Pemulung Sang Pelopor 3R Sampah

Sejak 1960-an atau 1970-an pemulung sudah berbuat mengurangi, memanfaatkan kembali, dan mendaur-ulang sampah ketika masyarakat, dunia usaha dan pemerintah belum peduli. Aktivitas itu dikenal sebagai penerapan 3R (reduce, reuse, recycle) sampah. Pemulung memfokuskan diri pada sampah non-organik, porsinya 30% dari total sampah kota. Jumlahnya ribuan, bahkan jutaan pemulung bersama keluarganya menambatkan hidup pada sampah. Kegiatan pelopor 3R ini menciptakan lapangan kerja, ikut meningkatkan kebersihan kota, memperpanjang umur TPA, dan mengembalikan sampah menjadi sumberdaya (return to resources). Usaha pemulung memberi aktivitas turunan seperti perlapakan, pencucian plastik, pencacahan plastik, daur ulang, pabrikan terus berkembang menjadi suatu kekuatan bisnis sangat besar. Mereka memiliki bisnis networking  sangat luas dan kuat di dalam dan luar negeri.
 
Pantaslah kita menjuluki Pemulung Sang Pelopor 3R Sampah. Dulu popular dengan sebutan Laskar Mandiri. Penghargaan ini merupakan suatu keberanian yang ditulis dengan tinta emas. Sebagai pertanda semakin seriusnya kita melaksanakan prinsip-prinsip 3R, dan menguatkan sentuhan dan apresiasi atas mereka yang telah berjasa  besar. Aktivitas mereka selayaknya diintegrasikan dengan kebijakan pemerintah, apalagi sekarang kita sudah mempunyai Undang-Undang No.18/2008 tentang Pengelolaan Sampah.
 
“Mungkin belum pernah lebih penting daripada sekarang untuk mengatakan apa yang mitos katakana: bahwa humanisme yang teratur tidaklah dimulai dari dirinya sendiri, tetapi mengembalikan hal-hal pada tempatnya.  Dia menempatkan dunia di depan kehidupan, kehidupan di depan manusia, dan penghormatan kepada yang lain di depan cinta diri. Inilah pelajaran yang oleh orang-orang yang kita sebut “Orang beradab” ajarkan kepada kita: pelajaran tentang kerendahan hati, kesopanan dan kebijaksanaan di hadapan dunia yang mendahului spesies kita dan akan mempertahankan kehidupannya”, kata Claude Levi-Strauss dalam “A Short of Pope”, Psycology Today (1972).

Daftar Isi:

Daftar Isi
Pengantar Penulis
Kata Pengantar

1. Keberadaan Pemulung Beratap Langit
1.1 Predikat Buruk Pemulung
1.2 Profil Pemulung
1.3 Pemulung jadi Korban
1.4 Demi Mempertahankan Hidup

2. Perjuangan Pemulung Mendapat Pengakuan
2.1 Kaum Gepeng Dikejar-kejar Kamtib
2.2 Berjuang Bersama LSM
2.3 Berkawan dengan Jurnalis
2.4 Pemulung Mendapat Pengakuan

3. Pemulung dalam Struktur Penindasan
3.1 Hidup dalam Penindasan
3.2 Orang Miskin yang Terabaikan
3.3 Pemukiman dalam Lingkungan Tercemar
3.4 Berbagai Penyakit Mengancam Pemulung

4. Peranan Pemulung dalam Implementasi 3R
4.1 Aktivitas Pemulung Mengais Sampah
4.2 Aktivitas Sortir Sampah
4.3 Aktivitas Perlapakan
4.4 Aktivitas Pemulung – Pelapak
4.5 Aktivitas Pencucian Plastik
4.6 Aktivitas Pencacahan Plastik

5. Konsep dan Strategi 3R di Indonesia
5.1 Pemahaman Konsep 3R
5.2 Program 3R pada Level Internasional
5.3 Program 3R di Indonesia
5.4 Peran Pemulung, Sektor Informal dan LSM

6. Upaya Pemulung Meningkatkan Martabat
6.1 Menapaki Kehidupan
6.2 Mengenang Masa Sedih
6.3 Pemulung belum Dimanusiakan
6.4 Perlu Dukungan Modal dan Teknologi
6.5 Capaian Kehidupan Sekarang

7. Belasan Tahun Hidup Di Kolong Jembatan
7.1 Tanpa Bekal Sekolah
7.2 Kontrak Tanah
7.3 Merangkak menjadi Pelapak
7.4 Persaingan Antar Bos
7.5 Usaha Menurun, Kemudian Bangkit Lagi

8. Networking Pencucian Plastik-Pelapak-Bandar/Pabrikan
8.1 Perkembangan Pencucian Plastik
8.2 Tergantung pada Bos Plastik
8.3 Kekuatan Networking Pencucian Plastik-Pelapak-Bandar/Pabrikan
8.4 Keberhasilan Pemulung atas Keringat Sendiri

9. Integrasi Aktivitas Pemulung dengan Kebijakan Pemerintah
9.1 Kebijakan Masa Lalu
9.2 Membangun Kekuatan Baru
9.3 Masukan Pemulung Atas RUU Pengelolaan Sampah
9.4 Membangun Integrasi Aktivitas Pemulung dengan Kebijakan Pemerintah
9.5 Penghargaan sebagai Pelopor 3R

10. Penutup

Daftar Pustaka