Kategori Digilib
Kemitraan Pemerintah dan Masyarakat Mewujudkan Sanitasi Terintegrasi Di kota Payakumbuh Sumatera Barat, Buku Putih Sanitasi Lingkungan
Payakumbuh: Pemerintah Kota Payakumbuh dan Pokja Sanitasi, 2007
23 November 2012
Buku Putih Sanitasi, Kota Payakumbuh, AMPL, Drainase, TPA
Perpustakaan Pokja AMPL. Telepon 021-31904113
1.525 kali
Belum memadainya penanganan sanitasi Kota Payakumbuh merupakan hilir dari kompleksitas penanganan birokrasi dan kurangnya dukungan berbagai komponen dan masyarakat. Banyak kendala yang harus dihadapi oleh Pemda, seperti dana yang terbatas, sanitasi belum menjadi prioritas pembangunan, kurangnya pengetahuan masyarakat maupun Pemda mengenai masalah sanitasi sangat berpengaruh terhadap kesehatan masyarakat, kemiskinan , dan sosial ekonomi masyarakat.
Hal ini masih dapat dimaklumi karena Kota Payakumbuh sedang melaksanakan proses desentralisasi , Dimana hampir semua proses pemerintahan yang semula diatur dan diberi oleh pusat, saat ini harus melaksanakannya sendiri.
Permasalahan limbah cair domestik rumah tangga pada umumnya dialirkan melalui drainase yang hampir seluruh pembuangan akhirnya di Sungai Batang Agam. Untuk daerah yang belum tersedia saluran pembuangan, drainase dikelola sendiri dengan membuat lubang-lubang pembuangan di tanah, limbah rumah tangga berupa tinja belum seluruhnya dikelola Kantor Kebersihan dan Pertamanan dengan mobil penyedot tinja yang pengolahan akhirnya dikelola IPLT dan masih ada daerah yang membuang tinjanya ke kolam ikan, sungai dan saluran drainase.
Kota Payakumbuh sebagai pusat berbagai aktivitas setiap harinya mengangkut sampah kurang lebih 143m3 ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Sampah ini bersumber dari masyarakat, pasar, dan kawasan pertokoan. Sarana dan prasarana pengelolaan sampah belum memadai sehingga tidak semua wilayah dapat terlayani, sampah bertumpuk dan berserakan di jalan akibat jadwal pengangkutan sampah yang tidak teratur, dan truk angkutan tidak tertutup sehingga sampah berceceran dan menimbulkan bau.
Banyak saluran drainase yang seharusnya merupan saluran pembuangan air limbah dan air hujan, menjadi tempat pembuangan sampah yang mengakibatkan semakin bertambahnya genangan air saat musim hujan. Disisi lain, pesatnya perkembangan pembangunan mengakibatkan pengurangan luas lahan terbuka sebagai daerah resapan air yang berdampak pada kuantitas sumber-sumber air, dan pencemaran sumber air akibat pembuatan sumur yang berdekatan dengan saluran pembuangan air limbah.