Kategori Digilib
Biodegradasi Senyawa Polycyclic Aromatic Hydrocarbon Phenanthrene oleh Bakteri Indigenous Laut Pari
Bayu Wira Rahardito
Jakarta, Jurusan Teknik Lingkungan, Fakultas Arsitektur Lansekap dan Teknologi Lingkungan Universitas Trisakti, 2008, xi + 103 hal.
2008
Tumpahan Minyak Bumi, Biodegradasi, Biostimulasi, PAH Phenantrene, Bakteri indigenous Laut Pari.
Perpustakaan FALTL Universitas Trisakti, Telp. 021-5663232 (ext.771)
http://www.trisakti.ac.id/faltl/
1.366 kali
Pencemaran minyak bumi di perairan laut, disebabkan oleh 3 sumber utama yaitu: proses alamiah, pembuangan yang disengaja oleh kapal tanker, dan kecelakaan kapal tanker. Kondisi ini mengakibatkan banyak kerugian di berbagai aspek, terutama pada ekosistem lingkungan laut. Senyawa Polycyclyc Aromatic Hydrocarbon (PAH) phenanthrene merupakan salah satu komponen minyak bumi yang bersifat karsinogenik dan persisten di lingkungan alami. Maka, perlu dilakukan proses clean up terhadap tumpahan minyak bumi dengan teknik bioremediasi yaitu; biostimulasi dan bioaugmentasi. Peran bakteri indigenous akan sangat penting dalam proses biostimulasi. Maka, perlu dilakukan isolasi untuk mempelajari karakteristik fisiologi mikroba indigenous. Tahapan penelitian ini adalah: Isolasi bakteri Indigenous Laut Pari potensial pendegradasi Phenanthrene; uji konfirmasi dan uji pertumbuhan; identifikasi bakteri; uji biodegradasi Phenanthrene dengan variasi senyawa KNO3 dan NH4NO3 sebagai sumber N. Dua biakan potensial pendegradasi Phenanthrene teridentifikasi sebagai bakteri Ruegeria sp. DG898 dan Alpha Proteobacterium GMDJE10F1. Bakteri Alpha Proteobacterium GMDJE10F1 bersifat kosmopolit, dapat tumbuh optimum di temperatur 250C dan salinitas 2% dengan kenaikan jumlah biomassa dari 1,0E+7/mL–1,24E+9/mL dan μ = 0,118/jam. Ruegeria sp. DG898 tergolong bakteri laut, juga dapat tumbuh optimum di kondisi yang sama, dengan kenaikan jumlah biomassa dari 5,0E+6/mL–1,43E+9/mL dan μ = 0,2099/jam. Dalam waktu 19 hari, degradasi phenenthrene oleh masing-masing bakteri tersebut dengan variasi pada sumber nitrogen (KNO3 atau NH4NO¬3), berkisar antara 65,23%¬–70,70%. Persentase degradasi phenanthrene tertinggi (70,70%) diraih oleh Ruegeria sp. DG898 pada variasi sumber N senyawa KNO3 dengan nilai laju degradasi (v) = 1,15 mg/jam (k = 0,069/hari), sedangkan persentase degradasi phenanthrene terendah (65,23%) diraih oleh Alpha Proteobacterium GMDJE10F1 pada variasi sumber N senyawa NH4NO3 dengan v = 0,99 mg/jam (k = 0,059/hari). Meski bedanya tidak terlalu signifikan, tetapi efisiensi degradasi phenanthrene Ruegeria sp. DG898 masih lebih baik dibandingkan dengan Alpha Proteobacterium GMDJE10F1. Kedua bakteri tersebut mampu menggunakan kedua senyawa KNO3 dan NH4NO3 dalam proses biodegradasi phenanthrene dan masing-masing memiliki efisiensi degradasi yang lebih baik saat menggunakan KNO3 dibanding NH4NO3, sebagai sumber nitrogen. Jadi, formula fertilizer yang mengandung KNO3 akan dapat lebih mengoptimalkan proses biodegradasi PAH phenanthrene oleh bakteri Laut Pari.
Pustaka ini tersedia di Perpustakaan FALTL Universitas Trisakti, Telp. 021-5663232 (ext.771)