Restorasi Sungai (River Restoration): Pembangunan Sungai, Dampak Pembangunan Sungai, Restorasi Sungai

Di tengah kerusakan sungai dan wilayah keairan berupa banjir, longsor, dan sedimentasi yang melanda berbagai daerah, maka perlu dikaji lebih jauh penyebab utama dari berbagai macam diskontruksi tersebut. Perlu dilakukan klarifikasi apakah disebabkan oleh kesalahan rekayasa manusia yang selama ini dikerjakan atau terjadi karena bencana alam belaka.
 
Buku ini mencoba mengupas perkembangan sungai dengan mengambil contoh sejarah perkembangan sungai di Indonesia dan di Eropa. Perkembangan sungai decade pertama dimulai dengan pembangunan besar-besaran badan sungai dan wilayah sugai baik bangunan memanjang misalnya pelurusan, sudetan, pembuatan tanggul, perkerasan  tebing dan pentalutan sungai. Sedang pembangunan melintang sungai misalnya bendung, bendungan, sluice gate, groin, ramp (pasangan batu melintang), dan lain sebagainya.
 
Bangunan-bangunan tersebut secara simultan kemudian pada decade berikutnya ternyata menimbulkan dampak negatif yang sangat serius misalnya banjir, erosi, sedimentasi, longsor, dan kerusakan lingkungan ekosistem sungai. Dampak negatif yang muncul ini mempengaruhi perkembangan “river development” selanjutnya untuk melihat komponen ekologi sungai sebagai komponen penting yang harus diperhatikan serta cara pandang integratif.
 
Dampak negatif pembangunan sungai selama hamper 300 tahun ini membawa pendekatan baru dalam studi pembangunan sungai berikutnya. Studi pembangunan sungai tidak lagi didominasi para insinyur rekayasa sipil hidro murni,  namun secara realistis harus melibatkan para Naturwissenschaft, yaitu para ilmuwan dan praktisi yang bergerak di bidang ekologi, pertanian, perikanan, kehutanan, dan lingkungan hidup. Masuknya disiplin ilmu baru ini ternyata telah memulai babak baru pemikiran pengembangan sungai ke arah restorasi dan konservasi sungai.
 
Restorasi sungai dapat diartikan sebagai renaturalisasi sungai dari sungai-sungai yang telah dibangun pada dekade sebelumnya. Dapat juga diartikan sebagai konservasi sungai yang belum dibangun. Dekade River Restoration ini berkembang sejak tahun 1980-an sampai sekarang. Di Indonesia, pemikiran restorasi sungai sudah mulai berkembang pesat. Sejak tahun 2001 pemikiran-pemikiran ini mulai disebarluaskan melalui forum-forum ilmiah dan media massa ke seluruh tanha air oleh banyak pihak.
 
Di dalam buku ini pertama akan dibahas tentang Sungai sebagai Sistem yang Komplek dan Teratur. Bab ini merupakan bagian yang sangat penting untuk memberikan landasan berpikir tentang sungai secara utuh. Dalam bab ini dijelaskan karakteristik keteraturan sungai baik secara makro maupun mikro. Selanjutnya diulas mengenai Sejarah Pembangunan Sungai, Pembangunan Sungai, Dampak Pembangunan Sunai, Restorasi Sungai, dan konsep pembangunan sungai berwawasan ekologi hidraulik sebagai solusi, yang berisi kapita selekta konsep-konsep penting terkait dengan pembangunan dan konservasi wilayah sungai.

Daftar Isi:

Kata Pengantar
Latar Belakang
Daftar Isi
Daftar Gambar
Daftar Tabel

Bab 1. Sungai sebagai Suatu Sistem Komplek dan Teratur
1.1 Sungai sebagai Sistem Komplek
1.2 Sungai sebagai Sistem yang Teratur
1.3 Filosofi Dasar dari Keteraturan Sistem Sungai

Bab 2. Sejarah Pembangunan Sungai
2.1 Dekade Pembangunan Sungai
2.2 Dekade Dampak Pembangunan Sungai dan Kesadaran Lingkungan
2.3 Dekade Restorasi Sungai

Bab 3 Pembangunan Sungai
3.1 Iklim di Eropa dan Indonesia
3.2 Pembangunan Sungai
3.3 Koreksi Sungai pada Pembangunan Transportasi Sungai (Inland Waterways – River Transports)
3.4 Interupsi Alur Sungai dengan Bendungan dan Bendung

Bab 4. Dampak Pembangunan Sungai
4.1 Dampak Koreksi Sungai; Pelurusan, Sudetan, Pengerukan, Perkerasan Tebing Sungai
4.2 Dampak Pembangunan Bendungan dan Bendung di Sungai (Dampak Biotik dan Abiotik)

Bab 5. Restorasi Sungai
5.1 Meningkatkan Daerah Retensi Sungai Baik Sungai Kecil Maupun Sungai Besar
5.2 Meningkatkan Ruang Resistensi Bantaran Banjir Alamiah
5.3 Mendukung Proses Dinamik Sungai secara Alamiah
5.4 Membelok-belokan Sungai yang telah diluruskan
5.5 Membuka Kembali Wilayah Sungai yang Terisolir
5.6 Menstabilisasi Mula Air Tanah
5.7 Implementasi Metode Teknik Biologi (Eko-Engineering) dalam Pengelolaan Sungai
5.8 Pembuatan Bangunan Kemenerusan Sistem Sungai (Fishway)
5.9 Mengatur Pembagian Debit Sungai Kaitannya dengan Syarat Minimum Debit Sungai di Suatu Ruas Alur Sungai Tertentu
5.10 Mengurangi Amplitudo Gelombang Kapal pada Transportasi Sungai
5.11 Implementasi Konsep Eko-Hidraulik dengan Mengharmoniskan Konstruksi Hidraulik, Morfologi, dan Ekologi Sungai

Bab 6. Konsep Pembangunan Sungai Berwawasan Ekologi Hidraulik (Eko-Hidraulik) sebagai Solusi
6.1 Pendekatan Integralistik Ekologi dan Hidraulik, Harmonis Antara Perilaku Alamiah dan Pembangunan, dan Kesatuan antara Konservasi dan Pembangunan
6.2 Drainase Bebas Banjir dan ramah Lingkungan
6.3 Konsep Distribusi Banjir Eko-Hidraulik
6.4 Konsep Penanganan Sungai Kecil
6.5 Implementasi Penentuan Batas Wilayah Sungai
6.6 Implementasi Konsep ORPIM (One River One Plan One Integrated Management)
6.7 Konsep Eko-Hidraulik dalam Penanggulangan Banjir
6.8 Restorasi Sungai di Indonesia
6.9 Pembangunan Kota Berbasis Sungai
6.10 Konsep Eko-Hidraulik untuk Menganalisis Masalah di Wilayah Keairan (Contoh Kasus Sudetan Citandui, Jawa Barat)
6.11 Konsep Eko-Hidraulik pada Pembangunan Bangunan Sabo Dam Gunung Berapi
6.12 Konsep Eko-Hidraulik untuk Menangani Banjir di Jakarta dengan Retanding Basin

Daftar Pustaka

Indeks