga sebagai pembuangan limbah rumah tangga dan pembuangan sampah, pemahaman sebagian masyarakat tentang fungsi saluran irigasi yang masih tumpang tindih dengan saluran drainase dan sistem saluran drainase banyak yang berada di bawah trotoar dan tertutup sehingga perawatan kurang efisien. Sementara ini yang menjadi permasalahan dalam penyediaan air minum antara lain cakupan pelayanan yang masih jauh dari target (masih dibawah 40%, jaringan distribusi belum menyeluruh dan terbatasnya dana untuk pembiayaan investasi pengembangan pelayanan.