Kategori Digilib
Water Privatization Fiascos:
Broken Promises & Social Turmoil
Pengarang
-
-
Penerbit
Public Citizen’s
Water for All Program
Public Citizen’s
Water for All Program
Tahun Terbit
17 Februari 2007
17 Februari 2007
Dilihat
963 kali
963 kali
Peran korporasi/perusahaan dalam penyediaan air minum dan sanitasi merupakan hal yang relatif baru. Bahkan ada yang berpendapat bahwa privatisasi merupakan percobaan sosial secara global (global social experiment). Secara historis, air telah dipandang sebagai benda sosial , bukan komiditas pasar yang diperjualbelikan. Namun dengan perkiraan bahwa air di masa mendatang akan langka dan menjadi seperti minyak pada abad 21, maka banyak perusahaan besar yang berpindah ke water market.
Laporan yang dibuat oleh Public Citizen ini menjabarkan bagaimana korporasi/perusahaan air, IMF, dan Bank Dunia mengklaim bahwa menyertakan sektor swasta dalam pelayanan air dan sanitasi akan membuka akses bagi milyaran penduduk di seluruh dunia yang membutuhkan pelayanan air dan sanitasi yang bersih. Selain itu juga dengan adanya sektor swasta maka pelayanan akan lebih efisien, efektif (pembiayaannya), dan kompetitif.
Kenyataan yang terjadi di beberapa negara seperti Argentina, Amerika, Filipina, Indonesia, Bolivia, Afrika Selatan, dan Inggris dalam privatisasi air minum dan sanitasi dipaparkan dalam laporan ini. Tidak seperti yang diklaim oleh perusahaan air multinasional, privatisasi di negara-negara tersebut ternyata menunjukkan terjadinya kenaikan pada biaya air yang dikonsumsi oleh masyarakat, krisis kesehatan publik, regulasi yang semakin lemah, kurangnya investasi di bidang air minum, dan lainnya.
Pada akhirnya beberapa kelompok sipil menyatakan bahwa solusi permasalahan air dan sanitasi tidak datang dari korporasi/perusahaan air, namun dari inisiatif demokratis akar rumput (grassroots democratic initiatives) dan peningkatan akuntabilitas pemerintah sesuai dengan tuntutan masyarakat dan organisasi kelompok sipil (termasuk di dalamnya kelompok lingkungan, kelompok perempuan, organisasi agama, organisasi perdagangan, organisasi pertanian, akademisi, dan lainnya).
Laporan yang dibuat oleh Public Citizen ini menjabarkan bagaimana korporasi/perusahaan air, IMF, dan Bank Dunia mengklaim bahwa menyertakan sektor swasta dalam pelayanan air dan sanitasi akan membuka akses bagi milyaran penduduk di seluruh dunia yang membutuhkan pelayanan air dan sanitasi yang bersih. Selain itu juga dengan adanya sektor swasta maka pelayanan akan lebih efisien, efektif (pembiayaannya), dan kompetitif.
Kenyataan yang terjadi di beberapa negara seperti Argentina, Amerika, Filipina, Indonesia, Bolivia, Afrika Selatan, dan Inggris dalam privatisasi air minum dan sanitasi dipaparkan dalam laporan ini. Tidak seperti yang diklaim oleh perusahaan air multinasional, privatisasi di negara-negara tersebut ternyata menunjukkan terjadinya kenaikan pada biaya air yang dikonsumsi oleh masyarakat, krisis kesehatan publik, regulasi yang semakin lemah, kurangnya investasi di bidang air minum, dan lainnya.
Pada akhirnya beberapa kelompok sipil menyatakan bahwa solusi permasalahan air dan sanitasi tidak datang dari korporasi/perusahaan air, namun dari inisiatif demokratis akar rumput (grassroots democratic initiatives) dan peningkatan akuntabilitas pemerintah sesuai dengan tuntutan masyarakat dan organisasi kelompok sipil (termasuk di dalamnya kelompok lingkungan, kelompok perempuan, organisasi agama, organisasi perdagangan, organisasi pertanian, akademisi, dan lainnya).