Kategori Digilib
Penyembur Air Hemat Energi
Bagi warga Desa Kotayasa, Kecamatan Sumbang, Banyumas, Jawa Tengah, kesulitan air bersih sudah menjadi cerita masa lalu. Sejak Sudiyanto --kepala desa hingga tahun 2007-- membuat pompa hidram pada 1999, penduduk di kaki Gunung Slamet itu tidak perlu lagi berjalan satu kilometer menuju dua mata air di kawasan Tuk Seladan dan Tuk Poh. Kini air melimpah di tengah warga.
Bagi warga Desa Kotayasa, Kecamatan Sumbang, Banyumas, Jawa Tengah, kesulitan air bersih sudah menjadi cerita masa lalu. Sejak Sudiyanto --kepala desa hingga tahun 2007-- membuat pompa hidram pada 1999, penduduk di kaki Gunung Slamet itu tidak perlu lagi berjalan satu kilometer menuju dua mata air di kawasan Tuk Seladan dan Tuk Poh. Kini air melimpah di tengah warga.
Pompa hidram buatan Sudiyanto itu boleh dibilang mengatasi masalah tanpa masalah. Sebab, untuk menggerakannya, tidak diperlukan listrik atau bahan bakar minyak. Cukup memanfaatkan energi yang berasal dari air itu sendiri. Cara kerjanya cukup canggih. Semua mengandalkan dua katup pada pompa. Yakni katup pemasukan dan katup pembuangan air. Selebihnya, hidram merupakan rangkaian pipa dari sumber air menuju perumahan penduduk.
Pompa hidram bekerja atas dasar sistem hidrolik dan gravitasi bumi. Syarat utamanya, sumber air harus terletak lebih tinggi dari pompa hidram. Selanjutnya ia dapat mengantarkan air lebih tinggi lagi (lihat gambar). Awalnya air mengalir deras dari mata air ke dalam pipa pemasukan (nomor 1), sehingga katup pembuangan (nomor 4) terbuka. Suatu saat, karena desakan arus, katup pembuangan kemudian menutup (nomor 2), sehingga arus air mendesak katup pemasukan air terbuka (nomor 5).
Air pun mengalir ke dalam tabung (nomor 6) dan pipa air ke perumahan penduduk (nomor 3). Karena posisi pipa lebih tinggi, aliran air melambat, membuat katup air masuk menutup. Ketika ini terjadi, desakan air pada katup pembuangan hilang, sehingga katup kembali terbuka. Ini membuat proses pemompaan terjadi dari awal lagi.
Tabung udara tadi membuat proses itu menjadi lebih konstan, sehingga pasokan air terus mengalir. Guna menambah daya sembur, Sudiyanto, yang sehari-hari bertani, membuat lubang di pipa sehingga air bisa terangkat setinggi 300 meter dan mengalir sejauh 1.015 meter. Luar biasa. Hidayat Gunadi
Inovator: Sudiyanto, 43 tahun Pekerjaan: Petani dan bekas kepala desa Mulai Dikembangkan: Tahun 1999 Keunggulan Teknologi: Sederhana dan hemat energi Penerapan: Cocok untuk daerah yang kekurangan air Prestasi: Indonesia Berprestasi Award 2008