Kategori Digilib
Bioplastik Sagu dan Sawit
Plastik telah menjadi bagian dari hidup manusia. Sayang, produk kimia berbahan polimer minyak bumi ini tak gampang terurai. Dari limbah plastik 1,35 juta ton per tahun, yang dapat dikelola baru 20%-30%. Agar lingkungan terbebas dari plastik, ada ide untuk merekayasa mikroba pemakan plastik. Namun hal ini berbahaya. Jika dibiarkan bebas, mikroba akan memakan semua benda berbahan plastik.
Untuk itu, perlu dirancang plastik yang bisa diurai mikroba dengan mengganti polimer dari minyak bumi. Ide ini dikembangkan Khaswar Syamsu, Kepala Laboratorium Rekayasa Bioproses, Pusat Penelitian Sumber Daya Hayati dan Bioteknologi IPB. Ada satu jenis mikroba, yaitu Ralstonia eutropha yang dalam selnya terdapat poly hydrozxyalkanoates. Polimer jenis ini merupakan cadangan makanan bagi mikroba.
Nah, mikroba berpolimer ini bisa dikembangkan dengan media pati sagu dan minyak sawit. Media ini dipilih karena mengandung karbon tinggi. Dua media larutan itu disterilkan dulu pada suhu 121 derajat celsius selama 15 menit agar semua bakteri mati. Jika sudah siap, bibit mikroba ditanam. Dalam waktu 48-96 jam, mikroba berkembang optimal dan siap panen.
Untuk mendapatkan polimer, dilakukan pemecahan sel dengan menambah sodium hidroksida. Zat bukan polimer akan hancur dan didapatkan polimer kotor. Untuk memurnikannya, ditambahkan kloroform. Hasilnya, bijih plastik berwujud kristal putih yang siap dibuat menjadi plastik. Bioplastik ini dapat terurai dalam waktu 70-80 hari. Selain lentur, bioplastik bisa molor seperti plastik biasa, dengan batas putus hingga 36%-nya.
Selain itu, bioplastik juga kuat karena memiliki titik leleh 167,51 derajat celsius. Kelemahannya terletak pada ongkos produksi yang mahal, yakni lima kali lipat dari plastik biasa. Toh, Khaswar Syamsu dan timnya di IPB tidak putus asa. Kini dikembangkan penelitian dalam skala lebih besar agar bioplastik bisa bersaing di pasar. G.A. Guritno