Kategori Digilib
Dari Masyarakat, Oleh Masyarakat, Untuk Masyarakat: Sistem Saluran Pengolahan Limbah Cair Manusia Berbasis Masyarakat di Malang, Jawa Timur
![](https://www.nawasis.org/portal/pictures/digilib/leaflet_4_260.jpg)
Pengarang
Sean Foley, Anton Soedjarwo, Richard Pollard
Sean Foley, Anton Soedjarwo, Richard Pollard
Penerbit
Jakarta, Water and sanitation Program East Asia and the Pacific, March 2000
Jakarta, Water and sanitation Program East Asia and the Pacific, March 2000
Tahun Terbit
2000
2000
No. Klasifikasi
363.7284 FOL d
363.7284 FOL d
Kata Kunci
catatan lapangan, pengolahan limbah
catatan lapangan, pengolahan limbah
Lokasi
Perpustakaan AMPL, Telp. 021 - 31904113, Direktorat Perkim Bappenas
Perpustakaan AMPL, Telp. 021 - 31904113, Direktorat Perkim Bappenas
Dilihat
1.229 kali
1.229 kali
Pengolahan limbah cair manusia di perkotaan Indonesia berada pada tingkatan paling rendah bila dibandingkan dengan negara Asia lainnya. Hal ini menyebabkan tercemarnya air permukaan dan air tanah yang semakin meluas. Akibatnya, Indonesia berkali-kali mengalami wabah lokal seperti infeksi saluran pencernaan dan tingkat kejangkitan penyakit tipus (typhoid) tertinggi di Asia.
Salah satu penyebab rendahnya cakupan pelayanan adalah akibat kebijakan pemerintah yang saat ini menyerahkan tanggung jawab penyehatan lingkungan pemukiman (sanitasi) ke tingkat rumah tangga (Bank Dunia 1993). Kebijakan ini dipengaruhi pengalaman di masa lalu dimana sistem pengolahan limbah cair manusia terpusat dengan skala besar (sewerage) berkinerja buruk. Selanjutnya, kebijakan ini pun menghambat kemmapuan lembaga pemerintah setempat dalam perencanaan, pelaksanaan dan pengoperasian sistem saluran pengolahan limbah yang efektif. Sejak awal tahun 80-an, proporsi populasi perkotaan yang dilayani sistem pengolahan limbah terpadu (sewerage) mengalami stagnasi.
Namun di tahun 1995, 73% rumah tangga di daerah perkotaan memiliki berbagai bentuk sarana pengolahan limbah setempat pribadi (onsite sanitation). Air limbah dari sarana tersebut dialirkan ke saluran terbuka atau langsung ke sungai. Sistem pembuangan limbah yang benar baik untuk tinja maupun limbah dapur jarang dijumpai.
Ditinjau dari permasalahannya ternyata minat terhadap sistem pengolahan limbah lingkungan yang berbasis masyarakat (SPLBM) mengalami peningkatan. Studi kasus ini menggambarkan sebuah contoh SPLBM yang berhasil di Indonesia.
Salah satu penyebab rendahnya cakupan pelayanan adalah akibat kebijakan pemerintah yang saat ini menyerahkan tanggung jawab penyehatan lingkungan pemukiman (sanitasi) ke tingkat rumah tangga (Bank Dunia 1993). Kebijakan ini dipengaruhi pengalaman di masa lalu dimana sistem pengolahan limbah cair manusia terpusat dengan skala besar (sewerage) berkinerja buruk. Selanjutnya, kebijakan ini pun menghambat kemmapuan lembaga pemerintah setempat dalam perencanaan, pelaksanaan dan pengoperasian sistem saluran pengolahan limbah yang efektif. Sejak awal tahun 80-an, proporsi populasi perkotaan yang dilayani sistem pengolahan limbah terpadu (sewerage) mengalami stagnasi.
Namun di tahun 1995, 73% rumah tangga di daerah perkotaan memiliki berbagai bentuk sarana pengolahan limbah setempat pribadi (onsite sanitation). Air limbah dari sarana tersebut dialirkan ke saluran terbuka atau langsung ke sungai. Sistem pembuangan limbah yang benar baik untuk tinja maupun limbah dapur jarang dijumpai.
Ditinjau dari permasalahannya ternyata minat terhadap sistem pengolahan limbah lingkungan yang berbasis masyarakat (SPLBM) mengalami peningkatan. Studi kasus ini menggambarkan sebuah contoh SPLBM yang berhasil di Indonesia.